bung sofyan uli mengeluhkan kriminal gorontalo , saya jadi tertarik menuliskan 
apa yang saya saksikan di gorontalo , ini adalah apa yang saya lihat sejak 
walikota pak taki niode di era 70an , disusul walikota bilondatu . saat 
walikota bilondatu , saya sudah ke jakarta dan tidak sampai saat yang 
bersangkutan lengser . kemudian sempat menikmati gorontalo di bawah 'khalifah 
medi botutihe' .

kehancuran gorontalo adalah saat 2 periode terakhir , meskipun sdri. rochalisa 
dama memuji habis-habisan saat sang khalifah berkuasa dalam bukunya yang saya 
sempat baca (lupa judulnya , karena isinya hanya puja dan puji , yang jujur 
berkomentar hanya kang asep sabar dari gorontalo post , maklum kang asep berani 
berkomentar karena kang asep dianggap bukan 100 persen gorontalo .)

kenapa saya mengatakan demikian , tengoklah bahwa 'kota serambi manado' ini 
semrawut , bising dan amburadul nya nggak ampun-ampun .

1) knalpot bising , bersliweran tanpa mengenal waktu dan setiap pemilik motor 
berlomba untuk menggunakan knalpot bising .
2) bentor bising dengan sound system , juga tidak mengenal waktu , bahkan dekat 
rumah dinas gubernur , tapi mungkin gubernur 'budeg' jadi nggak perduli dengan 
bentor bising .
3) pengeras suara dari masjid-masjid , juga nggak kalah dalam berlomba 
menggunakan pengeras suara dari masjid masing-masing , mereka lupa bahwa al 
qur'an  dalam surat al a'raf telah dikatakan jelas-jelas bahwa Allah itu 
tidaklah tuli , tetapi seolah mereka tidak pernah menghayati makna dari al 
a'raf itu sendiri . sekarang gereja disamping rumah di tjempaka juga tidak 
kalah latahnya dengan pengeras suara mereka .

itu tadi dari kebisingan kota . nah kesemrawutan kota , terlihat jelas dan 
transparan dari pkl yang merajai pusat perbelanjaan kota gorontalo . syukur 
sekarang sudah mulai ditertibkan dengan dibangunnya 'canopy' di pusat belanja 
gorontalo . 

di depan mall karsa utama pintu barat , beberapa pengurus masjid menitipkan 
'tromol' mereka dan menjadikan pintu barat tersebut ajang untuk meminta , 
seolah jemaah masjid nya sudah tidak perdulu dengan zakat dan infaq nya . dan 
yang tampak adalah pameran kemiskinan .

kemarin pak yanto bilang bahwa pak wali dan wawali akan ikut pameran kebudayaan 
yang berlangsung di yogyakarta , saya jadi bingung koq kalau walikotanya sudah 
pergi , buat apa lagi wawalinya harus ikutan ke yogya ? dan ini tentunya akan 
diikuti oleh nyonya-nyonyanya 'mongatango bindhe' di yogyakarta , dan uang 
siapa lagi kalau bukan uang rakyat yang digunakan untuk mongatango bindhe ini ? 
terus siapa yang bakal menjaga kandang yang namanya 'gorontalo yang rombeng ini 
'?

dari sampah , hampir setiap sudut kota dari tangga 2000 , lapangan taruna dan  
berbagai wilayah kota , anda selalu akan menemukan  botol bekas dari minuman 
m150 . (minuman ini merupakan campuran/racikan favorit warga kota yang 
menghabiskan malamnya di lapangan taruna atau tangga 2000 , karena diracik 
dengan bir hitam dan bir manado plus m150 ini .   

iklan/papan reklame , bill-boards menghiasi seluruh sisi kota dengan leluasa . 
di jalan utama a.yani ada dua papan reklame dari operator telpon seluler dalam 
ukuran raksasa , saya bingung seberapa banyak retribusi pajak yang diterima 
kantor pajak setempat sampai bisa memajang papan reklame sebesar itu . 

saya bingung , petinggi kita selama 2 periode ini apa yang mereka lakukan ? 
harusnya ada 'law enforcement' untuk kenyamanan warga kota . dengan ringkas , 
khalifah botutihe menyampaikan di depan sidang dpr permohonan maaf . tapi tanpa 
malu-malu komisi 2 buah mobil diserahkan oleh ketua dewan kota , bukannya mobil 
tersebut dijual untuk mengecat patung pak nani yang budukan di depan rumah 
dinas gubernur . ataukah gubernur juga ikut jadi buta dan nggak sadar kalau ada 
patung pak nani yang merupakan ikon gorontalo di depan rumah dinasnya ?

'anyone care'  ?

tot 
 
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke