Terima kasih atas respon dan info yang diberikan oleh Pak Zamroni dan Delyuzar Ilahude. Saya sangat berharap dan sangat bangga jika tenaga-tenaga ahli khususnya para dokter spesialis tersebut adalah putra putri asli Gorontalo bukan putra putri daerah lain yang diimport masuk ke Gorontalo. Dan saya lebih bangga lagi jika mereka adalah dokter2 profesional yg memberikan pelayanan terbaik dan tulus kepada masyarakat tanpa memandang status dan kedudukan sosial dari warga masyarakat. Demikian pula halnya dengan tenaga-tenaga ahli lain di Gorontalo, sangat bangga jika mereka adalah putra putri asli Gorontalo. Mengenai dokter spesialis di Gorontalo, saya kurang mengerti kenapa org2 Gtl yg berduit yg menderita penyakit dalam misalnya jantung lebih sering berobat ke Manado, Makassar dan Jakarta. Saya baru2 ini pernah bertanya ketetangga saya yg sudah lama menderita & berobat penyakit jantung mengenai pengobatannya kenapa harus ke Manado dan ke Jakarta dan menurut beliau di Gorontalo belum ada spesialis penyakit jantung. Demikian pula halnya beberapa hari yg lalu saya membaca berita di Gorontalo Post yg memberitakan bahwa disejumlah puskesmas kekurangan tenaga dokter. Itu baru dokter saja, masih banyak berita lain di Koran Gtl yg harus kita jadikan bahan renungan dan untuk mengintropeksi diri dan tindakan kita semua demi untuk kemajuan Gorontalo dan kesejahteraan masyarakatnya. Juga banyak tulisan2 dari teman2 di http://gorontalomaju.com. yang harus kita renungi karena cukup memprihatinkan, juga dari blog2 teman2 kita seperti blognya saudara elnino. Demikian dari saya.
Wassalam Kawali Kisi Pada 3 Juni 2010 11:15, delyuzar ilahude <ilahude_...@yahoo.com> menulis: > > > munkin kawali ini pernah dapat info dari pasien rumah sakit umum gorontalo > dulu sebelum berubah nama RS. Alui Sabu, tapi pasiennya itu 40 tahun yang > lalu......kalao ada buntutnya 40 tahun yg lalu wajar2 saja.....tapi skarang > sdh ada spesialisasi yg disebutkan itu bahkan dokter ahli syaraf di beberapa > kabupaten sdh ada........ahli jantungnya di Alui Sabu antara lain yg saya > tau dr. Fikri...dokter ini dikenal oleh dokter2 ahli jantung di > bandung.....hebaatkan....jadi kalo ada org grtlo berobat jantung kebandung > sopasti akan dirujuk kesalah satu dokter, antara lain dokter yg saya > sebutkan tadi.....hanya saja kalo saya amati di rumah sakit AS, faktor non > teknis perlu ditinkatkan ....antara lain faktor keamanan, kedisipilinan dan > kebersihan.......masa masuk rumah sakit harus nutup hidung terus..... > > salam > DI > > > > ------------------------------ > *From:* zamronie <zamroni...@yahoo.co.id> > *To:* GM2020 <gorontalomaju2020@yahoogroups.com> > *Sent:* Thu, June 3, 2010 9:08:19 AM > *Subject:* Re: [GM2020] Generasi Pemimpi membangun Negeri Impian > > > > > ----- > Mencari dokter-dokter ahli seperti ahli ortopedi, jantung, bedah umum, > bedah syaraf, penyakit dalam cukup sulit bahkan tidak akan ditemukan di > Gorontalo. > ----- > > Semua yang kawali sebutkan itu sudah ada di RS. Aloei Saboe. > > ☺ ☺ ☺ ☺ ☺ > > ------------------------------ > *From: * Kawali Kisi <kawali.kisi@ gmail.com> > *Sender: * gorontalomaju2020@ yahoogroups. com > *Date: *Thu, 3 Jun 2010 08:58:34 +0700 > *To: *<gorontalomaju2020@ yahoogroups. com> > *ReplyTo: * gorontalomaju2020@ yahoogroups. com > *Subject: *[GM2020] Generasi Pemimpi membangun Negeri Impian > > > > > Dari http://gorontalomaj u.com <http://gorontalomaju.com>. > > Tulisan ini sangat baik untuk kita jadikan bahan renungan dan untuk > mengintropeksi diri dan tindakan kita semua demi untuk kemajuan Gorontalo > dan kesejahteraan masyarakatnya. Saat ini di Gorontalo cukup sulit > menemukan tenaga-tenaga ahli yang kompetent dan profesional dibidangnya. > Mencari dokter-dokter ahli seperti ahli ortopedi, jantung, bedah umum, bedah > syaraf, penyakit dalam cukup sulit bahkan tidak akan ditemukan di > Gorontalo. Demikian pula halnya menemukan tenaga-tenaga Engineer ahli yang > kompetent dibidang Civil, Mechanical Electrical, Piping and Instrument tidak > akan ditemukan. Guru-guru yang profesional sangat sedikit jumlahnya. > Akhirnya masyarakat yg membutuhkan skill-skil mereka harus pergi keluar > daerah atau mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari luar daerah. > > Saat ini yang mudah kita temukan di Gorontalo adalah dokter-dokter, > engineer-engineer, sarjana-sarjana yang beralih profesi menjadi politisi, > aktifis-aktifis LSM-LSM yang bergentayangan dimana-mana yg "bertopeng > memberdayakan masyarakat" kemudian "menjual" kesulitan hidup yang terjadi > dimasyarakat. > > Wassalam > > Kawali Kisi > > > > Generasi Pemimpi membangun Negeri Impian > > Gorontalo. Daerah dengan sejuta potensi. Daerah dengan keanekaragaman > hayati dan sejuta keunikan individu. Gorontalo, daerah kecil yang memiliki > banyak pemuda-pemudi yang bermimpi ingin maju kedepan seperti daerah lain. > Akan tetapi mimpi hanyalah bunga tidur yang ketika bangun tidak merubah dan > membawa keadaan seperti yang dimimpikan. Gorontalo tetaplah Gorontalo yang > memiliki para pemuda-pemudi yang suka bermimpi indah disiang bolong. > Biasanya mimpi terjadi dimalam hari tapi kalo pemuda-pemudi Gorontalo mimpi > indah malah terjadi disiang bolong disaat pemuda-pemudi didaerah lain sibuk > belajar dengan tekun & bekerja keras untuk membangun daerahnya. > > Gorontalo, daerah yang memiliki banyak pemuda-pemudi yang ditugaskan dan > dipercaya oleh orang tua mereka untuk belajar diluar daerah yang lebih maju > dari Gorontalo. Dengan harapan, kelak nanti anaknya menjadi pioner perubahan > untuk kemajuan daerahnya tercinta. Sianakpun dengan penuh semangat dan > harapan yang sama dengan orang tua, menjadi anak yang “berguna” bagi orang > tua, masyarakat dan daerah tercinta. > Akan tetapi ketika hidup diperantauan menjadi mahasiswa, seiring dengan > berkurangnya waktu dan besarnya pengaruh pergaulan sianak perlahan-lahan > mulai lupa akan harapan-harapan dan cita-cita luhur bersama orang tua ketika > masih di Gorontalo. Sehingga harapan- harapan hanya menjadi mimpi indah > disiang bolong yang cepat atau lambat akan dilupakan. Begitulah keadaan > sebagian besar mahasiswa Gorontalo sejak zaman kami masih menjadi mahasiswa, > zaman sebelum kami, hingga zaman setelah kami. Semuanya sama. Hidup dengan > penuh mimpi indah, malas belajar/bekerja keras, takut tantangan. > > Mahasiswa Gorontalo memiliki banyak mimpi indah dan cita-cita yang tinggi > untuk daerahnya. Mahasiswa Gorontalo, senang berdiskusi, senang berdebat > dengan pikiran-pikiran maju untuk daerahnya, memiliki banyak ide dan konsep, > tetapi sangat miskin motivasi dan tindakan positif untuk pengembangan diri > sehingga menjadi dangkal kemampuan dan cenderung tidak berani menghadapi > tantangan hidup yang sangat keras didaerah lain apalagi diluar negeri. > Belajar keras dengan tekun sesuai dengan disipline ilmu yang digelutinya > menjadi ciri yang TIDAK dimiliki oleh mahasiswa Gorontalo khususnya yang > perantauan pada umumnya. Karena selalu sibuk dengan diskusi dan perdebatan, > organisasi kampus, menjadi aktivis ataupun sekedar penggembira. Sehingga > tidak pernah menjadi yang terbaik di bidang ilmunya yang merupakan modal > awal yang sangat besar untuk membangun daerahnya. Akibatnya ketika menjadi > sarjana akan sulit mendapatkan pekerjaan yang bagus dan menantang sesuai > dengan disipline ilmunya. Sama halnya para sarjana baru dari daerah lain, > akan mencari pekerjaan yang bagus dan menantang yang sesuai dengan disipline > ilmu. Pekerjaan yang sesuai dengan disipline ilmu inilah merupakan tempat > menimba ilmu baru atau tempat mempraktekkan ilmu yang diperoleh dibangku > kuliah sehingga akan memperkaya wawasan dan mempertajam kemampuan dari yang > hanya bersifat teori analitis menjadi praktis analitis sehingga menjadi > praktisi yang handal dan ahli dibidangnya. Dan ditempat ini pulalah tempat > untuk memperbanyak dan memperkuat relasi yang akan membentuk jaringan yang > kuat. Tempat memperkenalkan Gorontalo dengan sejuta potensi yang > dimilikinya. Relasi-relasi inilah yang akan ditarik untuk berinvestasi di > Gorontalo dengan modal saling kenal dan saling percaya dengan baik. Semua > ini merupakan bekal yang sangat baik untuk membangun daerah. > > Kerasnya hidup didaerah lain dan diluar negeri dengan bekal kemampuan > akademis & aplikatif yang dangkal atau pas-pasan menyebabkan pemuda-pemudi > Gorontalo kalah bersaing dikancah nasional kemudian pulang kampung hanya > dengan modal ijazah sarjana. Dikampung akhirnya menjadi PNS, Politisi dan > Pengacara (pengangguran banyak acara/aktivis LSM) dengan banyak proyek > pembangunan sehingga sok intelek dan sok berkualitas dengan sejuta omongan > yang menarik padahal tidak produktif. Akhirnya harapan-harapan, ide-ide, > konsep-konsep yang menjadi cita-cita luhur ketika didiskusikan semasa > mahasiswa hanya menjadi mimpi indah disiang bolong. Sehingga Gorontalo > sekarang akan sama dengan Gorontalo dulu. Bahkan lebih buruk dari yang dulu > karena hanya memiliki generasi-generasi yang selalu bermimpi disiang bolong. > Akhirnya Gorontalo hanya dipenuhi oleh diskusitor-diskusit or yang mahir, > debator-debator yang unggul, komentator-komentat or yang handal, > orasitor-orasitor yang mantap dalam beretorika. Tanpa tahu bagaimana harus > membangun daerahnya dengan benar dan selalu berharap datangnya sosok Imam > Mahdi yang akan menjadi juru selamat bagi pembangunan dan kemajuan > masyarakat Gorontalo. > > Pesan tulisan ini : > 1. Buat generasi muda Gorontalo (pelajar dan mahasiswa) tuntutlah ilmu > setinggi-tingginya dengan sungguh-sungguh dan tekun, jadilah yang terbaik > diantara yang terbaik didisiplin ilmu yang diambil. Kembangkan kualitas > keilmuan yang dimiliki & kurangi aktivitas-aktivitas yang melemahkan potensi > diri yang unggul dan menghancurkan cita-cita luhur untuk kemajuan daerah. > 2. Berusahalah bekerjalah ditempat yang sulit diraih tetapi menantang yang > sesuai dengan pendidikan karena disitulah tempat belajar sesungguhnya yang > akan memperkaya ilmu, wawasan, kematangan diri dan relasi yang akan > digunakan untuk membangun daerah. > 3. Pilihlah yang tersulit karena yang tersulit akan memberikan banyak ilmu, > wawasan, pengalaman dalam menghadapi masalah lain yang sulit sehingga akan > menjadi mudah. > 4. Jangan pernah takut menjalani hidup dan persaingan diperantauan yang > sangat keras karena disitu tempat membentuk karakter diri menjadi manusia > yang berkualitas unggul untuk membangun daerah. > 5. Setiap manusia adalah pemimpin tapi untuk menjadi pemimpin yang > berkualitas unggul hanya dimiliki oleh manusia yang unggul pula yang lahir > dan dibentuk oleh keadaan yang sulit > 6. Dan yang terakhir, jangan jadi pemimpi. Membangun daerah untuk menjadi > daerah maju bukan dengan mimpi-mimpi indah tapi dengan belajar dan bekerja > cerdas & keras untuk hasil yang benar. > Oleh : Batara Indra Krisna > > >