Sampai dengan tahun 1999 di Australia gelar "full professor" untuk geofisika
hanya 2 (dua ) orang, yaitu prefessor Vozof  dari McQuairy University dan
professor David Boyd dari University of Adelaide. Lain-lainya (banyak) yang
baru associate professor dan sudah  boleh untuk jadi promotor atau
supervisor untuk Ph.D program. Jadi seleksi sangat ketat untuk memangku
jabatan professor.
M. Untung
----- Original Message -----
From: "Koesoema" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, March 18, 2004 5:46 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston


> Amien Rais itu pernah jadi dosen di UGM, karena dia masuk dan mendirikan
PAN
> maka dia itu harus mengundurkan diri sebagai dosen UGM, tetapi sempat
> dikukuhkan sebagai guru besar untuk 1 jam.
> Silahkan coba saja pasang gelar Prof. Abah Yanto, apakah nanti ditangkap
> polisi tidak. Kalau ditangkap tanya dia mana undang-undangnya dan pasal
> berapa bahwa yang berhak menyandang gelar professor itu hanya guru besar.
>
> Kalau untuk perguruan swasta prosedurnya saya kira sama, tetapi lewat
> Kopertis, karena menurut peraturannya dosen-dosen di swasta juga mengikuti
> jenjang Assistan, Lektor dsb. Tolong tanyakan kepada mereka yang di
> UniversitasTrisakti, apa benar tidak yang saya katakan itu.
> Yang lucu kan universitas swasta harus mengikuti peraturan DpDiknas, kalau
> tidak salah yang disebut PP 10, sedangkan universitas BHMN bisa menentukan
> jenjang kepangkatannya sendiri.
> Wassalam
> RPK
> Wassalam
>
> ----- Original Message -----
> From: "Yanto R. Sumantri" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Thursday, March 18, 2004 2:33 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman
Houston
>
>
> > Kalau yang diterangkan Pak Kusuma itu kan untuk PNS ,kalau untuk swasta
> > bagaimana ya ?
> >
> > Kalau tidak salah pak Amien rasi itu kan bukan PNS , apa ada peratuaran
> > lain yang mengaturnya ?
> >
> > Nah kalau yang namanya Prof.Dr.Djedjem yang berpraktek di jalan
> > Minagkabau (Pasar Rumput) untuk mengubah wajah anda menjadi lebih
> > mancung dan bibir lebih sexy itu dapat dari mana Ya ?
> > (benen bener saya ingin tahu lho , bukan tendenius).
> > Apa ada sanksi kalau saya menamakan diri Prof Dr. "Abah" Yanto
> > R.Sumantri an melakukan praktek paranormal .
> >
> > Si Abah.
> >
> > Koesoema wrote:
> > >
> > > Di Indonesia jabatan professor (istilah resminya "gurubesar") itu
> dikaitkan
> > > dengan golongan dan pangkat pegawai negeri sipil (PNS). Jabatan staf
> > > pengajar (dosen) itu disebut jabatan fungsional. Jaman saya jabatan
staf
> > > pengajar itu mulai dengan Asisten Ahli Muda, Asisten Ahli Madya,
Asisten
> > > Ahli Kepala (Pangkat Gol IIIa s/d IIId), Lektor Muda, Lektor Madya,
> Lektor,
> > > Lektor Kepala, Gurubesar Madya (IVd, setingkat jabatan Gubernur),
> Gurubesar
> > > (IVe, setingkat dengan jabatan Sekjen). Hanya jabatan Gurubesar Kepala
> yang
> > > tidak ada. Biasanya kalau dengan S-1 mulai dengan Gol IIIa, assisten
> ahli.
> > > Jika mendapatkan S-2 atau S-3, tidak langsung naik atau loncat
jabatan,
> > > tetapi ijazah S-2/S-3 dinilai kum-nya, untuk naik jabatan/pangkat
> > > berikutnya. Nilai kum dari ijazah S-3 itu sangat tinggi, sehingga
kalau
> > > dipakai naik jabatan dari Assisten Ahli menjadi Asisten Ahli Muda,
nilai
> > > kum-nya banyak mubazir. Makanya banyak yang mengambil S-3 jika
> jabatannya
> > > sudah mendekati Gurubesar. Untuk kenaikan tingkat itu biasanya 4
tahun,
> > > kecuali jika berprestasi bisa mendapatkan kenaikan tingkat luar biasa
> dalam
> > > 2 tahun. Bisa dihitung sendiri lah dengan banyaknya jenjang ini bahwa
> sulit
> > > untuk bisa jadi professor sebelum berumur 50 tahun, bahkan
kebanyakannya
> > > jadi professor itu hanya beberapa tahun sebelum pensiun, sekitar umur
> > > 60-han. Tetapi sekarang ini saya dengar jenjang-jenjang ini sudah
> > > disederhanakan, dan jabatan gurubesar madya sudah dihapus, begitu pula
> > > lektor muda, madya dsb.
> > > Makanya selama ini seseorang dari industri mau menjadi professor itu
> sulit
> > > karena harus dilakukan korelasi dengan kepangkatan PNS, kecuali
menjadi
> > > Gurubesar Luarbiasa yang statusnya "part-time" untuk 1 tahun, yang
dapat
> > > diperpanjang setiap tahun (itupun dengan Surat Keputusan Menteri
> DikNas).
> > > Status saya juga sekarang ini sesudah pensiun adalah gurubesar
> luarbiasa,
> > > sama dengan statusnya Prof Pulunggono alm.
> > > Dengan berubahnya status ITB menjadi BHMN, maka jabatan Gurubesar
tidak
> lagi
> > > dikaitkan dengan pangkal/gol PNS (teorinya begitu, bahkan semua dosen
di
> ITB
> > > nantinya bukan lagi pegawai negeri, tetapi statusnya seperti di BUMN,
> > > seperti BNI, atau Pertamina dsb), bahkan jenjangnya juga dapat
> menentukan
> > > sendiri atau disederhanakan. Untuk ini pernah diusulkan jenjang
jabatan
> ini
> > > menjadi Instructor, Assitant Professor, Associate Professor, dan
> Professor
> > > seperti di USA (di Inggris dan negara commonwealth istilah yang
dipakai
> > > Assitant Reader, Reader, Lecturer, Professor, kalau tidak salah).
Tetapi
> di
> > > lain pihak ITB harus menggajihnya sendiri (bukan dari kas negara) yang
> > > dengan statusnya BHMN ITB berkewabijban mencari dana sendiri. Salah
satu
> > > usaha itu adalah mencari dana abadi atau trustfund untuk mendirikan
> > > kegurubesaran sebagai lembaga atau yang disebut Professorship. Dan
> > > perusahaan atau perorangan yang mau membiayai professorship itu diberi
> > > imbalah boleh memberikan nama pada professorship itu, seperti the
Shell
> > > Professorship of Geology di University Brunei Darussalam, atau the
Getty
> > > Professorship of Petroleum Geology di Colorado School of Mines.dsb.
> Bahkan
> > > dalam hal ini si financial sponsor dapat ikut menentukan siapa-siapa
> yang
> > > akan menduduki professorship itu.
> > > Inilah cerita mengenai sistim birokrasi dan jalan keluar yang ditempuh
> ITB.
> > > Mudah-mudahan segalanya dapat jelas.
> > > Wassalam
> > > RPK
> > >
> > > ----- Original Message -----
> > > From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > To: <[EMAIL PROTECTED]>
> > > Sent: Wednesday, March 17, 2004 12:31 PM
> > > Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman
> Houston
> > >
> > > > Mohon penjelasan, apa kriteria atau syarat2 yang harus dipenuhi oleh
> > > seorang tenaga pengajar di Indonesia (katakanlah Jurusan Geologi)
untuk
> > > berhak menyandang gelar profesor. Masa bakti ? Umur minimal ? Jumlah
> karya
> > > tulis ?  Hak cipta ? Soalnya, di LN itu banyak prof yang muda-muda
(30an
> th)
> > > dan masa baktinya masih panjang sebelum pensiun. Di Indonesia kan
tidak
> > > begitu ya. Dan, apa definisi sebenarnya untuk jabatan-jabatan ini :
> > > assistant professor (apakah dia profesor juga ?), associate professor
?
> > > Terima kasih.
> > > >
> > > > Salam,
> > > > Awang
> > > >
> > > > AL-AMIN Amir <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > > saya saya pernah dengar predikat professor di america adlah semua
yang
> > > > menjadi pengajar..
> > > > jadi bukan suatu jenjang kepangkatan
> > > >
> > > > jadi tidak terlalu heran dengan berita tersebut
> > > >
> > > > =============================
> > > > AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO
> > > > TOTAL E&P INDONESIE
> > > > BALIKPAPAN
> > > > 0542-533765 - 0811592902
> > > > =============================
> > > >
> > > > Do you Yahoo!?
> > > > Yahoo! Mail - More reliable, more storage, less spam
> > >
> > > ---------------------------------------------------------------------
> > > To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
> > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> > > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> > > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> > >
> > > Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
> Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> > > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> > > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> > > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> > > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> > > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> > > ---------------------------------------------------------------------
> >
> > ---------------------------------------------------------------------
> > To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
> > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> >
> > Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
> Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> > ---------------------------------------------------------------------
> >
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> ---------------------------------------------------------------------
>


---------------------------------------------------------------------

To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi



Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])

Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])

Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])

Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])

Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])

---------------------------------------------------------------------

Reply via email to