ada satu hal yang saya agak sulit membayangkan.....

pada saat terjadi tumbukan meteor maka terjadi debu - debu yang kemudian 
menutupi sinar matahari sehingga air membeku....tapi di antipodalnya 
terjadi intrusi basalt (yang saya kira pasti panas..) yang menyebabkan air 
mencair .....
jadi kalau ada mahkluk hidup dan makanan malah kecenderungannya ada di 
dekat / sekitar basalt tersebut karena daerah tersebut paling hangat 
dibandingkan yang lain....atau setelah terjadi tumbukan dan intrusi basalt 
tersebut maka mahkluk hidup yang ada akan menuju ke sekitar basalt 
tersebut.....nah kalau dari fosil yang ada lebih banyak ditemukan di mana 
apakah di tegak lurus dari tumbukan atau malah di sekitar basalt...?

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/G&G 
0542- 533852






Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
11/10/2004 09:45 AM
Please respond to iagi-net

 
        To:     [EMAIL PROTECTED]
        cc: 
        Subject:        [iagi-net-l] Kepunahan Massa oleh Antipodal Deccan-Chicxulub



Bukan hal baru yang saya tulis ini, tetapi mencoba memahaminya dengan 
memasukkan plume tectonics dan melakukan alternatif rekonstruksi 
paleo-tektonik, rasanya memberi nafas baru bagi sebuah problema lama. 
Maaf, agak panjang tulisannya, tetapi semoga ada gunanya.

Menarik mengkaji ulang peristiwa katastrofik di ujung Kapur dan awal 
Tersier (65 Ma) atau K-T (K=Kreide/Cretaceous & T=Tersier) Boundary. Fakta 
paleontologi menunjukkan 75 % spesies fauna'"tiba-tiba" punah. Teori-teori 
dikemukakan. Perdebatan pasti terjadi. Tulisan ini menghimpun semua 
perdebatan yang ada, memberi interpretasi baru-mencoba mengulas kaitan 
keberadaan antipode, plume tectonics, dan kepunahan massa. Plume tectonics 
mungkin tidak main-main. Kait-mengkaitnya unik dengan awal dan akhir 
kehidupan.

Tidak banyak buku geologi, astronomi, natural history membahas masalah 
antipode secara detail. Padahal, di solar system  antipode, yang memenuhi 
hukum aksi-reaksi Newton, benar2  terjadi di beberapa planet dan satelit. 
Misalnya, largest impact basin planet Mars Hellas Plenitia menyebabkan 
antipode Alba Patera-gunungapi Mars yang sekaligus merupakan gunungapi 
terbesar di Tata Surya. Atau, Caloris Basin, impact crater terbesar di 
sebuah sisi planet Merkurius menyebabkan antipode crater di sisi planet 
yang lain. Keberadaan antipode memang masih pro dan kontra.

Antipode adalah sebuah istilah umum/geografi/astronomi dari bahasa Latin 
dan Yunani untuk menunjukkan posisi sebuah tempat di sisi sebaliknya (180 
deg.) dari sebuah bola planet relatif terhadap posisi acuan. Misalnya, 
sisi antipodal dari wilayah Indonesia adalah Columbia. Artinya, Columbia 
tepat di bawah Indonesia di sisi planet yang lain dan sebaliknya. Untuk 
mencari antipode di sebuah globe, tariklah garis bujur dari tempat itu ke 
arah kutub, melaluinya dan teruskan sampai sejauh 180 deg, itulah 
antipodenya.

Kepunahan fauna secara masal (75 %) di Bumi di perbatasan Kapur-Tersier 
telah menjadi topik menarik sejak puluhan tahun. Banyak teori dikemukakan. 
Kalau dikumpul2kan, bisa digolongkan jadi tiga : (1) katastrofik karena 
benturan komet/meteor, (2) katastrofik karena volkanisme, dan (3) 
gradualis karena perubahan iklim akibat massa lautan yang menyurut. Mana 
yang benar ? Saya pikir, semuanya benar, tetapi ada yang paling dominan 
dan bisa jadi semuanya berkaitan.

