Sekarang tidak ngaku pro-imperialis AS!!?? Kenapa tidak jawab PERNYATAAN SAYA ITU ketika Korut masih melakukan terus menerus percobaan nuklirnya?? Ketika itu saya sudah berkata anda pro-imperialis AS karena mendukung SANKSI AS dan karena MENYALAHKAN Korut dan menganggap percobaan nuklir Korut membahayakan perdamaian dunia! Padahal saya bilang itu adalah hak Korut untuk membela kedaulatannya dan saya bandingkan dengan Tkk yang juga meledakkan nuklirnya untuk menghancurkan monopoli nukilir oleh AS dan Remo Soviet!! Anda bahkan menghina Kim Yong UN secara personal, saking bencinya anda kepada DIA!!! Kemudian soal RBKP yang menyasar pada kaum revisionis yang mengambil jalan kapitalis... Sudah berkali-kali saya bilang logika anda tidak jalan!! Orang yang berpikir waras akan melihat dengan mudah sekali bahwa apa yang anda bilang "tuduhan" kepada para pengambil jalan kapitalis adalah sebuah KEBENARAN... buktinya terlihat jelas dalam sistim kapitalis di Tiongkok sekarang!! Mengapa bung Tik bilang anda orangnya NGOTOT!! Inilah buktinya!! sudah begitu jelas sistim kapitalis yang dibangun Deng, toh anda masih NGOTOT SEOLAH-OLAH SOSIALISME MASIH JAYA DI TIONGKOK!! TAPI DIMINTA MENUNJUKKAN UNSUR-UNSUR SOSIALIS , ANDA BILANG PLANIFIKASI ... INDONESIA JUGA PAKAI PLANIFIKASI, APAKAH INDONESIA JUGA SOSIALIS!! Kelihatan lagi logika anda tidak jalan dalam menanggapi tulisan bung Djie. Anda tidak mampu membedakan kapitalisme di Belanda dengan kapitalisme di Tiongkok. Banyak kaum kapitalis Tiongkok yang berhasil menjadi kaya raya, merangkap menjadi anggota PKT, dan keberhasilannya bersandar kepada fasilitas yang didapat dari jabatan politiknya, bukan karena kelihaiannya sebagai entrepeneur.. Contohnya adalah desa "komunis" yang anda banggakan itu!!!
On Monday, May 14, 2018 3:33 AM, "'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Apanya pemutar balikkan??? Bahwa keputusan akhir ditetapkan oleh Kim tentu saja begitu! Boleh-boleh saja menganggap percobaan nuklir Korut sudah BERHASIL dan boleh dihentikan, ... dan keputusan itu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai Tiongkok, untuk bersama-sama duduk dimeja perundingan agar menghentikan ketegakan perang nuklir yang setiap saat bisa meledak itu! Dan, ... dicapainya keputusan Kim yang bijaksana itu juga TIDAK bisa mengabaikan kebijakan politik Xi dalam perundingannya dengan Kim yang nampaknya BERHASIL terjadi kesepakatan bersama! Coba saja lihat bagaimana gembiranya wajah Kim saat bersalaman dengan Xi, dan kemudian dilanjutkan pertemuan ke-2 di Da Lian itu, .... nampak jelas adanya kesepakatan bersama untuk kepentingan RAKYAT kedua negara, RRT-Korut dan semenanjung Korea! Memangnya siapa yang PRO-imperialis AS??? Bukankah keberhasilan perundingan Xi-Kim itu JUSTRU menggagalkan politik Trump yang hendak bikin onar, kegaduhan bahkan ancaman perang-nuklir di Korea, ... apanya yang pro imperialis AS? From: Tatiana Lukman Sent: Monday, May 14, 2018 4:06 AMTo: GELORA45@yahoogroups.com ; kh djie ; Chan CT Cc: Yahoogroups Subject: Re: [GELORA45] Produsen pupuk dalam negeri khawatirkan serbuan pupuk impor Pemutar balikkan dan interpretasi picik seorang revisionis PRO IMPERIALIS yang TIDAK MAU MENGAKUI BAHWA KEADAAN SEKARANG ADALAH JUSTRU HASIL DARI POLITIK KIM YONG UN!! Dan itu dicerminkan oleh Putin yang mengakui ketepatan dan kepandaian KIM YONG UN dalam mengatasi ancaman perang AS!! Korut menghentikan percobaan nuklir BUKAN KARENA MEMENUHI TUNTUTAN IMPERIALIS AS DAN REVISIONIS TIONGKOK!! Korut menghentikannya, KARENA