Saya rasa opini Tony Prasetiantono relevan dengan topik yang dibahas.



Kompas, Rabu, 8 Oktober 2008 | 01:01 WIB

Meletusnya Gelembung Hampa
Oleh A Tony Prasetiantono

Bencana
ekonomi atau economic disaster itu akhirnya datang juga. Sebenarnya
banyak pihak sudah meramalkan, laju akselerasi sektor finansial Amerika
Serikat suatu saat akan terkoreksi akibat ”perekonomian gelembung
sabun” atau bubble economy yang dianggap sudah berlebihan. Sektor
finansial sudah berkembang sedemikian rupa sehingga jauh meninggalkan
sektor riil.Masalahnya, kapan dan bagaimana economic bubble AS
akan terkoreksi? Hari-hari ini kita menyaksikan, akhirnya gelembung
sabun itu meletus dan menyeret perekonomian ke jurang resesi. Masih
adakah sekeping asa bahwa resesi tidak kian berlarut-larut?Gelembung 
hampaSeberapa
besar gelembung ini—untuk ilustrasi—gaji seorang CEO (chief executive
officer) sebuah perusahaan hedge fund dilaporkan bisa mencapai dua
miliar dollar AS setahun. Anda tidak sedang salah baca, gaji itu setara
dengan Rp 19 triliun! Bagaimana kita menjelaskan fenomena ini? Adilkah
ini Konon, angka itu diperoleh dari proses bekerjanya ”mekanisme
pasar”. Seorang fund manager dianggap ”berprestasi” karena berhasil
melakukan leverage, alias ”membiakkan” uang.Celakanya, pembiakan
uang itu tidak selalu bisa dikaitkan dengan kinerja fundamental
perusahaan. Harga saham bisa naik drastis hanya karena tertiup sentimen
positif. Harga saham di Wall Street sering melonjak sedemikian rupa
(bullish) secara mendadak, padahal tak ada perubahan signifikan dalam
laporan keuangan. Semuanya serba instan, seba mudah, sehingga
menyerupai busa sabun yang cepat membesar, tetapi ia tidak memiliki
volume. Isinya kosong, hampa, dan semu.Bursa sabun yang terus
membesar itu diyakini bersifat semu sehingga suatu saat akan
terkoreksi. Cepat atau lambat. Tak mungkin ia terus menggelembung tanpa
batas. Ini bukan fenomena the sky is the limit. Dalam batas tertentu,
gelembung itu akan meletus, mengempis, selanjutnya perekonomian akan
bergerak mendatar, tak lagi mengalami akselerasi. Jepang lebih dulu
mengalaminya pada dasawarsa 1990-an, saat beberapa bank mengalami
krisis sehingga harus dimerger atau direkapitalisasi. Sejak itu,
perekonomian Jepang cenderung mendatar (mengalami leveling-off).Dalam
kasus economic bubble AS, tanda-tanda koreksi itu mulai tampak saat
harga minyak dunia mulai naik dari 30 dollar AS menjadi 70 dollar AS
per barrel sejak Juli 2005, disusul krisis subprime mortgage (Juli
2007). Saat harga minyak mencapai 147 dollar AS per barrel (Juli 2008),
kita pun kian menyadari, meletusnya gelembung sabun itu sudah dekat,
dan proses koreksi sedang dimulai.Namun, harapan masih
menggantung bahwa koreksi gelembung sabun masih bisa diusahakan dengan
cara semulus mungkin (smooth). Perekonomian AS diharapkan masih bisa
menjalani pendaratan lunak (soft landing) dan terhindar dari pendaratan
yang sulit (hard landing), atau bahkan mematikan (crash landing).Kenaikan
harga minyak bisa diinterpretasikan sebagai bentuk ”perlawanan” sektor
nonfinansial, khususnya sektor primer (pertambangan dan pertanian),
yang selama ini diperlakukan tidak adil. Harga produk primer jauh
ketinggalan daripada ”harga” (tepatnya gain, margin dan, fee) di sektor
finansial. Disparitasnya amat lebar. Bayangkan, harga minyak dunia pada
1981 adalah 30-an dollar AS per barrel, dan itu bertahan sampai 25
tahun hingga pertengahan 2005. Padahal, dalam rentang waktu yang sama,
sektor finansial mengalami perubahan harga berlipat-lipat. Jika
analisis kita bertolak dari perspektif ”ketidakadilan” ini, kita ”bisa
memahami”, harga minyak memang perlu mengalami koreksi, sehingga hari
ini (7/10/2008) mencapai 90 dollar AS per barrel.Lalu, bagaimana
agar koreksi economic bubble bisa berlangsung mulus? Bank Sentral AS
(The Fed) pun secara perlahan-lahan menurunkan suku bunga dari level
5,25 persen menjadi 2,0 persen seperti sekarang. Kebijakan gradualism
ini dimaksudkan agar tidak membuyarkan bangunan ”istana pasir” sektor
finansial yang sudah telanjur menjulang.Rupanya langkah itu
belum cukup. Kebangkrutan Lehman Brothers ternyata tidak ditolong
pemerintah Federal. Mungkin alasannya agar tidak menyebabkan terjadinya
moral hazard, yang terjadi saat sebuah bank investasi bangkrut dan
ditolong pemerintah, akan timbul kesan, bankir boleh berbuat semaunya
karena saat bangkrut toh akan ditalangi pemerintah.Selanjutnya,
jika pemerintah menalangi semua bank yang bangkrut, bank-bank investasi
itu akan menjadi milik pemerintah. Perekonomian yang serba pemerintah
(etatisme) ini akan menimbulkan kesan, perekonomian AS sudah beralih ke
sosialisme. Itu sebabnya, rencana talangan 700 miliar dollar AS sempat
ditentang, sebelum kemudian akhirnya disetujui.Namun, Pemerintah
AS, dalam hal ini menteri keuangan Henry (Hank) Paulson, tampaknya
melakukan blunder. Membiarkan Lehman Brothers bangkrut tanpa dana
talangan (meski kemudian raksasa finansial Inggris Barclays mengambil
alih bisnis dan asetnya) terbukti berakibat fatal. Sebagai bank
investasi terbesar nomor empat di AS, kebangkrutan Lehman tergolong too
big to fail (terlalu berisiko untuk dibangkrutkan). Akibatnya,
kepercayaan investor runtuh, yang terefleksikan dengan indeks Dow Jones
yang terperosok di bawah 10.000 (7/10/2008), amat jauh di bawah level
psikologisnya.Rupiah melemahKepanikan
kini telanjur menyebar ke mana-mana. Indeks saham di Jakarta
hancur-hancuran ke level amat rendah, sekitar 1.600-an. Rupiah juga
terpukul hingga menyentuh Rp 9.700/dollar AS. Akibatnya, Bank Indonesia
terpaksa menaikkan BI Rate menjadi 9,50 persen. Kebijakan ini memang
berbeda arah dibandingkan negara-negara maju. Kawasan Euro, Inggris,
dan Australia, misalnya, cenderung menurunkan suku bunga, sebagai
benteng pertahanan menghadapi imbas krisis finansial AS.Dasarnya,
dengan suku bunga rendah, mata uang mereka yang sebelumnya terlalu kuat
bisa terdepresiasi. Selanjutnya, hal ini akan menguntungkan
negara-negara itu untuk memperbaiki neraca perdagangannya yang selama
ini defisit. Suku bunga rendah juga memungkinkan masyarakat menambah
belanjanya serta menggairahkan investasi. Semua ini akan menjadi
pendorong pertumbuhan ekonomi.Hal yang sebaliknya terjadi di
Indonesia. Dengan rupiah yang terus melemah, pilihan kebijakan Bank
Indonesia cuma dua, yaitu melakukan intervensi pasar uang dengan
menggunakan cadangan devisa, atau menaikkan suku bunga? Namun,
intervensi pada saat pasar sedang panik, sepertinya sia-sia. Itu ibarat
menuang air di sumur yang tidak ada dasarnya. Jadi, pilihannya tinggal
menaikkan suku bunga. Hanya saja, tampaknya BI Rate 9,25 persen masih
terasa konservatif dan agak diragukan bisa menaikkan kurs rupiah ke
level di bawah Rp 9.400.Namun, saya masih mencoba berpikiran
positif bahwa pelemahan rupiah ini bersifat temporer. Ketika orang
mulai menyadari bahwa dana talangan 700 miliar dollar AS dan
pembentukan Troubled Asset Relief Programme (TARP)—semacam BPPN versi
AS—baru merupakan awal dari proses panjang penyembuhan ekonomi, amat
mungkin dollar AS akan kembali melemah. Sebaliknya, rupiah akan
menguat. Semoga demikian, karena kita tidak sedang ingin melakukan
perjalanan nostalgia ke krisis tahun 1998.
A Tony Prasetiantono Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM; Chief Economist 
BNI

--- Pada Sab, 11/10/08, Herwin Mopangga <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Dari: Herwin Mopangga <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: Bls: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 3:23 PM










    
            Benarlah kiranya sebuah statement yang sangat filosofis dari Karl 
Marx bahwa cepat atau lambat Kapitalisme akan memangsa dirinya sendiri. Bahwa 
Kapitalisme merupakan cikal bakal munculnya Sosialisme. Kapitalisme adalah 
kakek buyut dari Sosialisme yang akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

"....Ia tidak menyisakan ikatan apapun antarmanusia dengan manusia kecuali 
kepentingan diri terang-terangan, "pembayaran tunai" yang tak berperasaan" . 
Konsekuensinya, "borjuis merampas kesucian dan kehormatan dari setiap 
pekerjaan. Borjuis mengubah ahli fisika, pengacara, pendeta, penyair dan 
manusia berpengetahuan lainnya menjadi sekedar buruh yang dibayar". Lebih jauh, 
"semua yang padat menguap ke udara, semua yang suci adalah profan". Kapitalisme 
"telah menjadi eksploitasi yang terang-terangan, brutal, langsung
 dan tanpa malu". (Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1964 [1848], The Communist 
Manifesto, New York: Monthly Review Press)

Dan negara sebesar Amerika Serikat, sekarang merasakan akibatnya.


