Dear Pak Yatno dan Gemstone Lovers IAGI,
Alhamdulilah, mang Okim berhasil mancing macan turun gunung. Terima kasih
Pak Yatno atas keterangan pelengkapnya. Sangat bahagia rasanya membaca
kalimat pembukaan Pak Yatno yaitu : kurang setuju. Inilah letak keindahan
akademik, berargumentasi secara bebas untuk mendapatkan sintesa yang
sempurna ( aah, sok bener mang Okim niih, kayak ilmuwan beneran aja ! ).
Maksudnya siih ndak kayak trend dewasa ini, ndak setuju kemudian makai rompi
yang dipasang bom dan buuum ..... dirinya diledakkan sambil nyari temen lain
buat ngantar ke sorga ( ape iyee ? ). Mang Okim masih inget bener ketika
bersama Pak Yatno bimbing 25 mahasiswa ITB untuk kegiatan out door batu
mulia di Garut Selatan ( tahun 1990 an ). Sayang sekali Pak Yatno lebih
cepet ninggalin lapangan karena ada kesibukan di Bandung ( ada yang kurang
percaya siih, alasan sebenarnya katanyee karena di Garut Selatan tak ada
burung cucak rowo yang suaranye merdu ).
Baiklah, sekarang yang lebih serius aah ! Mang Okim akan jawab satu persatu
:
1. Istilah second grade dari mana datangnya yaa ? Di Eropah dan juga di
banyak negara lain, istilah precious dan semi precious stones sudah
dilarang karena tidak sedikit yang disebut semi precious stone harganya jauh
lebih tinggi dari yang precious stones ( kalung giok yang diceritakan mang
Okim adalah jadeite jade berwarna hijau jernih seperti zamrud , dan bukan
barang antik ). Mungkin yang dimaksud Pak Yatno dengan " grade " berhubungan
dengan proses metamorfisme ? Mang Okim sangat setuju memasukkan parameter
antik dan kehalusan seni mengerjakannya , hanya tidak absolut karena barang
seni keluaran Dinasti Sang ( 1600 - 1027 SM/BC ) bentuknya sederhana tuapi
maahaal sekali.
2. Kalung giok yang laku 4,5 juta dollar US di lelang Christie terbuat dari
jadeite jade yang baru dikenal di Cina sekitar abad ke 18-19 Masehi.
Bahannya konon ditemukan di wilayah Burma yang diselundupkan ke Cina. Naah,
nanti kalau ketemu sertifikat dari suatu barang seni yang terbuat dari batu
giok jadeite dan disebut berasal dari dinasti Cina sebelum abad 18 Masehi
(Dinasti Han, Dinasti Sung ataupun Dinasti Ming ), jangan percaya deeh ya .
3. Mengacu pada point 1 di atas, semoga Pak Yatno bisa mempertimbangkan
kembali istilah first grade dan second grade gemstones. Sangat kurang adil
menyebut intan/diamond sebagai first grade group ( hanya satu batumulia ),
sementara yang second grade anggotanya ratusan kalau tidak ribuan batumulia.
4. Mang Okim sangat prihatin bahwa Pak Yatno banyak ketipunya, habis nggak
selalu bawa loupe dan senter siih. Lagian Pak Yatno lebih milih batu permata
mulia import seperti safir, mirah delima atau zamrud , jadi saja sering
ketipu atau ditipu. Mengenai batumulia tak ber star, yang berkat teknik
gosok jadinya punya star, jangan cepat percaya ya. Yang sering ditemukan di
pasar adalah doublet, bagian bawah gelas berwarna, bagian atasnya safir puti
yang punya star. Ada juga yang namanya American sapphire atau Australian
ruby yang starnya naudzubillah, kayak matanya Tamara Blezansky ( beneer
enggak siih ngejanya ? ) atau itu lho Sandrina Malakiano ( sampe-sampe mampu
nyihir saderek Eep Saepullah yang guanteng dan baby face tea ).
5. Naah, ini dia statement yang perlu diwaspadai. Pengenalan inklusi dalam
batumulia adalah bekal terampuh dalam membedakan natural dan synthetic gems.
Three phase inclusions sangat tipikal untuk zamrud Kolumbia, sedangkan yang
namanya gas bubbles, bubble cloud atau paint splash inclusions, dll, sangat
tipikal untuk Siamese Ruby ( mirah Siam ) atau synthetic Corundums yang lain
( berkat kejelian melihat inklusi ini maka mang Okim sempat nyelamatkan
suatu transaksi synthetic corundum senilai 85 juta rupiah ! ).
Pak Yatno dan Gemstone Lovers IAGI,
Semoga dialog ini tak menyurutkan kita semua khususnya Pak Yatno untuk terus
ngulik dan ngulik batumulia. Dan semoga penjelasan di atas ada manfaatnya
bagi kita semua. Mang Okim mohon rebu dihapunteun kalau ada hal-hal yang
kurang berkenan ( harus dimaapin yaa, kan masih bulan syawal ).
Salam batumulia, mang Okim
----- Original Message -----
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, November 15, 2005 10:53 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Re: batu giok, salam dari jambi
Salam batu mulia.
Saya rada kurang setuju dengan mang okim.
1. Batu giok adalah second grade value. Harga mahal batu giok selain
kualitas lebih detentukan ongkos seni mengerjakannya, patung yang halus
dan berukuran besar harganya sangat mahal, juga nilai historis sangat
menentukan.
2. Lelang Cristie itu mungkin berharga mahal karena nilai historisnya,
mungkin dibuat pada dinasti cina yang berumur tua?.
3. Secara umum, harga giok masih jauh di bawah safir, rubby, cat's eye dan
emerald (jamrud), yang semuanya adalah kelompok second grade ( di bawah
diamond yang adalah first grade).
4.Untuk rekan Sugeng Hartono, Hati-hati beli batu mulia terutama yang
harganya mahal, pengalaman saya sebagai kolektor, banyak sekali tipu dan
rekayasa batu mulia oleh para pedagang dan perajin, saya sudah kena tipu
beberapa kali. Tahukah anda ada teknik penggosokan batu mulia sehingga
batu yang secara alami tidak mengeluarkan star bila digosok dengan teknik
khusus bisa keluar starnya? Dan lain lagi.
5. Jangan alergi dengan batu yang ada inklusi, sebab hampir semua natural
stone ada inklusi di dalamnya. Inklusi bukan parameter yang baik untuk
membedakan batu asli ataupun fabrikasi/ buatan.
Salam,
Yatno
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------