nice thought...
 
Titien FM    



----- Original Message ----
From: Hasanudin Djadin <[EMAIL PROTECTED]>
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Saturday, October 11, 2008 3:20:14 AM
Subject: [GM2020] Jalan ke Senayan


Mengintip Jalan ke Senayan 
11 Nama Besar Perebutkan 3 Kursi DPR  

Pertarungan ke DPR-RI sangat seru walaupun beberapa ‘raksasa politik’ seperti 
Fadel Muhammad (Golkar), Suharso Monoarfa (PPP), dan Zainuddin Amali (Golkar) 
tidak masuk dalam bursa caleg. Suharso memilih jalur pengusaha daripada Anggota 
DPR. Bahkan mungkin, absennya ketiga nama itu justru menambah serunya 
pertarungan ke Senayan untuk mengisi 3 (tiga) jatah kursi Gorontalo. 
Di level itu bertarung nama-nama yang cukup populer seperti A.W. Talib (PPP), 
Roem Kono (Golkar), Kasma Bokings Bouti (Demokrat) dan Uga Wiranto (Hanura). 
Juga nama-nama yang memiliki daya intelektual yang sangat baik seperti Amanda 
Katili (Golkar) dan Sarinande Djibran (PBB). Jangan lupakan, persaingan ini 
juga diikuti oleh satu-satunya calon incumbent (bertahan-red) , Trulliyanti 
Habibie (Golkar).
Belum lagi orang-orang baru yang juga punya semangat tinggi seperti Rulliyanti 
Katili Isa (PAN), Sofyan Puhi (PPP), Alex Sato Biya (Golkar), dan Mohamad Nabil 
(PAN). Menariknya, dari 11 nama yang disebut itu, ada 6 (enam) srikandi. 
Rupanya kader perempuan Gorontalo cukup banyak dan mampu mewarnai panggung 
politik di daerah ini.
A.W. Talib memiliki modal yang cukup signifikan sejak dirinya terhempas dari 
Pemilihan Walikota Gorontalo, Juni lalu. Dia bahkan memiliki jejaring AFC (A.W. 
Talib Fans Club) yang terdiri dari kalangan non parpol maupun lintas partai, 
jaringan yang tampaknya agak melemah karena sebagian anggotanya terikat dengan 
aturan parpolnya masing-masing.
Roem Kono memiliki modal sebagai pejuang pembentukan provinsi Gorontalo, juga 
memiliki catatan mencapai lebih dari 30 ribu suara pada Pemilu 2004 lalu. 
Sayangnya, waktu itu Golkar menerapkan sistem “nomor urut”, sehingga Roem yang 
hanya nomor urut 3 (tiga) gagal memperoleh kursinya, karena Golkar dapat dua 
dari tiga kursi yang tersedia.
Kasma Bokings adalah isteri Bupati Boalemo Iwan Bokings yang juga ketua Partai 
Demokrat Gorontalo. Kasma sempat tiga tahun duduk di DPRD Pohuwato dari Partai 
Golkar setelah sebelumnya menjadi pimpinan Bank Sulut Cabang Gorontalo. Sebagai 
Ketua PKK Boalemo, tentu saja Kasma banyak memberikan bantuan ini dan itu 
kepada masyarakatnya, baik dengan menggunakan anggaran Pemda Boalemo maupun 
uang pribadinya sendiri. Ditambah lagi isu yang dibangun Partai Demokrat, yaitu 
“saatnya orang Boalemo-Pohuwato duduk di Senayan”.
Uga Wiranto, isteri Ketua Umum DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), juga 
patut diperhitungkan. Apalagi, tampaknya Hanura hari ini tampil bagai partai 
politik yang paling siap dengan modal kampanyenya. Lihat saja ribuan kaos 
Hanura yang kini dipakai masyarakat. Lihat pula mobil-mobil ber-cap Hanura. 
Bahkan bis besar pun, partainya Wiranto itu punya.
Sementara itu, Amanda Katili tampaknya akan mengandalkan kemampuan 
intelektualnya untuk meraih simpati masyarakat. Bermodal gelar M.A dan Ph.D 
(doktor-red) terbaik dari dua universitas di Amerika, Amanda tentu akan siap 
berdebat mengenai konsep pembangunan nasional. Dia juga memiliki modal nama 
besar bapaknya, Prof. Dr. John Ario Katili, salah satu ilmuan Geologi berkelas 
dunia, yang juga pernah menjadi Wakil Ketua MPR-RI.
Sarinande Djibran lain lagi. Disamping kecerdasan di atas rata-rata yang dia 
miliki, Sarinande juga punya jejaring intelektual yang paling kuat di Gorontalo 
hari ini: HMI dan KAHMI. Setelah Hamid Kuna hengkang dari PBB ke Hanura, 
Sarinande memegang tampuk kepemimpinan PBB Gorontalo, menjadikannya 
satu-satunya perempuan ketua partai politik di level provinsi di daerah ini.
Jangan lupakan Partai Keadilan Sejahtera yang dalam beberapa survey terakhir 
menunjukkan peningkatan suara yang signifikan. Sementara itu, siapa pun yang 
digadang partai ini ke DPR-RI, hampir dipastikan akan didukung penuh oleh 
seluruh jejaring partai. Bukankah satu-satunya partai idiologis di negara ini 
tinggal PKS? Mereka memperjuangkan idiologinya, bukan memperjuangkan nama 
seseorang.
Sulit diprediksi siapa saja tiga orang yang akan duduk di DPR-RI. Semua calon 
seperti memiliki modal kekuatan politik yang sama besarnya. Perdebatan tentang 
siapa yang lebih kuat sepertinya akan sia-sia belaka, tak akan ada habisnya. 
Dan pada akhirnya rakyat Gorontalo-lah yang menentukan, rakyat yang semakin 
cerdas menyelami seluk-beluk politik.

4 Kursi DPD, 20 Tokoh Bertarung

Pertarungan ke kursi DPD-RI, institusi ‘kelas kedua’ di MPR-RI setelah lembaga 
DPR-R, tak kalah serunya. Untuk memperebutkan 4 (empat) kursi, bercokol 20 (dua 
puluh) nama yang memiliki kekuatan yang juga sulit diprediksi. Ada Rahmiyati 
Yahya, Elnino M. Husein Mohi, Hanna Hasanah, A.R. Katili, A.R. Koniyo, Hamim 
Pou, Charles Budi Doku, Lollinda Usman, Dewi Hemeto, Hamzah Gibran, Arfan 
Polontalo, Sahmin Madina, Muhamad Rijali, Zuraiha Mentemas, Betsi Bauti, Nani 
Tuloli, Ruland Niode, Amir Adam dan A.D. Khali. Empat nama terakhir sekarang 
sedang duduk di DPD-RI (sejak Pemilu 2004) dan akan bertarung mempertahankan 
kursinya.
Hanna Hasanah adalah isteri dari Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad. Tentu saja 
Fadel akan menggerakkan seluruh kekuatan politik yang dia punya untuk 
memenangkan sang isteri. AR Katili jenderal purnawirawan ALRI yang sekarang 
sedang duduk di DPRD Provinsi Gorontalo dari Partai Bintang Reformasi (PBR) 
mewakili Kota Gorontalo—Bone Bolango.
AR Koniyo adalah kader Golkar mantan Wakil Walikota Gorontalo. Hamim Pou adalah 
Direktur Utama Gorontalo Televisi (GOTV). Seperti Ferriyanto Mayulu (Wakil 
Walikota Gorontalo sekarang), Hamim adalah menantu dari salah satu konglomerat 
Gorontalo, Sam Yunus. Charles Budi Doku seorang dokter yang juga Kepala Badan 
Perlindungan Kesehatan Masyarakat Pemprov Gorontalo. Lollinda Usman adalah 
pengusaha asal Gorontalo di Jakarta, adik dari Marhani Usman (mantan calon 
Bupati Boalemo) dan Reyna Usman (mantan calon Bupati Pohuwato).
Dewi Hemeto adalah putri bungsu Saleh Hemeto atau Om Deka, salah satu milyarder 
di provinsi ini. Di umurnya yang ke 29, Dewi menjadi calon termuda di antara 
calon DPD lainnya. Hamzah Gibran adalah mantan aktifis mahasiswa di Bandung 
yang juga menantu dari Ketua DPRD dan Ketua Golkar Gorontalo Utara, Thomas 
Mopili.
Arfan Polontalo adalah dosen UNG yang memiliki jaringan multilevel-marketin g 
(MLM) yang cukup kuat. Sahmin Madina adalah dosen IAIN Gorontalo yang juga 
memiliki jaringan yang sangat kuat di kalangan aktifis pemuda di daerah ini. 
Zuraiha Mentemas Yusuf adalah pengurus PGRI Provinsi Gorontalo dan selalu 
tampil begitu enjoy di setiap kampanyenya. Betsi Bauti adalah pengusaha asal 
Gorontalo di Jakarta yang juga dikenal dekat dengan Bupati David Bobihoe.
Nani Tuloli adalah satu-satunya profesor yang menjadi kontestan Pemilu 2009 
nanti. Bermodalkan jaringan alumni IKIP Gorontalo, mantan rektor itu beroleh 
suara terbanyak kedua setelah A.D. Khali. Ruland Niode disupport oleh 
konglomerat nasional Rachmat Gobel sehingga meraih kursi keempat DPD-RI pada 
Pemilu lalu. Amir Adam adalah pengusaha nasional yang meraih kursi ketiga 
setelah Nani Tuloli. Waktu itu, Amir didukung oleh jaringan Arfan Polontalo 
yang kini ikut mencalonkan diri.
Sedangkan A.D. Khali meraih suara terbanyak, lebih dari 85 ribu suara, pada 
Pemilu lalu karena didukung penuh oleh Partai Golkar pimpinan Ahmad Pakaya, 
juga oleh jaringan birokrasi di Kabupaten Gorontalo. Bahkan dia begitu 
beruntung memperoleh nomor urut “20” yang sama dengan nomor urut Partai Golkar 
ketika itu.

Rahmiyati vs. Elnino, Siapa Untung?  

Fenomena menarik dalam pertarungan ke kursi DPD adalah munculnya dua nama baru 
yang patut diperhitungkan, Rahmiyati dan Elnino. Rahmi adalah isteri David 
Bobihoe yang juga Bupati Gorontalo. Seperti Hanna Hasanah dan Kasma Bokings, 
Rahmi memegang jabatan Ketua PKK, organisasi para ibu yang memiliki struktur 
lengkap sampai ke desa-desa. Berbagai bentuk bantuan Pemda ke masyarakat 
mengalir melalui PKK. Sudah begitu, Rahmi juga menyisihkan dana pribadinya 
sendiri untuk masyarakat yang sedang kesulitan. 
Modal politik sebesar itu ditambah lagi dengan struktur birokrasi di Kabupaten 
Gorontalo yang sangat mungkin mendukung Rahmi, suka rela maupun terpaksa. 
Apalagi, sang suami David Bobihoe adalah sarjana ilmu komunikasi yang sangat 
paham bagaimana cara menarik simpati massa. Dapat dimaklumi apabila 
poster-poster besar bergambar Rahmi tersebar di seluruh desa. Dimaklumi pula 
manakala sejak 2005 istilah “Gema Rahmi” tertulis di halaman hampir setiap 
rumah di Kabupaten Gorontalo.
Tidak mengherankan apabila mayoritas mutlak rakyat Kabupaten Gorontalo mengenal 
Rahmiyati Yahya lalu menyatakan akan memilihnya ke kursi DPD. Jika diukur pada 
skala provinsi, Rahmi sudah memiliki lebih dari 30 persen suara pemilih. 
Sisanya dibagi oleh 19 calon lainnya. 
Bukan main. Ini adalah sejarah baru ketika seorang perempuan jauh meninggalkan 
para pesaingnya. Rahmi berpeluang besar menjadi perempuan pertama dalam sejarah 
Gorontalo yang meraup suara terbanyak dalam persaingan DPD.
Satu-satunya yang mungkin akan mengerem laju kebesaran Rahmiyati Yahya adalah 
Partai Golkar. Seperti diketahui, sejak 2004 Rahmi duduk di Deprov dari Golkar 
Kabupaten Gorontalo. Dia tiba-tiba mengundurkan diri dari Golkar, berhenti dari 
Deprov, dan memilih maju ke DPD RI. Itu tentu mengecewakan jajaran Golkar, 
sebab selama ini Rahmi memang dipersiapkan dengan matang untuk memenangkan 
partai berlambang pohon Beringin tersebut.
Fenomena lain dalam Pemilu nanti adalah pencalonan Elnino M. Husein Mohi. Ketua 
Masika-ICMI Gorontalo (organisasi intelektual muslim muda) itu mencanangkan 
ikut Pemilu 2009 untuk “Menang dengan Cerdas, Bukan dengan Uang”. Dapat 
dimaklumi, di antara calon-calon yang ada, dia yang paling miskin. Bagaimana 
mungkin gaji seorang wartawan dapat membiayai kampanye dalam skala Provinsi?
Stiker Elnino disumbangkan orang. Baliho Elnino disumbangkan orang. Mobil yang 
dipakainya dipinjamkan orang. Bensin pun dibelikan orang. Jika calon lain bikin 
kegiatan lalu mengundang masyarakat, yang terjadi dengan Elnino justru 
sebaliknya. Masyarakat yang bikin kegiatan lalu mengundangnya. Sekilas tak 
masuk akal, tapi itulah yang terjadi.
Kekuatan Elnino ada pada jejaring intelektual Gorontalo, lintas partai dan 
lintas organisasi, yang tersebar luas di provinsi ini. Dia juga memiliki tim 
yang kuat, ratusan sukarelawan, yang bekerja seringkali mengeluarkan duit dari 
kantong masing-masing. Pantas saja Elnino menjadi calon pertama yang lolos 
verifikasi di KPUD karena memiliki dukungan yang relatif paling beres di antara 
semua calon. Elnino tak perlu melakukan perbaikan berkas maupun syarat dukungan.
Modal jaringan seperti ini pernah digunakan pada Pemilu 2004 lalu oleh dua 
calon DPD, Rauf Ali dan Roy Hasiru yang meraih suara terbanyak kelima dan 
keenam, hanya terpaut 2000-an suara dari peraih kursi keempat Ruland Niode, 
salah satu konglomerat nasional yang juga didukung Rachmat Gobel, konglomerat 
lainnya.
Bukan hanya itu, visi pembangunan peradaban Gorontalo yang ditawarkan Elnino 
memiliki daya tarik yang kuat di kalangan masyarakat bawah yang cerdas. Ada 
saja orang yang dibuatnya menangis ketika Elnino berbicara tentang keadaan 
Gorontalo dulu, sekarang dan akan datang. Tidak mengherankan setiap selesai 
presentasi, Elnino sering menerima sumbangan dari masyarakat.* ***


 

________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!  


      

Kirim email ke