munculnya nama Nelson Tansu emang cukup fenomenal trutama dimasa "krisis panutan" sedang melanda ngIndo.
Hampir semua milist mensitir kemunculannya. Dan seperti biasa kalau ada issue menarik gini komentarnyapun macem-macem ada yg bangga, ada yg menganggap biasa toh yg namanya pengajar uni yg sudah Phd mendapat nama professor, bahkan ada yg sinis karena beritanya terlalu bombastis.


Kalau melihat sistem pendidikan dasar antara ngIndo dengan LN emang jauh beda. Pengalaman anakku di International School (~ SMU = Secondary dengan British stream) cukup menarik. Salah satu contoh adalah ketika belajar magnet semua diajarkan secara bersama sama kemudian diminta mencari sendiri bahan yg diajarkan di perpstakaan.
Nah ketika ada test dibuat ada bebrapa grade dimana masing-masing mempunyai tingkat kesulitan berbeda-beda :
Grade A diberi soal hitung-hitungan mengukur/menghitung gaya magnet.
Grade B diberi pertanyaan agak mudah tentang bahan-bahan magnet.
Grade C diberi soal termudah ie, berapa jumlah kutub magnet.


Kalau bisa menjawab benar maka nilainya 100, kalau salah ya 0, kalau setengah2 ya antara 0-100.
Bagi si pinter tentunya akan berusaha menjawab soal tersulit dan berusaha mencari 100.
Namun bagi si lemah tetep akan mendapatkan 100 kalau benar, namun hanya untuk grade C.
Akhirnya semua mendapatkan ilmu ttg magnet sesuai minat, keinginan serta kadar kemampuannya ...


Jadi pada akhir tahun, semua naik kelas, semua lulus ... hanya grade dan nilainya saja yg berbeda-beda. Nak-anak diberi kebebasan menentukan keinginan sesuai dengan kemampuan yg dimiliki.

Nah anakku yg primary (SD) mendapat pengalaman menarik juga ketika diajak jalan-jalan ke cafe utk sarapan pagi. Mereka diajarin bagaimana memesan makanan, makan yg bener dan membayarnya. Dan setelah selesei makan mereka diajak muter-muter di cafe melihat bagaimana pelayan, juru masak, kasir serta store keeper bekerja. Karena aku di kota kecil yg ngga ada pabrik maka pengalaman ini memeberikan ilmu ke anak utk mengerti satu sistem usaha kecil, secara utuh mulai dari A-Z. Jadi sianak ini tahu bagaimana satu kelompok orang bekerja.
Sampai kelas 4 sepertinya acaranya hanya "bermain"..... (mboh besok arep dadi opo iki ... :)


Tapi membandingkan model pendidikan dasar ngIndo dengan di LN apa ya fair yak ?
Toh Nelson Samsu yg produk SMU Indonesia tetep bagus, dan dia juga bukan sembarangan murid wektu SMA. Daa adalah salah satu peserta TOFI ... peserta Olimpiade Fisika walopun bukan peraih medali emas. Buatku Nelson hebat karena masih muda dan memiliki potensi utk lebih maju.


RDP
From: "Koesoema" <[EMAIL PROTECTED]>

Kelihatannya diskusi kita tidak nyambung.
Kalau masalahnya adalah pendidikan di Indonesia, itu lain.
Saya berpendapat bahwa pendidikan di SD s/d SMA itu sangat baik, tetapi
hanya untuk anak-anak yang IQ-nya di atas rata-rata, dan juga guru-guru nya
yang berkwalitas. Sedangkan untuk anak-anak rata-rata, terlalu sulit untuk
diikuti, akhirnya jadi banyak dihafal saja, tidak kreatif.
Di Amerika pendidikannya ditujukan untuk anak-anak kebanyakan, sehingga yang
IQ nya rendah pun bisa jadi pintar


Itu saja komentar saya
Wassalam

----- Original Message -----
From: "Yanto R. Sumantri" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, March 16, 2004 3:45 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston



> Pak Koes > > Ada yang terlupa mengenai Nelson , komentarnya berikut ini : > > 1. Bahwa sisitim pendidikan yang dia ikuti sampai SMA di Indonesia > sangat baik dan karena itu dia tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti > pelajaran di AS. Apakah benar demikian ? Padahal di Indonesia sedangrame > ramenya isu bahwa sistim pendidikan dasar Indonesia payah. > 2. Nelson mengharapkan dan menurut dia sebenarnya paling tidak tiga PT > terkemukan di Indonesia seharusnya dapat menjadisalh sati Best of feve > atau paling tidak best of ten di Asia. Apa kira kira kita bisa PT ini > mencapainya ? dan kapan ? > > Si Abah

_________________________________________________________________
MSN 8 helps eliminate e-mail viruses. Get 2 months FREE*. http://join.msn.com/?page=features/virus



---------------------------------------------------------------------


To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi



Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])

Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])

Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])

Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])

Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])

---------------------------------------------------------------------



Reply via email to