Berkat penelitian oil companies di sekitar GOM (Gulf of Mexico) tahun 
1980an, maka ditemukanlah sebuah kawah sangat besar dengan diameter 180 km 
di utara Tanjung Yucatan Mexico terkubur dalam sedimen setebal 2000 meter. 
Disebutlah kawah itu Chicxulub. Data image gravity dan magnetik dari Luhr 
et al. (2003) - The Earth  sangat spektakular menunjukkan keberadaan kawah 
itu. Di sekelilingnya sampai ke Kuba, Haiti, San Luis, dan Dallas sekarang 
ditemukan impact wave deposits berupa boulder2 dan data petrografik 
menunjukkan ciri khas shocked quartz (coesite Shoemaker) pada deposit itu, 
suatu indikasi meteorite impact. Bahkan di Haiti ditemukan lapisan tektit 
? deposit hasil meteorite impact setebal ½ meter. Semua dating absolut 
menunjukkan umur 65 Ma untuk deposit2 ini. Dan, di banyak tempat di dunia 
ditemukanlah lapisan tipis kaya mineral iridium menyisip di antara 
lapisan2 K-T Boundary, juga lapisan hitam yang mengindikasi sisa jelaga 
kebakaran skala global. Tidak banyak sumber p
 latina
 iridium di Bumi, sumbernya hanya banyak di extraterrestrial dan meteorit. 
Bagaimana mengartikan semua ini ? Sebuah meteorit yang diyakini 
berdiameter 10 km telah menghantam Bumi pada 65 Ma di sekitar Teluk 
Meksiko sekarang, mengangakan kawah selebar 180 km, menyebabkan kebakaran 
global, dan akhirnya memunahkan 75 % spesies fauna saat itu yang sedang 
didominasi kaum dinosaurus. Penganut teori kepunahan K-T Boundary akibat 
meteorite-impact yang dipelopori ayah-anak Luis Alvarez & Walter Alvarez 
(Luis adalah ahli fisika dan Walter adalah geologist) mendapatkan buktinya 
dan inilah teori yang paling banyak dianut saat ini.

Di sisi planet yang lain, di anak benua India sekarang, terdapatlah sebuah 
plato yang seluruhnya disusun basalt seluas 500.000 km2 (kira-kira hampir 
seluas Kalimantan di luar Sarawak-Sabah). Inilah Deccan Traps atau Deccan 
Plateau. Radiometric dating memberikan umur persis 65 Ma. Geologist 
berpikir, untuk menghasilkan flood basalt sebanyak itu (lebih dari 2 juta 
km3) tentu butuh waktu volkanisme yang lama. Sayangnya, radiometric dating 
menunjukkan bahwa volume sebanyak itu hanya dihasilkan dalam waktu satu 
juta tahun saja, sangat singkat dalam skala waktu geologi. Dalam hitungan 
volkanologi normal, tak mungkin sesingkat itu menghasilkan flood basalt 
seluas dan sebanyak itu. Maka para penganut teori kepunahan massa akibat 
katastrofik volkanisme mendapatkan kartu as-nya. Letusan volkanik di 
Deccan telah menyebabkan perubahan lingkungan global, hujan asam, volcanic 
winter akibat sun blocking (seperti 3 hari gelap saat erupsi Krakatau 
Agustus 1883), dan efek2 domino lainnya yang 
 akhirnya
 menyebabkan kepunahan massa.

Mana yang benar, meteorite impact 65 Ma atau Deccan flood basalt 
voluminous eruption 65 Ma yang menyebabkan global mass extinction ? 
Dua-duanya bisa benar dan bahkan saling berhubungan sebab-akibat. Maka, 
sebuah teori elegan tetapi sangat kontroversial diajukan : meteorite/comet 
collision di Chicxulub-Teluk Meksiko telah menyebabkan erupsi volkanik 
skala besar di Deccan-India dalam mekanisme antipodal effect. Dan kedua 
efek katastrofik ini telah mengubah lingkungan global yang menyebabkan 
kepunahan masal di K-T boundary.

Sebuah problem timbul. India bukan pada posisi antipodal Teluk Meksiko. 
Posisi antipodal Teluk Meksiko sekarang ada di tengah Lautan Hindia di BD 
Indonesia di sekitar Pulau Cocos. Atau, Deccan eruption akan memerlukan 
impact crater yang lain yang bukan dari Teluk Meksiko, tetapi di Lautan 
Pasifik pada tepi timur Lempeng Nazca di offshore barat Bolivia. Tidak ada 
tanda-tanda impact-crater di offshore Bolivia ini. Teori antipode punya 
problem?, begitu kata publikasi yang ada. 

Benarkah punya problem ? Saya rasa tidak. Kembalikan saja ke posisi 
tektonik massa benua dan lautan pada sekitar 65 Ma. Antipodal position 65 
Ma mestinya tidak diplot pada globe 0 Ma, tetapi pada globe 65 Ma. Maka 
akan terlihat bahwa saat itu India belum di tempatnya sekarang dan belum 
membentur Eurasia dan membentuk suture Cimmerian. India micro-plate saat 
itu ada di tengah Lautan Hindia di selatan di antara Afrika dan Indonesia. 
Dan Teluk Meksiko pun belum pada bentuknya sekarang, North America masih 
terbelah dari Canada ke Teluk Meksiko oleh Cretaceous giant seaway. 
Antilles Arc belum ada dan South America belum menyambung ke North America 
melalui tanah genting Panama.

Komet/meteorit jatuh di proto-Teluk Meksiko dan menggoncangkan Bumi dengan 
gelombang kejut ke seluruh globe (shock-wave). Gelombang kejut ini telah 
mengganggu kesetimbangan fluida di mantel bahkan outer core Bumi. Maka 
mantle plume bergerak berupa pasangan head dan tail plume menjurus ke 
posisi antipodal impact crater Chicxulub saat itu yaitu ke wilayah Lautan 
Hindia di antara Afrika dan Indonesia. Head plume menyebabkan volkanisme 
flood basalt dengan akar panjang ke dalam mantel di ujung tailnya. Erupsi 
basalt besar-besaran membanjiri kawasan seluas 500.000 km2 yang sekarang 
berupa Deccan Plateau di India, saat itu India microplate tengah terapung 
di atas kerak samudra Lautan Hindia bergerak ke utara. Massa flood basalt 
sebanyak itu dalam waktu sesingkat itu hanya bisa diterangkan dengan plume 
tectonics, bukan oleh normal volcanology. Meteorit impact dan volkanisme 
skala global pada 65 Ma itu telah cukup mengubah lingkungan yang hostile 
untuk semua makhluk hidup. Sebuah impl
 ikasi
 akan muncul dari interpretasi ini. Kalau benar antipodal Chicxulub ada di 
sekitar Cocos Island, artinya India saat 65 Ma ada di sekitar Cocos island 
sekarang, maka India sebelum retak harus bersatu dengan bagian barat 
Australia, bukan dengan bagian timur Afrika seperti kebanyakan 
rekonstruksi sekarang. Saya jadi ingat rekonstruksi Carey (1956), salah 
satu dari sedikit publikasi yang menaruh posisi paleotektonik India ke 
Australia dan bukan ke Afrika.

Lepas dari implikasi itu, Deccan Traps memang antipodal Chicxulub Crater. 
Problem yang ada timbul karena plotting antipodal position tak dilakukan 
pada globe 65 Ma. K-T Boundary Mass Extinction adalah kerja sama berdua 
antara extra-terrestrial astroblem di Chicxulub dan terrestrial volcanism 
di Deccan Traps.

Salam,

awang




 
---------------------------------
Do you Yahoo!?
vote.yahoo.com - Register online to vote today!



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke