Kalau dibaca celotehan2 di subject ini kayaknya enggak ada yang menuduh yg kerja di LN tidak nasionalis. Cuma jangan ada kesan bahwa yang tetap kerja di Indonesia itu Golongan Sisa (jadi ingat Ilmu Kimia) yang tidak berani bertanding dan tak mau mengembangkan diri, atau jadi jago kandang saja. Soal uang? Buktinya mayoritas geoscientist masih tetap survive dengan gajih rupiah, ini berlaku umum bukan untuk yg sudah mapan saja. Kalau tanpa uang memang betul enggak bisa apa2, tapi kan kita enggak ada yg kerja rodi. Masalah cukup atau enggak cukup itu relative, asal jangan lebih besar pasak dari tiang pasti survive. Maksud saya tiap orang punya pilihannya sendiri, Sebagai ilustrasi waktu saya lulus tahun 1979 pilihan pekerjaan sangat luas dan gajihnya sangat bervariasi. Sebagai fresh graduate di Departemen Perhubungan (entah mau dijadikan apa)Rp 26,000, Pertamina Rp 90,000, BPPT Rp 125,000, Tesoro Rp 180,000, Asamera Rp 225,000, IIAPCO Rp 325,000. Saya tentu pilih masuk IIAPCO (sekarang CNOOC), tapi waktu itu saya tidak mengerti kenapa teman2 lain tidak tergoda dan malah memilih masuk jadi pegawai negeri atau BUMN. Setelah 24 tahun bekerja ternyata mereka tetap survive, bahkan kalau diukur secara materi sebagian dari mereka sangat berkecukupan. Apa sih rahasianya, seperti yang ditulis Hasan "Kudu belajar melihat peluang untuk memperkembangkan diri dong. Got to do better today than yesterday. Kalau gak bisa adapt, yach extinct lach."
Seperti dinosaurus biar gagah dan garang kalau enggak bisa adaptasi ya punah lah Wass Witan -----Original Message----- From: Hasan Sidi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, May 14, 2004 10:59 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Interesting open job: worldwideworker Diskusi topik ginian emang kagak ada abisnya ... Tapi aku setuju dengan paragraf awal Iswani. Dunia ini dinamis, persaingan makin ketat, tomorrow's getting harder. Jangan terus jadi cengeng, geophysicist merasa mangkuk nasinya diambil geologist sebagian, fresh grad merasa ketinggalan teknologi, gak dapet job di LN terus menuduh tidak nasionalis. Kudu belajar melihat peluang untuk memperkembangkan diri dong. Got to do better today than yesterday. Kalau gak bisa adapt, yach extinct lach. Duit memang bukan segalanya. Hal-2 semacam recognition dan exposure: lokal, regional maupun international juga bisa menjadi motivasi. Tapi tanpa duit kita juga gak bisa berbuat banyak. Jadi inget lagu, " ... 'cos we are living in the material world, and I am ...". Kalo tentang spec yang over-qualified untuk job-desc-nya, biarkan saja pasar yang mengatur. Kalau memang betul-2 over, kan ntar juga gak ada yang masuk. Tapi kalau banyak recruiter yang berhasil, mungkin memang kualifikasi itu yang diperlukan pasar. Gimana? F. Hasan Sidi Fugro-Jason Australia BV Phone: +61 8 9420.6056 Fax: +61 8 9420.6060 --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------