Penyebab utamanya sudah jelas karena pemerintah membiarkan negara ini nyaris tanpa alat-alat produksi. Lihat saja sektor industri yang paling maju di Indonesia adalah "industri impor". Garam sampai kuli pun impor.
--- jonathangoeij@... wrote: Sebenarnya saya juga ingin tahu, tapi sayang jawaban beliau ngelantur nggak karuan lari ke orla segalalebih merupakan pameran daripada menjawab. Dalam kaitan hubungan dolar - rupiah saya kira ada 2 penyebab mengapa nilai rupiah turun dibanding dolar, pertama The Fed menaikkan target federal funds rate jadi 2.5% tahun ini (sekarang masih 2%) tahun depan naik jadi 3.5% tahun depannya lagi naik jadi 4.5% (tetapi angka2 ini hanya ingatan saja, ada kemungkinan angkanya kurang tepat). Seperti biasa kalau fed rate naik banyak duit yg masuk yg artinya nilai dolar jadi naik. Sedang kedua, dalam kaitan dengan Indonesia ditinjaunya kembali GSP (Generalized System of Preferences) yg artinya bea masuk banyak produk dari Indonesia yg sebelumnya 0% ditinjau kembali berubah sampai 25% tergantung komoditinya. Yang artinya eksport Indonesia menurun. Ada juga penyebab lain2 seperti boikot kelapa sawit oleh EU yg kemudian oleh pemerintahan Jokowi dicoba diatasi dgn program B20 itu dgn mengalihkannya pasar kelapa sawit kedalam negeri dicampurkan ke diesel. Tentang apa yg harus dilakukan utk menaikkan rupiah silahkan diskusi. --- ajegilelu@... wrote : Sama, pengin tauapa yang mau dikerjakan pemerintah. Bukan yang muluk-muluk untuk memperkuat rupiah, tapi untuk mempertahankan saja dulu 14 ribu/USD sampai 2019 seperti kata Sri Mulyani Mei lalu. --- bhjo@... wrote: Saya juga tertarik dgn. cara apa supaya Rupiah bisa menguat (kalau mata uang negara2 lain juga melemah)?? --- nesare1@... wrote : EnteKutak katiknya hanya naik turunnya rupiah. Jelassekali sasaran ente adalah Jokowi nya. Kalauente memang mau melihat kondisi RI secara keseluruhan ya lain komentarnya. Cobagimana pendapat ente supaya rupiah bisa kuat? Lainkan kritik dan sasaran kritiknya?! Nesare From: ajeg Sebelum kejauhan mundurnya (20 th) kita lihat saja, dengan tercucuk nuruti WB-IMF apa Sri Mulyani masih ingat omongannya 3 bulan lalu: "Rp 14 ribu /USD hingga 2019". --- sadar@... wrote: Sudah lupa denganpengalaman menghadapi krisis memasuki tahun 1998? Bukankahkarena Suharto TETAP nuruti printah AS/IMF, lalu menurutiperintah kucurkan BLBI secepatnya itu membuat ekonomi makinterpuruk sampai nyaris bankrut tidak tertolong lagi, ... dandampaknya masih dirasakan sampai sekarang setelah lewat 20tahun! Sunny ambon 於 2/9/2018 5:43 寫道: Kalau rezim neo-Mojopahit baik-baikdan ikut nasehat USA, maka pasti Rupiah selalu kuatseperti orang minum jamu kuat otot paha.kencang.hehehehehe