Mas Adi,

Salam kenal. Kebetulan sekali waktu baca email anda di IAGI. Apa yang anda 
lakukan sama dengan apa yang saya kerjakan saat ini, 3D modelling untuk thin 
layer reservoir. Kalo saya boleh menduga, lapangan yang anda kerjakan ada di 
deltaic env.?

Lapangan yg saya kerjakan, tipikal deltaic dengan thin layer sst dan coal. AI 
dari seismic tidak bisa dipakai lagi, ada dua reason. Pertama tentunya masalah 
resolusi, kedua adanya interference AI value antara porous sandstone yang 
menjadi target kita dengan coal. 

Untuk problem resolusi, pendekatan yang dilakukan adl dengan melakukan HFR ( 
High Frequency Restoration ) Seismic data. Idenya, membuat semacam operator 
antara original seismic data dengan VSP yang ada. Selanjutnya, Operator tsb 
di-apply ke overall seismic data sehingga resolusi orig. seismik bisa mendekati 
resolusi dari VSP.

Untuk problem kedua, jika ada di lapangan anda, bisa digunakan pendekatan 
Extended Elastic Impedance ( LamdhaRho-MuRho ).Lambdha Rho identik dengan sifat 
inkompresibilitas batuan ( fluid sensitive attribute ) dan MuRho identik dengan 
sifat rigiditas batuan ( lithology sensitive attribute ). Pendekatan ini 
dikombinasikan dengan HFR terbukti sangat efektif. Sand thickness di tempat 
saya 15-35 ft.

Saya ada bbrp paper tentang EEI kalo anda berminat. 

Salam,
Agus.

  ----- Original Message ----- 
  From: Adi Trianto 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Monday, August 29, 2005 11:05 AM
  Subject: [iagi-net-l] 3D Modeling untuk "thin reservoir"


  Saya kebetulan lagi mengerjakan 3D Geological Modeling dengan
  menggunakan Petrel.

  Untuk beberapa reservoir yang relatif tebal (>15-25 m) saya tidak
  mengalami kesulitan untuk membuat facies modeling dan petrophysical
  modelingnya. Untuk distribusi lateralnya, saya menggunakan metode (
  bbrp diantaranya adalah gabungan ) antara object based modeling
  (stochastic) atau  SIS/SGS dengan menggunakan flowline atau 2D/3D
  trend dari seismic dan beberapa variasi dari variogram range. Dari
  bbrp reservoir tebal tersebut, saya coba juga menggunakan seismic
  (attribute) cube (dengan melihat xplot, bbrp diantaranya, saya melihat
  adanya korelasi positif antara property dan value dari seismic
  tersebut) untuk mengontrol distribusi facies/petrophysical modeling.
  Atau dengan menggunakan xplot lainnya, misalnya X=PhieT dan Y=Phie
  untuk porosity modeling  atau X=Phie dan Y=Vclay untuk Vclay modeling
  (korelasi koefisien). Untuk permeability modeling dan SwJ Func saya
  "ikatkan" ke facies dan petrophyical modeling. Dan hasilnya, so far
  antara modeling dan kalkulasi engineering (dynamic modeling) dalam
  range yang bisa ditolerir.

  Permasalahannya adalah, sekitar 70% dari reservoir di field saya
  (fluvial – marginal marine, di Malay Basin) mempunyai ketebalan
  sekitar 3-10m, dimana ketebalan ini jauh daripada tuning thickness
  dari seismic yang ada. Dan saya melihat, uncertainties memodelkan thin
  reservoirs (distribusi lateralnya, terutama facies modeling) ini
  sangat besar sekali, akhirnya, metode "trial/error" dengan bbrp
  realisasi saya coba lakukan. Dan tetap, hasilnya masih sangat sangat
  terbuka untuk diskusi.

  Mohon pencerahan dari rekan2 yang terutama bekerja di "thin reservoir" ? 

  Terimakasih banyak,
  Adi Trianto

Kirim email ke