Kalau dari analisa "Geopolitiknya " nih, kira kira gini kali..
Dalam editorial Media tsb menunjukan Media Indo "menyayangkan" pembatalan tsb, spt kalimatnya terakhir :

(Exxon yang merasa dibohongi kemungkinan akan mengadukan kasusnya ke Mahkamah Internasional. Dan yang tidak kalah penting, pembatalan itu akan menyebabkan investor menjauhi negeri kita. Maka, diplomasi 'buka praktik' yang dilakukan SBY dengan para investor terkemuka di dunia dalam berbagai kunjungan ke luar negeri akan berantakan.)

Kemudian dari posting yang lalu, dikatakan bahwa Om Surya Paloh sudah akan masuk Cepu lewat kerjasamaa dg Pemda Bojonegoro ( yang akan mendapatkan 10 % saham itu), jadi kalau itu batal, kan batal juga itu kesempatan untuk masuk ke Cepu. Lha kan Media Indo ini kan juga "anak"nya Media Group to , jadi yg . punya ya om Surya itu ( ini hanya sekedar analisa warung kopian saja, ..... diakhir pekan , mungkin salah. Mungkin ada analisa yg lain.... )

Salam.

Lie am sie




----- Original Message ----- From: "oki musakti" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Saturday, August 13, 2005 4:46 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina diBlok Cepu




Dari editorial kamis media Indonesia.

Kelihatannya posisi PTM di fait acomply (sp?) dalam editorial ini.



Oki



Pertarungan Minyak Pertamina-Pemerintah

SEBUAH perundingan panjang dan melelahkan telah terjadi antara pemerintah Republik Indonesia bersama Pertamina dan Exxon Mobil mengenai pengelolaan ladang minyak di Blok Cepu. Perundingan yang dimulai sejak 1990 itu baru mencapai kesepakatan pada Juni 2005 dengan penandatanganan nota kesepahaman. Siapa pun yang menandatangani MoU, itu adalah kesepakatan antara pemerintah Republik Indonesia dan Exxon Mobil, perusahaan minyak terbesar di dunia yang bermarkas di Houston, Amerika Serikat.

Tidak mudah, memang, mengegolkan sebuah MoU dengan perusahaan sekaliber Exxon. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri terlibat dalam lobi, entah dengan Exxon, entah dengan pemerintah Amerika Serikat agar kesepakatan segera diteken.

Maka, ketika MoU ditekan, tidak hanya pers di dalam negeri yang mewartakan deal tersebut. Pers terkemuka dunia pun memberitakan secara luas kesepakatan itu. Kesepakatan yang membuka jalan agar kandungan minyak sekitar 350 juta barel di Blok Cepu segera dipompa keluar untuk menghasilkan devisa bagi Indonesia yang sedang mengalami krisis keuangan amat parah.

Menurut MoU yang diteken itu, porsi penerimaan pemerintah adalah 87%. Porsi ini naik dari 50% pada 1990, naik lagi menjadi 56% pada perundingan 2004, dan melonjak lagi menjadi 87% pada kesepakatan 2005. Dari sisi ini, pemerintah Indonesia sukses memaksa Exxon.

Dengan asumsi harga minyak US$50/barel, 87% porsi pemerintah setara dengan sekitar US$8 juta per hari atau US$3,6 miliar setahun. Jumlah yang sangat memadai untuk mengatasi krisis keuangan negara.

Akan tetapi, seluruh potensi penerimaan itu sekarang berada dalam bahaya. Bahaya karena Pertamina ingin mengubah MoU yang sudah ditekan dengan meminta lagi jatah 10% participate interest yang diberikan kepada pemerintah daerah.

Sungguh sebuah ironi besar ketika sebuah kesepakatan pemerintah dengan Exxon bisa dibatalkan oleh Pertamina yang notabene adalah BUMN milik pemerintah. Bagi Exxon, dan juga bagi investor dunia, kasus ini--kalau tidak segera diatasi--akan meruntuhkan citra Indonesia. Kita akan dianggap sebagai negara yang tidak tahu dan tidak menghargai kesepakatan. Kesepakatan pemerintah bisa dianulir oleh direksi sebuah BUMN. Di manakah koordinasi? Di mana dan siapakah yang memegang kendali dan komando? Apakah arti sebuah MoU?

Tidak cuma itu. Kalau MoU ini dibatalkan hanya karena Pertamina tidak berkenan, potensi penerimaan yang US$3,6 miliar setahun belum juga terealisasi karena sesama organ pemerintah berkelahi memperebutkan porsi. Kita ibarat itik yang mati kehausan di atas danau yang berlimpah air.

Exxon yang merasa dibohongi kemungkinan akan mengadukan kasusnya ke Mahkamah Internasional. Dan yang tidak kalah penting, pembatalan itu akan menyebabkan investor menjauhi negeri kita. Maka, diplomasi 'buka praktik' yang dilakukan SBY dengan para investor terkemuka di dunia dalam berbagai kunjungan ke luar negeri akan berantakan.



---------------------------------
Start your day with Yahoo! - make it your home page


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke