memang cerita tuturuga enak, apalagi pakai bumbu dabu-dabu balimbing botol, 
ditengah gempa yang heboh masih sempat menikmati keindahan machluk Allah yang 
namanya "parampuang cuantik" 
   
  Oke semoga gempa susulan yang diperkirakan masih akan berlangsung akan 
membuat waspada tuturuga dan yang lainnya "tidor harus so siap dengan calana 
panjang"
   
  Salam

Tuturuga <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Istri Anakku Terkunci Dalam Rumah

Ini kebiasaan yang selama ini aku lakukan : berangkat ke kantor jam 22.00 Wita, 
karena 
tidak enak sama istri mengetuk pintu setiap kali pulang di atas pukul 1 dini 
hari, maka 
aku selalu membawa kunci sendiri dan mengunci anak istri di dalam rumah.
Saat asyik mendownload foto2 dari JPPHOTO, tiba-tiba gempa menggoyang kantor, 
pertama agak asyik goyangannya dan aku merasa ini hal biasa terjadi di 
Gorontalo. Namun 
karena makin lama-makin terasa, maka aku langsung loncat keluar sambil 
mengingatkan 
teman lainnya.
Saat di luar gempa makin menghebat, terasa mual dan pening, bunyi kayu 
berderit, kabel 
listrik berayun, dan orang-orang mulai panik, aku teringat anak istri yang 
terkunci di 
rumah. Aku merasa betapa bodohnya aku membiarkan anak istri terkunci pada 
saat-saat 
berbahaya seperti ini.
Aku tahu, istriku selalu menyimpan kunci serep rumah dalam tas kerjanya. TApi 
aku bisa 
membayangkan betapa bingungnya istriku mencari-cari kunci rumah dalam gelapnya 
malam (karena PLN memadamkan listrik), sementara ia juga harus menyelamatkan 
anakku.
Aku langsung telepon dia, apa dia jawab? segala kekesalan disemburkan di malam 
gempa 
tersebut. (tuturuga)

Keluar Rumah Masih Pake Baju Sexy

Usai gempa pertama aku langsung pulang untuk melihat anak istriku di rumah. 
Syukurlah 
selamat, mereka masih di halaman bersama para tetangga.
Ada pemandangan lucu yang aku lihat, beberapa ibu-ibu (entah sadar atau tidak) 
masih 
mengenakan baju tidurnya yang sexy.
Aku sempat mau motret untuk mendokumentasikan kepanikan warga saat gempa, namun 
merasa gak enak melihat pemandangan yang di luar kebiasaan ini. Ada seorang ibu 
yang 
setiap harinya kalo ngantor pakai jilbab anggun, malam ini aku lihat dia pakai 
celana super 
mini, kaki jenjangnya terlihat memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Ia juga 
masih 
mengenakan baju tidur yang minim.
Pemandangan yang langka. (tuturuga)

Gempa Susulan, Cuma Pakai CD

Yang ini pengalamanku yang sangat konyol! Setelah merasa aman, kami semua 
memasuki 
rumah. Udara dingin yang basah di luar mempercepat kami mengunci pintu rumah 
meski 
hati kami masih merasa was-was dengan gempa susulan.
Kini aku merasa aman, seperti biasanya, usai dari kantor aku menukar celana 
jeans yang 
selalu aku pakai dengan baju tidur yang ringan.
Aku melepas jeans tebal dan menggantungkan di belakang pintu kamar. Namun 
tiba-tiba 
gempa kembali menggoyang, aku panik dan trauma, segera aku buka kamar dan 
keluar. 
Di luar, istriku sudah menggendong si kecil.
Saat di dekat pintu keluar, Tiba-tiba aku sadar aku hanya mengenakan celana 
dalam! 
Makanya terasa dingin, batinku dalam hati.
Segera saja aku balik kanan dan menyambar selembar kain untuk menutupi tubuh 
bagian 
bawah.
Aku tidak tahu, apa para tetangga melihatku hanya mengenakan celana dalam saja. 
(tuturuga)

Patah Kaki, Gak Bisa Lari

Yang ini kejadian di kantor. Ada teman yang baru saja sembuh setelah sekian 
lama dirawat 
di rumah sakit akibat kecelakaan. Kedua kakinya patah, bahkan kalo gak salah 
patahnya 
ada 3 atau 4.
Sudah sekitar 2 pekan ini ia masuk kantor, namun harus mengenakan 2 tongkat 
penyangga tubuhnya.
Nah pas kejadian gempa kemarin itu, semua orang yang lagi stress dikejar 
deadline kabur 
keluar setelah merasakan gempa yang hebat. Segera setelah gempa lampu listrik 
menyala, 
kami di halaman kantor terhuyung-huyung digoyang gempa, kepala terasa pusing 
dan 
perasaan mual.
Kami yang di luar mencoba mencari posisi yang aman agar tidak tertimpa bangunan 
atau 
pohon, apalagi di depan kantor ada tiang listrik bertegangan tinggi, maklum di 
dekat 
kantor terdapat PLTD.
Kami semua sudah berada di posisi yang tidak berbahaya, tiba-tiba mataku 
menatap 
temanku baru keluar ruang kerja dengan susah payah tertatih-tatih mengenakan 
tongkat 
penyanggah tubuhnya. Aku merasa iba dan menyesal tidak membantu dia keluar.
Aku membayangkan dia mau keluar pasti mencari tongkatnya yang diletakkan 
beberapa 
meter dari meja kerjanya, ini agak susah karena kondisi ruang yang gelap total, 
setelah itu 
ia harus melewati beberapa meja yang layoutnya berliku-liku.
Sungguh, perjuangan yang luar biasa.... (tuturuga)

Punya pengalaman pribadi yang menarik? Ayo lanjutkan cerita ini...



                           

       
---------------------------------
  Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru  
 Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
br>Cepat sebelum diambil orang lain!

Kirim email ke