SUDAH TERCAPAI TUJUAN DALAM PERCOBAAN SENJATA NUKLIRNYA!!!! On Sunday, May 13, 2018 3:44 PM, "'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: BETUUUL, bung Djie, ... yang saya ketahui di Tiongkok pada awal mengembangkan kapitalis dan mengundang masuk modal-asing ditahun 1980 juga begitu, pemerintah memberikan keloggaran bebas pajak diawal 2 tahun dan dengan sewa tanah murah, dan tentunya juga dengan dapatkan upah buruh yg ketika itu terhitung sangat MURAH, ... orang bilang kalau saja manajemen nya beres dan bagus, jalankan usaha apa juga jadi UNTUNG! Tentu kalau tidak ada rangsang kuat begitu, bagaimana kapitalis berani masuk, mengingat masa RBKP bukan saja klas kapitalis diganyang/dibasmi, lha kader-kader yang dituduh “penempuh jalan kapitalis” saja diganyang habis-habisan! Baru beberapa tahun kemudian pemerintah berangsur-angsur menaikkan pajak keuntungan dan, ... adanya upah minimum buruh/pekerja. Akhirnya 8 tahunan terakhir ini dirasakan banyak pengusaha ongkos produksi di Tiongkok, khususnya di pesisir selatan, Guang Zhou, Shen Zhen juga di Fu Jian, Xia Men sudah terlalu mahal. Banyak yg harus hijrah ke pedalaman barat-laut atau keluar ke VietNam, Kamboja, Laos, termasuk Indonesia, ..... Kalau di Indonesia, nampak sangat jelas ada permainan politik anti TIongkok yang sedang berusaha kembangkan “Jalan Sutera”, “OBOR” nya untuk melawan hegemoni imperialisme AS didunia, ... pertarungan masih berlangsung dan tentu kesulitan masih cukup besar harus dihadapi Tiongkok. Sudah bagus perkembangan Korea-Utara yg akhirnya bisa menghentikan percobaan nuklir dan bersedia duduk dimeja perundingan dengan Korsel, AS, ... meredakan ketegangan disemenanjung Korea itu! Sedang Jepang juga nampaknya siap memperbaiki kembali hubungan dengan RRT, melanjutkan kembali perbaiki perdagangan ekonomi dengan kebawahkan persengketaan pulau Diao Yu yg 4 tahun terakhir ini bikin tegang, .....! Salam,ChanCT From: kh djie Sent: Sunday, May 13, 2018 12:34 PMTo: Gelora45 ; Chan CT Subject: Re: [GELORA45] Produsen pupuk dalam negeri khawatirkan serbuan pupuk impor Bung Chan, Di negeri Belanda itu banyak usaha2 perseorangan, yang didorong maju dan dibantu pemerintah.Usaha perorangan ini selain dapat bebas pajak selama 3 tahun, juga boleh melaporkan kerugianusahanya dalam 3 tahun pertama, yang akan diganti kantor pajak, setelah diteliti dulu di tempat,diperiksa semua administrasinya. Jadi ya seperti bayi, ya permulaan perlu dibantu dulu, sampai bisajalan dan lari.....Kalau orang sudah punya kerja, tetapi dia nyambi buka usaha sendiri, kerugiannya bisa dipotongkanpada penghasilan tetapnya, dan setelah itu baru dipajaki.Tidak tahu apa di Indonesia apa ada sistim seperti ini.Masalah pabrik pupuk Kalimantan Timur, pemerintah perlu selidiki benar2 apa terjadi salah kontrak dengan Pertamina, karena ini adalah industri yang sangat penting (tidak tahu apa sudah termasuk industri strategis yang perlu dibantu dengan pinjaman uang berbunga sangat rendah), agar hasil2 pertanian naik, dan tidak perlu import, yang menghabiskan devisa.Salam,KH 2018-05-13 1:42 GMT+02:00 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>: SETUJUUUU, ... mestinya perdagangan itu dibiarkan saja berjalan sebagaimana hukum PASAR! Hanya saja jangan dibiarkan bebas-liar, pemerintah TETAP harus pegang kendali, lebih dahulukan kepentingan rakyat banyak jangan sampai dirugikan dan terpukul-berat. Sebaliknya juga, jangan sampai terjadi kebalikkan, memanjakan rakyat dengan subsidi kebablasan yang hakekatnya justru lebih menguntungkan sekelompok pengusaha, macam subsidi BBM itu! Pada saat Pabrik pupuk Kalimantan tergempur pupuk import, pemerintah bukan terutama memberi subsidi ataupun melarang import pupuk, tapi boleh saja ikut turun tangan meneliti mengapa Pertamina menjual gas 6 dollar sedang dipasar cuma 2 dollar? Dimana dan apa masalahnya? Kalau saja kondisi produksi dalam negeri bisa disempurnakan dan bahkan mencukupi kebutuhan, kenapa masih harus import, apalagi sampai mematikan produksi dalam negeri? Kalau saja mutu produksi kurang baik, karena teknologi yang masih terbelakang, dorong dan bantulah pengusaha meningkatkan mutu produksi agar bisa menyaingi produksi import itu, bukan hanya melarang import! Karena PERSAINGAN itulah yang mendorong maju produksi dan kwalitas produksi, ... Kalau bangsa ini tidak digembleng, menjadi cengeng selalu minta dilingungi pemerintah dan menuntut terus memberi subsidi bahkan mematikan penyaingnya, ... apa namanya kalau bukan jadi bangsa TEMPE?! Inilah yang dibilang segala hal-ihwal dialam semesta ini merupakan kesatuan dari segi-segi yang bertentangan, sesuai dengan I Ching, filsafat kuno Tiongkok yang sudah lebih 5 ribu tahun itu! Dalam memandang masalah tidak bisa selalu dan selamanya memutlakkan satu segi dari segi-segi yang berlawanan, ... From: marthaja...@yahoo..com [GELORA45] Sent: Sunday, May 13, 2018 12:37 AM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Produsen pupuk dalam negeri khawatirkan serbuan pupuk impor Mestinya ya perdagangan itu harus bebas. Konsumen diuntungkan dengan harga lebih murah dan kwalitas lebih baik. Kalo negara proteksi terus, produsen jadi kenakan, tidak mau meningkatkan mutu dan ngeruk keuntungan se-besar2nya. Mau bela rakyat atau lindungi produsen? ---In GELORA45@yahoogroups.com, <ilmesengero@....> wrote : Mengapa takut saingan pupuk impor, bukankah rezim neo/Mojopahit mempunyai politik dagang bebas sesuai doktrin New World Order, dimana "Free movement of capital, labour and goods"? Jadi mereka sudah tahu akibatnya atau juga berlagak linglung terhadap konsekwensi tindakan politik mereka. 2018-05-12 12:56 GMT+02:00 kh djie djiekh@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>: Kutipan : Kenapa pupuk impor bisa lebih murah, lanjutnya, karena biaya opearsional, terutama untuk pos pembelian gas lebih murah, yakni hanya 2 dolar AS, sedangkan di Indonesia masih 6 dolar AS. "Dengan harga gas 6 dolar AS ini, kami kesulitan di biaya operasionalnya," ucapnya. Ini yang aneh, kok Pertamina bisa jual 6 dollar ke Pabrik Pupuk Kalimantan Timur, kalau di pasaran harganya 2 dollar . Masa pabrik pupuk terbesar di Indonesia, jauh lebih besar dari pabrik pupuk Sriwijaya akan terpaksa import gas alam sendiri, sedangkan sumber gas Pertamina ada di Muara Badak, 60 km dari Bontang (pabrik pupuk Kalimantan Timur), yang disalurkan dengan pipa ke Bontang ? Lha, Pertamina jual gas Alam dengan harga berapa ke pasaran umum ? https://id.wikipedia.org/wiki/ Pupuk_Kalimantan_Timur https://investasi.kontan.co. id/news/harga-gas-alam- kuartal-i-2018-tertahan- kenaikan-produksi-as Dibanding komoditas energi lainnya, selama tiga bulan pertama, harga gas alam kontrak pengiriman Mei 2018 turun 1,5% yaitu dari US$ 2,741 per mmbtu pada akhir 2017 menjadi US$ 2,733 per mmbtu per akhir Maret 2018. 2018-05-12 11:29 GMT+02:00 Tatiana Lukman jetaimemucho1@... [GELORA45] <gelor...@yahoogroups..com>: Lha inilah memang yang dikehendaki oleh negara-negara imperialis yang selalu berkaok-kaok tentang Globalisme dan Free Trade, bukan?? Buka lebar-lebar pintu pasar dalam negeri kalian, biarkan produk kami masuk dengan bebas!! Dari dulu sampai sekarang, tak pernah berubah watak kaum pemodal besar dan imperialis!!! On Saturday, May 12, 2018 1:53 AM, "'Chan CT' SADAR@... [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Produsen pupuk dalam negeri khawatirkan serbuan pupuk impor Jumat, 11 Mei 2018 21:31 WIB Pupuk Kaltim. FOTO ANTARA/Ardi/sb/ed/hp/09 (ANTARA/ARDI) Malang (ANTARA News) - Pupuk Kaltim sebagai salah satu produsen pupuk di Tanah Air mengkhawatirkan adanya serbuan pupuk impor yang masuk ke Indonesia dengan mudah dan harganya pun murah. "Kekhawatiran itu ada karena harganya lebih murah dan mudah didapat, apalagi pupuk impor ini masuk dengan mudahnya ke Tanah Air," kata Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Jatim II Pupuk Kaltim disela sosialisasai pengetahuan produk Pupuk Kaltim di Malang, Jawa Timur, Jumat. Ia mengaku khawatir petani akan beralih ke pupuk impor karena harganya terjangkau (murah) dibanding pupuk produksi dalam negeri dan mudah didapat, terutama pupuk dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Kenapa pupuk impor bisa lebih murah, lanjutnya, karena biaya opearsional, terutama untuk pos pembelian gas lebih murah, yakni hanya 2 dolar AS, sedangkan di Indonesia masih 6 dolar AS. "Dengan harga gas 6 dolar AS ini, kami kesulitan di biaya operasionalnya," ucapnya. Sementara itu, Superintendent Hubungan Internal Departeman Humas Pupuk Kaltim, Nurdi Saptono mengatakan Tiongkok dan Amerika Serikat yang memroduksi pupuk urea secara besar-besaran menjadikan dunia over stok. "Dulu pernah terjadi di semua daerah ketika pupuk petani masih menggunakan Pusri, ketika Pupuk Kaltim amsuk dianggap pupuk palsu. Nah, kondisi itu hampir sama dengan sekarang yang banyak serbuan pupuk impor... Mudah-mudahan kondisi itu terjadi sekarang, petani tetap `minded` dengan pupuk dalam negeri, sehingga tidak sampai tergoda pupuk impor," katanya... Menyinggung ketersediaan pupuk menjelang musim tanam di wilayah Jawa Timur, Sugiyono mengatakan sangat aman, bahkan stoknya melebih ketentuan pemerintah (Kementan).RI. "Oleh karena itu, petani tidak perlu khawatir akan terjadi kelangkaan karena stoknya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan petani," ucapnya. Pupuk Kaltim menyediakan stok urea subsidi untuk Jatim mencapai 345.533 ton, dengan rincian stok urea subsidi di Lini I atau gudang pabrik mencapai 5.497 ton, stok di Lini II atau Gudang Provinsi 84.484 ton dan stok urea subsidi di Lini III atau gudang kabupaten 254.269 ton. Sedangkan untuk stok NPK subsidi mencapai 22.592 ton, dengan rincian stok pada lini I atau gudang pabrik 9.960 ton dan stok di Lini III atau gudang kabupaten 12..632 ton. Adapun serapan urea subsidi tertinggi di Jatim, yaitu 225.306 ton, sedangkan serapan NPK subsidi tertinggi di Kalimantan Selatan, yaitus mencapai 20.953 ton. Secara nasional, hingga 7 Mei 2018, Pupuk Kaltim telah menyalurkan 536.758 ton urea subsidi atau 36 persen dari alokasi SK Menteri Pertanian RI. Untuk NPK subsidi yang telah disalurkan mencapai 69.187 ton atau 42 persen dari alokasi SK Menteri Pertanian RI. Sementara itu kapasitas gudang di Jatim mencapai 87.800 ton (di Surabaya dan Banyuwangi) dari ketentuan stok 32.533 ton. Stok fisik mencapai 39.711 ton dan stok administrasi 44.361. Sementara realisasi hingga 7 Mei mencapai 14.428 ton dari alokasi Mei 2018 mencapai 43.377 ton. Untuk produktivitas rata-rata per tahun mencapai 3,43 juta ton urea dan yang didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan petani di dalam negeri sekitar 1,4 juta ton per tahun. Sedangkan selebihnya menjadi komoditas ekspor. "Untuk ekspor ini dengan catatan kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi an harus ada izin dari pemerintah," kata Sugiyono. Kebutuhan pupuk bersubsidi di Tanah Air mencapai 13 juta ton per tahun, sementara pemerintah hanya mampu mengkover sekitar 9,55 juta ton. Sehingga, selebihnya petani harus membeli pupuk dengan harga nonsubsidi. "Petani yang tidak terkover pupuk subsidi ini, mau tidak mau membeli dengan harga nonsubsidi," ucapnya. Menyinggung upaya untuk mengatasi jika terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, Sugiyono mengatakan perlu peningkatan kapasitas produksi, monitoring stok pupuk bersubsidi,koordiansi dengan distributor, PPL,KP3, Dinas terkait, dan pemerintah daerah setempat, membentuk tim posko pengamanan musim tanam, serta Pupuk Kaltim menyediakan jaringan bebas pulsa untuk petani, kios resmi dan distributoryang ingin menyampaikan keluhan dan saran. Sementara itu, staf Pupuk Kaltim Ajang Christrianto mengemukakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman petani, pihaknya melakukan pendampingan bagi petani, termasuk melakukan demo pemupukan secara berimbang dan tidak berlebihan yang melibatkan Dinas Pertanian dan PLL setempat. "Selain itu, juga melakukan kerja sama dengan distributor dan pengecer. Selama masa tanam hingga panen juga terus dilakukan monitoring, apakah pemupukan berimbang dan tidak berlebihan ini mampu meningkatkan produktivitas (panen petani)," ucapnya. Pemupukan berimbang dan tidak berlebihan tersebut menggunakan kompisisi perbandingan 5:3:2, artinya pemupukan dengan 500 kilogram pupuk organik, 300 kilogram pupuk NPK dan 200 kilogram urea untuk setiap hektare tanaman. "Khusus penggunaan pupuk organik yang melebihi komposisi, misalnya 1 ton dan NPK atau ureanya tetap akan lebih baik karena untuk mengembalikan unsur hara tanah lebih cepat," katanya. Baca juga: Menteri BUMN: produksi pupuk NPK ditingkatkan Pewarta: Endang Sukarelawati Editor: Suryanto #yiv0738141739 #yiv0738141739 -- #yiv0738141739ygrp-mkp {border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mkp #yiv0738141739hd {color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 0;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mkp #yiv0738141739ads {margin-bottom:10px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mkp .yiv0738141739ad {padding:0 0;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mkp .yiv0738141739ad p {margin:0;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mkp .yiv0738141739ad a {color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-sponsor #yiv0738141739ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-sponsor #yiv0738141739ygrp-lc #yiv0738141739hd {margin:10px 0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-sponsor #yiv0738141739ygrp-lc .yiv0738141739ad {margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv0738141739 #yiv0738141739actions {font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv0738141739 #yiv0738141739activity {background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739activity span {font-weight:700;}#yiv0738141739 #yiv0738141739activity span:first-child {text-transform:uppercase;}#yiv0738141739 #yiv0738141739activity span a {color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv0738141739 #yiv0738141739activity span span {color:#ff7900;}#yiv0738141739 #yiv0738141739activity span .yiv0738141739underline {text-decoration:underline;}#yiv0738141739 .yiv0738141739attach {clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 0;width:400px;}#yiv0738141739 .yiv0738141739attach div a {text-decoration:none;}#yiv0738141739 .yiv0738141739attach img {border:none;padding-right:5px;}#yiv0738141739 .yiv0738141739attach label {display:block;margin-bottom:5px;}#yiv0738141739 .yiv0738141739attach label a {text-decoration:none;}#yiv0738141739 blockquote {margin:0 0 0 4px;}#yiv0738141739 .yiv0738141739bold {font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv0738141739 .yiv0738141739bold a {text-decoration:none;}#yiv0738141739 dd.yiv0738141739last p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv0738141739 dd.yiv0738141739last p span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv0738141739 dd.yiv0738141739last p span.yiv0738141739yshortcuts {margin-right:0;}#yiv0738141739 div.yiv0738141739attach-table div div a {text-decoration:none;}#yiv0738141739 div.yiv0738141739attach-table {width:400px;}#yiv0738141739 div.yiv0738141739file-title a, #yiv0738141739 div.yiv0738141739file-title a:active, #yiv0738141739 div.yiv0738141739file-title a:hover, #yiv0738141739 div.yiv0738141739file-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv0738141739 div.yiv0738141739photo-title a, #yiv0738141739 div.yiv0738141739photo-title a:active, #yiv0738141739 div.yiv0738141739photo-title a:hover, #yiv0738141739 div.yiv0738141739photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv0738141739 div#yiv0738141739ygrp-mlmsg #yiv0738141739ygrp-msg p a span.yiv0738141739yshortcuts {font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv0738141739 .yiv0738141739green {color:#628c2a;}#yiv0738141739 .yiv0738141739MsoNormal {margin:0 0 0 0;}#yiv0738141739 o {font-size:0;}#yiv0738141739 #yiv0738141739photos div {float:left;width:72px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739photos div div {border:1px solid #666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739photos div label {color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739reco-category {font-size:77%;}#yiv0738141739 #yiv0738141739reco-desc {font-size:77%;}#yiv0738141739 .yiv0738141739replbq {margin:4px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-actbar div a:first-child {margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mlmsg select, #yiv0738141739 input, #yiv0738141739 textarea {font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mlmsg pre, #yiv0738141739 code {font:115% monospace;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-mlmsg #yiv0738141739logo {padding-bottom:10px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-msg p a {font-family:Verdana;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-msg p#yiv0738141739attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-reco #yiv0738141739reco-head {color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-reco {margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-sponsor #yiv0738141739ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-sponsor #yiv0738141739ov li {font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-sponsor #yiv0738141739ov ul {margin:0;padding:0 0 0 8px;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-text {font-family:Georgia;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-text p {margin:0 0 1em 0;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv0738141739 #yiv0738141739ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none !important;}#yiv0738141739