Ada apa gerangan hingga membuat Pak Ketum merasa gusar sampai mengeluarkan
posting ini?

> Dimanakah posisi IAGI dalam isu-isu industri ekstraktif kebumian versus
> kerusakan lingkungan?

Saya pikir IAGI - mau tidak mau - harus pro-lingkungan. Isu lingkungan di
seluruh dunia sangat sangat deras, dan kita pikir kita tidak bisa melawan
arus itu, harus mengikuti arus tapi jangan sampai karam dan tenggelam.

Inilah justru tantangan para ahli geologi untuk pengembangan metoda-metoda
dalam industri ekstraktif kebumian tanpa banyak menimbulkan kerusakan
lingkungan.
"Bagaimana mendapatkan batu di dalam dasar kolam, tanpa membuat keruh air
kolam, dan tanpa membuat gusar ikan-ikan di kolam...."

Begitu juga apakah kita akan kembali ke jaman batu tanpa industri
ekstraktif kebumian?  Mungkin iya kalau hanya mengandalkan sumberdaya
mineral klasik yang kita kenal sekarang ini. Ini tantangan lagi bagi para
ahli geologi untuk mencari alternatif sumberdaya mineral baru dan
sumberdaya energi baru yang tidak banyak menimbulkan kerusakan
lingkungan...tanpa mengandalkan sumberdaya mineral dan energi klasik
sekarang ini.
(tapi jangan tanya saya, saya juga belum tahu....).

Itu dulu yang ada dalam pikiran saya....

Salam,
BB
====





Sampai saat ini, menurut pengetahuan saya, tidak
> ada satu dokumenpun di IAGI yang secara eksplisit mendeklarasikannya.
> Hal ini bukan berarti bahwa IAGI (dan para anggotanya) tidak "concern"
> dengan masalah tersebut.
>
>
>
> Untuk rekan-rekan yang bergerak di posisi Public Relation, HupMas,
> maupun Manajer Eksplorasi dari perusahaan-perusahaan migas dan tambang,
> isu tersebut malahan sudah jadi makanan sehari-hari yang harus dikunyah,
> dicerna, dan disikapi. Apa yang saya tangkap dari sikap, tindakan, dan
> pembicaraan kawan-kawan tersebut adalah rasa keterdesakan (kepepet)
> dalam menjustifikasi kegiatan industri ekstraktif kebumian dimata para
> environmentalis, sehingga kadang-kadang nampak naif dan ekstrim.
> Kesabaran dan ketekunan yang menjadi salah satu ciri intelektual,
> seringkali termakan oleh emosi dan rasa frustasi.
>
>
>
> Seperti kita tahu, pada umumnya kaum enviromentalis (termasuk juga
> didalamnya ada banyak ahli geologi) mempunyai basis ideologis dan
> militansi yang kuat, dan seringkali juga dukungan dana yang kontinyu
> (dari berbagai LSM dan Lembaga-Lembaga lainnya dalam dan luar negeri).
> Sementara itu, kawan-kawan yang bergerak di industri ekstraktif,
> walaupun dukungan dananya lebih kuat, namun tidak se-militan para
> environmentalis. Apakah yang menyebabkannya??? Apakah karena kawan-kawan
> environmentalis mempunyai satu isu sentral dan mengglobal, sedangkan
> rekan-rekan dari industri ekstraktif  seringkali bermain pada tataran
> mikro, untuk kepentingan project dan perusahaannya saja. Atau mungkin
> karakter industri ekstraktif kebumian yang banyak didominasi oleh
> teknologi padat modal telah mengalineasikan kita dari permasalahan
> "padat karya", yaitu sesuatu yang secara langsung berguna bagi
> kepentingan rakyat banyak.
>
>
>
> Saya katakan LANGSUNG, yang artinya benar-benar langsung, yaitu rakyat
> benar-benar sejahtera didaerah yang kaya migas, emas, dan batubara.
> Tidak ada yang harus mengais-ngais sampah buangan makanan dari mess-hall
> perusahaan hanya untuk menyambung hidup; tidak ada yang harus
> mengemis-ngemis minta pekerjaan ke perusahaan; tidak ada yang harus demo
> meminta ganti rugi yang wajar dari tanah yang dibebaskan; dsbnya,
> dsbnya....(sound like LSM jargons: isn't it??). Kalaupun toh
> contoh-contoh yang saya kemukakan diatas terlalu ekstrim (sehingga
> kenyataannya sering jadi kontroversi), pada dasarnya kita harus akui,
> bahwa kebiasaan kita "bekerja" pada pemodal bisnis resiko tinggi ini,
> seringkali membuat kita jadi kurang militan dibanding teman-teman kita
> kaum environmentalis di LSM-LSM. Padahal kita tahu dan sangat menyadari
> bahwa tanpa mengembangkan industri ektraktif kebumian, kita akan kembali
> ke titik nol, ke jaman batu!!(¿?)
>
>
>
> Menjadi tantangan kita mengajak kebijakan industri ekstraktif kebumian
> di Indonesia ini in-line terhadap problema Lingkungan, tidak hanya
> sekedar bersifat lip-service saja. IAGI selayaknya mendorong pada basis
> utamanya : tumbuh bersama dalam lingkungan kita. Apakah kita akan
> menunggu munculnya Moratorium Penambangan Minyak, untuk kemudian
> kelabakan. Kita tidak berharap munculnya banyak moratorium untuk
> industri ekstraktif kebumian, namun pada sisi lain kita juga perlu
> mencari terobosan yang adil untuk dapat mewadahi semua kepentingan.
>
>
>
> Wacana bahwa industri ekstraktif kebumian memerlukan pendekatan dengan
> ekonomi lingkungan yang mempertimbangkan social cost, dll-nya sudah
> selayaknya menjadi parameter dalam industi ini, "militansi" kawan-kawan
> dari industri ekstraktif lah yang akan mampu mendorong tidak terjadinya
> moratorium-moratorium ini.
>
>
>
> Hanya saja, saya merasa cara kita menerangkan, bernegosiasi,
> berasimilasi, dan sosialisasi,.... pada saat ini kurang pas dan tidak
> efektif. Apalagi ditengah suasana otonomi daerah yang gegap gempita
> penuh euphoria. Mungkin kita perlu meniru jejak rekan Ikhsyat (Sby), Eko
> Teguh Paripurno (Yogjakarta), Ester (KLH), Hanang Samodra (Bandung) dan
> rekan-rekan enviromentalis lainnya yang tidak dapat saya sebutkan
> namanya satu-persatu, untuk lebih mendekat ke lingkungan, ke alam, ke
> teman-teman enviromentalis.
>
>
>
>
>
> Dalam semangat komunitas seperti yang ditunjukkan rekan-rekan itulah,
> IAGI berkutat (dalam sepi) mendorong pelaksanaan program-program
> sosialisasi geologi untuk LSM, Pecinta Alam, Guru-guru SMA, Wartawan,
> dan berbagai kalangan Pemerintahan Daerah.
>
>
>
>
>
>
>
> Lalu,..... bagaimanakah posisi anda, para ahli geologi Indonesia,
> menanggapi semua isu tersebut diatas???
>
>
>
>
>
>
>
> (renungan dari hasil sosialisasi geologi di Palu, di Gn. Bromo, di
> Bogor, di Balikpapan, di Surabaya, di Mataram, di Sumbawa, di Citeureup,
> di Lebak, di Banyuwangi, di Lampung, di Kebon Nanas, dimana-mana, di
> dalam hati.)
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Jakarta, 8 September 2003.
>
>
>
>
>
>
>
> Andang Bachtiar
>
> Ketua Umum IAGI




---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Reply via email to