--- Pada Sab, 11/10/08, ahmad fadhli <fadhli_ahmad16@ yahoo.co. id> menulis:
Dari: ahmad fadhli <fadhli_ahmad16@ yahoo.co. id>
Topik: [GM2020] Dan Amerika pun Menyerah...
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Tanggal: Sabtu, 11 Oktober, 2008, 2:26 PM







    
            Dan, Amerika pun Menyerah

Bukan di medan pertempuran Afganistan, pun bukan di padang pasir Irak,
tapi di dalam negeri sendiri, Amerika menyerah. Bukan ditaklukkan oleh
tentara negara asing, apalagi oleh teroris, melainkan dihajar oleh
"tangan-tangan tak terlihat" yang sebenarnya dalam pandangan
kapitalisme- liberalisme dipercaya sebagai "kawan". 

Pukulan "tangan-tangan tak terlihat" itu langsung menghujam di jantung
dan simbol kapitalisme- liberalisme, Bursa Saham New York atau populer
dengan sebutan Wall Street. Indikator kekuatan harga saham-saham
unggulan (Dow Jones) terus terperosok. Pernah terpuruk 777 poin
 atau
kalau seluruh saham yang turun harganya itu ditotal kerugiannya
mencapai US$1,5 triliun. Tragisnya, beberapa hari setelah dana
talangan sebesar US$700 miliar (Anda susah membayangkan besarnya
 nilai
uang ini? Bandingkan dengan total hasil perekonomian Indonesia yang
hanya US$490 miliar)
 disetujui, harga saham-saham berkapitalisasi
besar di Wall Street justru merosot 500 poin. Dan, penurunan harga
saham itu ternyata tak bisa dibendung, terus turun, setidaknya hingga
kemarin, meski hanya 100 poin lebih. Pasar tak bereaksi, pemodal tetap
panik dan menjual portofolio mereka.

Maka, Presiden Bush pun tak lagi memiliki kepercayaan diri, seperti
yang dia perlihatkan pada awal-awal krisis. "Saya ingin melakukan
sesuatu untuk menghentikan semua ini," kata Presiden Bush, "tapi
krisis ternyata belum juga berhenti." Presiden Bush pun terpaksa
meminta bantuan kawan-kawannya di Eropa yang sebelumnya ia acuhkan,
hal mana membuat Uni Eropa terpaksa menggelar pertemuan sendiri.

Kebijakan Presiden Bush meminta bantuan itu sejalan dengan apa yang
dikatakan Gedung Putih bahwa pemerintah federal terbuka menerima
usulan yang bisa mengatasi semua kekacauan ini. Bukankah hal ini
sesuatu yang bisa ditafsirkan
 sebagai pernyataan kekalahan?

Masalahnya, siapa yang bisa dan mau membantu? Tidakkah semua negara
maju dio Eropa dan Jepang juga terkena dampak buruk krisis di Amerika
ini? Lohatlah: kejatuhan harga saham di Wall Street langsung menyebar
bagai virus ke seantero pasar modal. Tidak saja di negara-negara
industri di Eropa plus Jepang, juga di negara-negara kecil seperti
Indonesia yang terpaksa mengambil langkah tidak pupuler dengan
menghentikan sementara perdagangan sahamnya.

Apakah sebenarnya akar masalah dari kekacauan sektor finansial ini?
Banyak yang sudah menjelaskan bahwa biang masalah adalah pasar yang
minim aturan, jika tak mau mengatakan tidak ada sama sekali aturan. 
Pasar yang kelewat liberal itu, pada akhirnya memangsa pelakunya
sendiri, lewat ya... itu tadi, tangan-tangan tak terlihat. Pasar yang
minim aturan akan membiarkan pelakunya mengespresikan secara sempurna
sifat serakah manusia.
 Pernyataan ini pasti ditentang habis-habisan
oleh pendukung liberalisme. . Karena itu biarlah kita kutip pernyataan
pendukung liberalisme sendiri yakni mantan Direktur Pelaksana IMF
Michel Camdessus, `'Semua ini karena aturan yang minim." 

Lalu apakah ini akhir dari kapitalisme- liberalisme? Mungkin tidak.
Ideologi ini masih terlalu besar untuk tumbang, setidaknya untuk saat
ini. Tapi siapakah yang bisa menebak arah sejarah?

        Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru  
 Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
br>
Cepat sebelum diambil orang lain!
      


         
        
        

        Nama baru untuk Anda!  

Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 

Cepat sebelum diambil orang lain!
      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke