Saya mengamati dari media massa, bahwa setiap ada
masalah yang timbul untuk Cepu TAC antara ExxonMobil
dengan Pertamina, selalu Pemerintah AS turun tangan.
Bahkan kasus ini merupakan salah satu agenda
pembicaraan antara SBY dan Goerge W. Bush minggu ini
di Gedung Putih.

Kepedulian Pemerintah AS terhadap masa depan Blok Cepu
TAC mungkin merupakan bagian rencana strategis mereka
(perusahaan minyak AS) di masa depan. Kita tahu di
berbagai belahan bumi yang kaya akan potensi migas,
pemerintah AS ingin turut ambil bagian, melalui
perusahaan internasionalnya. Sehingga kebutuhan dan
harga minyak dunia dapat mereka kendalikan. Bila semua
melalui prosedur yang ada dan benar, patut kita patuhi
bersama. Kita ambil yang positifnya adalah kita dapat
belajar untuk kita terapkan di negara kita sendiri.

Namun "benang merah" dari semua masalah yang ada dan
terlibat berbagai kasus internasional dengan
Indonesia, adalah Indonesia "lemah" dalam negosiasi
kontrak internasional dan akhirnya dalam posisi yang
kalah. Kasus Sipadan-Ligitan, kemudian Blok Cepu TAC,
lalu Blok East Ambalat (?), dst, merupakan "pekerjaan
rumah" yang harus dipelajari di mana kesalahan kita
dan antisipasi di masa depan.

Majulah terus Indonesia, saya percaya dengan sumber
daya manusia seperti Pak Awang, Pak Rovicky, Pak
Ferdy, Pak Oky, dll, saya optimis negara kita bisa
lebih maju di masa depan. Amien.

Wassalam.

TAM

--- Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Kontrak Cepu EM ada di bawah sistem TAC. BPMIGAS tak
> mengontrol TAC, EM langsung berhubungan dengan
> Pertamina. Dan, Pertamina pun belum di bawah
> pengontrolan BPMIGAS. Bila nanti 2006 Pertamina di
> bawah pengontrolan BPMIGAS, ada peluang bahwa
> TAC-TACnya akan ada di bawah pengontrolan BPMIGAS.
>  
> Waktu EM baru mengakuisisi Mobil, mereka pernah
> mengajukan usulan2nya ke Pertamina BPPKA (menjelma
> jadi BPMIGAS sekarang), seharusnya ke Pertamina EP.
> Itu tahun 2000.  Nah, masuklah usulan sumur Banyu
> Urip-3, sebuah sumur re-entry meneruskan Banyu
> Urip-3 yang terhenti operasinya oleh Humpuss
> PatraGas tepat sebelum masuk ke target utama
> karbonat Prupuh. Jadi struktur Banyu Urip dibuktikan
> mengandung minyak oleh sumur BU-3, bukan BU-1. Dari
> BU-3, baru EM bergerak ke BU-1 yang sama-sama distop
> sebelum masuk ke karbonat Prupuh itu.
>  
> Lalu, EM tak mengajukan lagi usulan2nya ke Pertamina
> BPPKA/Pertamina MPS/BPMIGAS, karena memang aturannya
> tak begitu.  Kalau kelak EM beroperasi di Cepu
> (kontrak diperpanjang), maka siap-siaplah dengan
> biaya tinggi ! Itu pulalah alasannya kenapa Ditjen
> Migas menunjuk PetroChina Tuban sebagai operator
> unitisasi Sukowati sebab bila EM yang ditunjuk, maka
> biayanya membengkak. Saya pernah mengecek operasi
> test BU-3, dan hanya di sumur ini lah di Indonesia
> ada crew rig yang expat-nya sampai 50 % dari crew,
> tersebar di berbagai service company. Standard Exxon
> Internasional katanya (!). 
>  
> Akan halnya cadangan terkuras (recoverable reserve)
> Banyu Urip, dokumen resmi yang masih saya pegang
> adalah 200-700 MMBO, memang range-nya besar. Saya
> tak punya dokumen resmi yang lebih baru karena EM
> melapor ke Pertamina bukan ke BPMIGAS. Mestinya
> sekarang sudah tak punya kisaran besar lagi, EM
> sudah melakukan seismik 3D dan sumur2 berikutnya
> setelah BU-1 di-core.
>  
> Akan sangat bermanfaat buat Indonesia kalau kontrak
> EM di Cepu dihentikan saja. Dan, yang harus diingat
> benar : bukanlah EM penemu Banyu Urip itu. Kawan2 di
> Pertamina pun sudah tau dari dulu BU ada di situ.
> Hanya, saat Humpuss PG bulak-balik ke Kramat Raya 59
> (kantor Pertamina EP dulu ) tahun2 1990an membawa
> banyak data dengan "gratis" (?!), adakah yang bisa
> menolak selembar surat sakti dari RI-1 ???
>  
> BU : besar sekali cadangan migasnya, besar sekali
> sejarah dan nuansa politik-nya, dan sekarang juga :
> risiko politik !
>  
> salam,
> awang
> 
> [EMAIL PROTECTED] wrote:
> Abah
> 
> kalau mark up dari KPS kan sebenarnya ada badan yang
> mengontrol seperti 
> BPMigas....
> Namanya KPS dengan sistem cost recovery seperti
> sekarang ya tentu pengen 
> untung sebesar - besarnya (kalau bisa udah untung
> dulu sebelum bagi 
> hasil)...
> jadi tinggal gimana pinter - pinternya dan niat
> tulus personil BPMigas 
> saja mengawasi dan mengontrolnya...
> 
> Apakah lalu kalau dipegang bangsa sendiri apa lalu
> boleh tidak profesional 
> dengan alasan belajar...?
> Atau lalu boleh mark up / korupsi karena toh yang
> korupsi perusahaan dalam 
> negeri...?
> Apakah kalau perusahaan dalam negeri pengawasan dari
> BPMigas jadi lebih 
> kendur..?
> 
> dari dulu kita ngomong ketakutan akan korupsi tapi
> kalau enggak ada 
> perbaikannya ya ...jalan di tempat seperti sekarang
> 
> Regards
> 
> Ferdinandus Kartiko Samodro
> TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
> DKS/EXR/GLG
> 0542- 533852
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [EMAIL PROTECTED]
> 25/05/2005 09:37 AM
> Please respond to iagi-net
> 
> 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> cc: 
> Subject: RE: [iagi-net-l] Blok Cepu, ExxonMobile &
> strategi besar Pertamina
> 
> 
> 
> 4.Menjawab pertanyaan atau "kecurigaan" bahwa
> Pertamina tidak mampu
> mengoperasikan Blok ini.
> Ini pertanyaan lucu dan sangat berjiwa "inlander",
> karena reservoir di
> Cepu , bukanlah reservoir yang terlalu spesifik ,
> operasi di Cepu bukanlah
> operasi yang sulit.
> Korupsi ????? , seperti dikatakan oleh Oki , EM -pun
> mempunyai angka angka
> ajaib sewaktu menuntut biaya yang telah
> dikeluarkannya !!!
> Apakah bisa Anda bayangkan drilling cost lebih dari
> tujuh juta dollar
> dalam usulan biaya drilling di onshore Jawa Timur
> ???? dimana 30% dari
> biaya tersebut hanya untuk personil ????
> 
> Jadi kalau soal "mark up" itu bukan monopoli orang
> Indonesia.
> Pertamina sedang berubah dan memaang harus berubah ,
> kita harus yakin
> bahwa mereka akan berubah.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>
---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to:
> [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to:
> [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1:
> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
>
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy
> Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED]
> atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi
> Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A.
> Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
>
---------------------------------------------------------------------
> 
> 
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam
> protection around 
> http://mail.yahoo.com 


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke