dari awal pak toti bergabung di Milist ini, saya melihat tulisan pak toti memang lebih condong membahas Parawisata dan Budaya Propinsi Gorontalo.
Saya Melihat Jiwa Seorang Pak Toti dengan Segala Gudang Pengalaman yang telah di Ambil dari Luar dan berbekal Keinginan yang kuat untuk mencurahkan Perhatian demi Kampung Halamannya Tercinta..... Di tambah dengan Usia Beliau yang sangat Mapan dan pada usia seperti saat ini sudah bs teruji yang telah melewati dari masa-masa Emosional sehingga lebih banyak pertimbangan dan Keputusan yang tepat..... Maka saya Sebagai Masyarakat Gorontalo yang ada di Perantauan Menggharapkan Pak Toti untuk periode Pemilihan Walikota Gorontalo Ke depan Kiranya bisa mencalonkan Diri dari Jalur Independen jika tdk ada Partai yang melirik Pak Toti. Karena saya yakin jika di Bandingkan Pak Toti dan Pak Adhan,,,, saya yakin pak Tothi masih jauh di atas rata2 dari pak AD mengenai Konsep membangun Gorontalo untuk bisa maju. INSYA ALLAH PAK TOTI BISA LEBIH MEMPERTIMBANGKAN KE DEPAN. KOTA GORONTALO SAAT INI DI BUTUHKAN ORANG YANG BS MEMIKIRKAN PARAWISTA DAN KEBUDAYAAN DI SAMPING EKONOMI JUGA PENTING. SAYA YAKIN INSYA ALLAH MASYARAKAT GORONTALO KOTA AKAN BS MENERIMA PAK TOTI. MOHON MAAF JIKA ADA YANG KELIRU. WASSALAM TAUFIK POLAPA --- On Sun, 7/20/08, toti lamusu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: toti lamusu <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [GM2020] gorontalo kota 'rombeng' dan 'amburadul' To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Sunday, July 20, 2008, 11:38 PM bung sofyan uli mengeluhkan kriminal gorontalo , saya jadi tertarik menuliskan apa yang saya saksikan di gorontalo , ini adalah apa yang saya lihat sejak walikota pak taki niode di era 70an , disusul walikota bilondatu . saat walikota bilondatu , saya sudah ke jakarta dan tidak sampai saat yang bersangkutan lengser . kemudian sempat menikmati gorontalo di bawah 'khalifah medi botutihe' . kehancuran gorontalo adalah saat 2 periode terakhir , meskipun sdri. rochalisa dama memuji habis-habisan saat sang khalifah berkuasa dalam bukunya yang saya sempat baca (lupa judulnya , karena isinya hanya puja dan puji , yang jujur berkomentar hanya kang asep sabar dari gorontalo post , maklum kang asep berani berkomentar karena kang asep dianggap bukan 100 persen gorontalo .) kenapa saya mengatakan demikian , tengoklah bahwa 'kota serambi manado' ini semrawut , bising dan amburadul nya nggak ampun-ampun . 1) knalpot bising , bersliweran tanpa mengenal waktu dan setiap pemilik motor berlomba untuk menggunakan knalpot bising . 2) bentor bising dengan sound system , juga tidak mengenal waktu , bahkan dekat rumah dinas gubernur , tapi mungkin gubernur 'budeg' jadi nggak perduli dengan bentor bising . 3) pengeras suara dari masjid-masjid , juga nggak kalah dalam berlomba menggunakan pengeras suara dari masjid masing-masing , mereka lupa bahwa al qur'an dalam surat al a'raf telah dikatakan jelas-jelas bahwa Allah itu tidaklah tuli , tetapi seolah mereka tidak pernah menghayati makna dari al a'raf itu sendiri . sekarang gereja disamping rumah di tjempaka juga tidak kalah latahnya dengan pengeras suara mereka . itu tadi dari kebisingan kota . nah kesemrawutan kota , terlihat jelas dan transparan dari pkl yang merajai pusat perbelanjaan kota gorontalo . syukur sekarang sudah mulai ditertibkan dengan dibangunnya 'canopy' di pusat belanja gorontalo . di depan mall karsa utama pintu barat , beberapa pengurus masjid menitipkan 'tromol' mereka dan menjadikan pintu barat tersebut ajang untuk meminta , seolah jemaah masjid nya sudah tidak perdulu dengan zakat dan infaq nya . dan yang tampak adalah pameran kemiskinan . kemarin pak yanto bilang bahwa pak wali dan wawali akan ikut pameran kebudayaan yang berlangsung di yogyakarta , saya jadi bingung koq kalau walikotanya sudah pergi , buat apa lagi wawalinya harus ikutan ke yogya ? dan ini tentunya akan diikuti oleh nyonya-nyonyanya 'mongatango bindhe' di yogyakarta , dan uang siapa lagi kalau bukan uang rakyat yang digunakan untuk mongatango bindhe ini ? terus siapa yang bakal menjaga kandang yang namanya 'gorontalo yang rombeng ini '? dari sampah , hampir setiap sudut kota dari tangga 2000 , lapangan taruna dan berbagai wilayah kota , anda selalu akan menemukan botol bekas dari minuman m150 . (minuman ini merupakan campuran/racikan favorit warga kota yang menghabiskan malamnya di lapangan taruna atau tangga 2000 , karena diracik dengan bir hitam dan bir manado plus m150 ini . iklan/papan reklame , bill-boards menghiasi seluruh sisi kota dengan leluasa . di jalan utama a.yani ada dua papan reklame dari operator telpon seluler dalam ukuran raksasa , saya bingung seberapa banyak retribusi pajak yang diterima kantor pajak setempat sampai bisa memajang papan reklame sebesar itu . saya bingung , petinggi kita selama 2 periode ini apa yang mereka lakukan ? harusnya ada 'law enforcement' untuk kenyamanan warga kota . dengan ringkas , khalifah botutihe menyampaikan di depan sidang dpr permohonan maaf . tapi tanpa malu-malu komisi 2 buah mobil diserahkan oleh ketua dewan kota , bukannya mobil tersebut dijual untuk mengecat patung pak nani yang budukan di depan rumah dinas gubernur . ataukah gubernur juga ikut jadi buta dan nggak sadar kalau ada patung pak nani yang merupakan ikon gorontalo di depan rumah dinasnya ? 'anyone care' ? tot