SERAKAH
 
Katanya,sifat yang paling "kuat" pada mahluk manusia adalah keserakahan yang
disusul dianaktangga ke-2 oleh sifat rasa takut. Kedua sifat dominan itu
saling mengomensasi, artinya keserakahan itu hanya bisa di rem dengan rasa
takut akan akibatnya dan....rasa takut itu bisa sementara terlupakan karena
dorongan keserakahan.
Kapitalisme akan tetap ada selama sifat serakah itu pada manusia tetap ada.
Hiduuup kapitalisme di Indonesia ....yang hanya bisa di rem oleh ketakutan
kepada KPK. Kok....?
 
salam&sori,OH
 
  

  _____  

From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Herwin Mopangga
Sent: Saturday, October 11, 2008 10:23 PM
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...




Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl Marx bahwa
cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa
Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah
kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

"....Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali
kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan".
Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap
pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan
manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih
jauh, "semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan".
Kapitalisme "telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal,
langsung dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The
Communist Manifesto, New York: Monthly Review Press)

Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya.


--- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]> menulis:



Dari: ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM





Dan, Amerika pun Menyerah

Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak,
tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh
tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh
"tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan
kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". 

Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung
dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer
dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham
unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin atau
kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya
mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana
talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya nilai
uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang
hanya US$490 miliar) disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi
besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga
saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga
kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap
panik dan menjual portofolio mereka.

Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti
yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan
sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi
krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa
meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan,
hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri.

Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang
dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima
usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini
sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai pernyataan kekalahan?

Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara
maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika
ini? Lohatlah: kejatuhan harga saham di Wall Street langsung menyebar
bagai virus ke seantero pasar modal. Tidak saja di negara-negara
industri di Eropa plus Jepang, juga di negara-negara kecil seperti
Indonesia yang terpaksa mengambil langkah tidak pupuler dengan
menghentikan sementara perdagangan sahamnya.

Apakah sebenarnya akar masalah dari kekacauan sektor finansial ini?
Banyak yang sudah menjelaskan bahwa biang masalah adalah pasar yang
minim aturan, jika tak mau mengatakan tidak ada sama sekali aturan. 
Pasar yang kelewat liberal itu, pada akhirnya memangsa pelakunya
sendiri, lewat ya... itu tadi, tangan-tangan tak terlihat. Pasar yang
minim aturan akan membiarkan pelakunya mengespresikan secara sempurna
sifat serakah manusia. Pernyataan ini pasti ditentang habis-habisan
oleh pendukung liberalisme. . Karena itu biarlah kita kutip pernyataan
pendukung liberalisme sendiri yakni mantan Direktur Pelaksana IMF
Michel Camdessus, `'Semua ini karena aturan yang minim." 

Lalu apakah ini akhir dari kapitalisme- liberalisme? Mungkin tidak.
Ideologi ini masih terlalu besar untuk tumbang, setidaknya untuk saat
ini. Tapi siapakah yang bisa menebak arah sejarah?      


  _____  

Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru
<http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.pro
motions.yahoo.com/newdomains/id/> 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
@rocketmail. br> Cepat sebelum diambil orang lain! 




  _____  

Nama
<http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.pro
motions.yahoo.com/newdomains/id/> baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
@rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain! 

 

Kirim email ke