It is a good point Syafri....
jadi kekurangan tenaga GGE itu utamanya bukan karena banyak yang lari ke luar 
negeri, tetapi karena TIDAK ADA PENKADERAN DARI DULU.    
ini harus di garis bawahi sekarang.......

Apa yang dilakukan perusahaan2 minyak sekarang?
saya ikutan milis di dua universitas di Indonesia, dan kedua milis itu sangat 
terasa kurang nya penyaluran tenaga kerja lulusan mereka.
Kalau ada yang bisa magang kerja praktek di suatu service co saja sudah 
merupakan suatu anugrah besar,sampai di kasih ucapan selamat di milis.  saking 
jarang nya ada penerimaan untuk tugas akhir, apalagi di terima dapat pekerjaan.
Di milis tsb.  mereka membahas cara2 meningkatkan nilai "jual diri" ke industri 
migas.
mereka sudah saling bantu informal dalam hal tehnologi, tetapi itu sangat 
terbatas.  kapan ada usaha dari industry?

Lagi lagi saya kasih contoh di Petronas.
sejak dua tahun lalu mereka rekruit banyak fresh graduate,  di G&G aja ada 
sekitar 150 orang.  mereka di kasih training di induction program untuk 
mengenal industry minyak.  lalu langsung terjun ke pekerjaan, ikutan senior2 
mereka yang lagi-lagi kebanyakan orang Indonesia.
saya pernah ngomong sama GM dan manager HR nya ttg hal ini,mereka merasa harus 
melakukan hal tsb, walaupun mereka sadar mungkin 50 % atau lebih dari tenaga 
tsb apakah akan pindah ke perusahaan lain atau "tidak jadi" tenaga professional 
seperti yang diharapkan.   kalau ada yang memperlihatkan leadership yang bagus, 
akan di catat. tetapi tetap skill dan knowledge tehnikal nya dulu yang diasah.  
untuk jadi manager harus bisa lulus jadi staff engineering(atau G&G) dulu.
justru itu waktu saya usul metode ban berjalan untuk mengajarkan "art" dari 
interpretasi, saya langsung diajakin diskusi. Entah sekarang dipakai atau 
tidak, tetapi sekarang mereka menyewa konsultan untuk memikirkan bagaimana 
expedite pendidikan fresh graduate mereka.
bukan hanya memikirkan tapi nanti menjalankan dan memonitor usul2 konsultan tsb.
mereka juga rekruit lulusan S2 Cina, dengan paket semi expat, gajinya sekitar 
usd 3000 sebulan, tapi fasilitasnya jauh lebih kecil daripada expat Indonesia 
atau dari negara lain.  Hasilnya kelihatan lumayan.......

sekarang mereka mengambil fresh graduate dari Vietnam, India, dan Indonesia, 
katanya puluhan jumlah nya.  entah apakah mereka disamain dengan pegawai 
nasional mereka atau jadi semi expat.  kita kecolongan lagi ada belasan fresh 
graduate kita diambil Petronas.

sebenarnya mengambil fresh graduate dari Indonesia sudah dilakukan sejak 5 
tahun lalu,  ada 4 orang di G&G, satu di engineering dan satu di finance.  
sebenarnya waktu di recruit, mereka sebenarnya bukan tenaga  fresh graduate 
benar2an, tetapi sudah bekerja satu atau dua tahun di perusahaan di Indonesia. 
Mereka dijadikan pegawai tetap dan di "treat" mirip dengan pegawai nasional.  
sudah tiga orang yang lari(satu ke JKT),  tiganya masih bertahan.  kalau bisa 
culik tiga yang bertahan untuk balik ke Indonesia boleh juga tuh.
saya kenal mereka dan tahu kwalitas mereka..worth kidnapping.

sekarang kita harus berpacu dengan waktu, kapan kita mulai.........

yang 10-15 tahun pengalaman ini akan pensiun dalam 20 - 15 tahun lagi,  jadi 
kalau sekarang mulai di kaderisasi maka tenaga fresh graduate yang sekarang lah 
yang akan menggantikan tenaga2 10-15 tahun pengalamn ini.

kita semua sadar bahwa menciptakan tenaga siap pakai ini perlu waktu, tapi 
kapan kita memulai nya?

waktu awal di usulkan"free trade"  masyarakat sangat ketakutan membanjirnya 
tenaga ahli dan murah dari India dan Cina ke Indonesia.
Terbukti kita semua salah, kita underestimate kemampuan tenaga kerja kita. 
malahan kita yang di drain tenaga kerja nya.
kalau nanti sudah habis, maka tentu saja kita harus terima expat dari luar 
lagi. kan harus ada yang mengerjakan nya?

Kabarnya Pertamina sudah melakukan "jemput bola" melakukan recuitment di LN, 
mudah2an bisa dapat banyak yang bagus dan COCOK dengan environment Pertamina. 
Tetapi jangan lupa asset yang sudah dipunyai. cukup banyak pegawai Pertamina 
yang
 "sell-able", tetapi mereka masih bertahan satu dan lain hal.
kalau mereka tertahan karena mereka tidak bisa mendapatkan tabelbesar (pensiun) 
mereka, itu sih bukan retention sukarela namanya.

terlalu panjang yah.  tapi dua point yang saya mau share disini.
1. perlu program penkaderan yang menyeluruh
2. perlu program retention yang membuat pegawai yang masih ada di dlm negeri 
tinggal secara sukarela.

sekian pendapat saya, sepertinya memang sangat "menggurui" tapi kalau sering2 
ada yang menulis kayak gini,mungkin lama2 "decision maker" mulai berpikir dan 
action juga.

Bambang, iya saya masih di Lagos, sebentar lagi musim hujan.  pergantian musim 
ini menyebabkan saya sakit flu.  atau mungkin flu karena tidak ada yang 
ngelonin ya........ he... he... he...


fbs
rasanya saya tidak termasuk yang 323 tsb. karena saya "lari" dari service co. 
(PGSC). Jadi mungkin lebih 500 an yang keluar.



----- Original Message ----
From: Syafri Syafar <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Saturday, March 24, 2007 1:50:30 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] BPMIGAS: 2.444 Lowong untuk GGE


Kalau melihat dari angka posisi lowong yang ada sebanyak 2.444 dan dibandingkan 
dengan yang keluar dari KKKS yang totalnya hanya 323 orang, itu hanya  
13.21604% saja. Seandainya posisi yang kosong itu adalah real 2.444 , dan 
asumsi yang 323 kembali ke KKKS, juga tidak akan mencukupi. Jadi bisa dilihat, 
keluarnya GGE bukanlah penyebab utama kekosongan di KKKS.
 
Kalau dilihat kilas balik 10-15 tahun kebelakang, dimana saatnya GGE yang 
dibutuhkan sekarang ini (seperti yang dikatakan 10-15 pengalaman) "dilahirkan", 
kekosongan ini kita bisa katakan sebagai akibat "dosa masa lalu", dimana pada 
tahun-tahun '90-an, karena harga minyak "biasa saja" kalau tidak dikatakan 
rendah, tidak banyak perusahaan minyak dan gas yang melakukan "exploration 
campaign" seperti sekarang ini. Ujung-ujungnya, recruitment hanya sedikit 
dilakukan, dan itupun hanya terbatas untuk keperluan pemenuhan "natural 
retirement", dan bukan disiapkan untuk keperluan "business development". 
Walhasil, dari sekian puluh sampai ratusan lulusan GGE saat itu, hanya sedikit 
yang bisa tertampung di perminyakan, sementara yang lain dengan "keihklasan 
hati" melirik lahan lain diluar perminyakan. Jadi bisa dibayangkan, yang 
direcruit pada masa-masa "sulit" tersebut itulah yang sekarang ini sudah 
"berusia" 10-15 tahun. Keadaan tersebut dibumbui dengan harga minyak yang cukup 
tinggi
 sekarang ini, sehingga banyak perusahaan minyak dan gas yang ingin 
mengembangkan bisnisnya, juga termasuk perusahaan non minyak dan gas yang ingin 
ikut berkecimpung dibidang ini. Terjadilah permintaan yang cukup "significant" 
terhadap kebutuhan tenaga GGE ini, hukum ekonomi supply-demand berlaku, pasar 
berbicara. Inilah situasi yang ada sekarang ini. Jadi kekosongan yang 2.444 
tersebut bukanlah semata karena ratusan GGE "menjauhkan diri dari negrinya 
sendiri", tapi lebih kepada kurangnya ketersediaan tenaga GGE yang ada saat 
ini. 
 
Apakah untuk pemenuhan kebutuhan tsb perlu dilakukan 'effort' utnuk 
mengembalikan para GGE yang "hengkang" tsb ke KKKS, saya pikir tidak perlu, 
setuju dengan pendapatnya Frank. Karena "need dan environment" yang dibutuhkan 
cukup beragam untuk dapat tersedia sehingga para GGE ini bisa kembali ke KKKS 
saat ini. Toch kepergian mereka keluar KKKS adalah untuk mencari dan 
mengembangkan keahlian dan pengalaman didunia perminyakan dengan segala 
konsekuensi dan resiko yang dihadapi; dilecehkan dinegeri orang, kesulitan 
untuk pulang sekalipun untuk keperluan pemakaman keluarga terdekat bahkan 
termasuk ancaman penculikan akibat kelabilan situasi politik dinegara tsb. 
Mudah-mudahan semua pengalaman dan keahlian yang didapat nantinya bisa 
diterapkan kembali di KKKS .... jika diterima... 
Nah yang penting sekarang ini dilakukan adalah, bagaimana menyiapkan lulusan 
baru saat ini bisa diberdayakan dan siap ambil bagian untuk mensukseskan 
program besar BPMIGAS menaikan 30% produksi nasional. Dan harus ada "retension 
progam" untuk tenaga GGE yang ada saat ini maupun yang sekarang ini 
di"recruit". Jangan sampai karena alasan "regulasi" semuanya menjadi terlambat, 
"regulasi" bukanlah harga mati karena dibuat oleh para regulator, jadi bisa di 
'de-regulasi" setiap saat. Kalau dulu dengan program "housing allowance" dan 
"tuition program" bahkan jabatan "managerial" bisa membuat para "employee" 
bertahan lama di suatu perusahaan, mungkin sudah saatnya sekarang ini dicari 
jalan lain, sesuai dengan "emerging needs" yang ada. 
 
Selamat berkarya,
Syafri Syafar
Yang pernah "singgah" di hrd selama 2 tahun.
 
 
On 3/24/07, Bambang Satya Murti <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 

Betul itu Frans (maksudku, statement-nya Nuning). Pernah coba kotak-katik ke 
ekonomian suatu block, start from the scratch, ternyata, komponen salary yang 
sudah dimaksimalkan, tetep saja ndak mencapai 7% dari the whole budget. Kalau 
untuk development lebih "gila" lagi, bagian terbesar yang di spent ke 
facilities, hmmm, bener-bener bikin "merem melek" nih. Pak Awang lebih tahu 
mengenai realita hal ini. 
Lha sekarang kalau misalnya salary di adjust, ndak usah muluk-muluk, 50% aja 
dari yang didapat disono, kurasa itu sudah menjadi magnet yang kuat.
Cuma, kembali lagi kepada blunder yang lama, bagaimana kita meningkatkan 
professionalisme dan tetep mempertahankan integrity. Mungkin daily rate lebih 
menarik dibanding package kali?
 
Hmm, belum kepingin "home sweet home" ? How is Lagos?
Ciao
Bambang




---------[ Received Mail Content ]----------

Subject : Re: [iagi-net-l] BPMIGAS: 2.444 Lowong untuk GGE

Date : Fri, 23 Mar 2007 10:44:01 -0700 (PDT)

>From : Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]>

To : iagi-net@iagi.or.id



Saya pikir tidak perlu ditangisin yang sudah pergi, tetapi yang masih di dalam 
yang dibuat betah.

kalau misalnya gajinya sama dengan yang ditawarkan Petronas, ngapain pindah ke 
malaysia?

atau sama yang ditawarkan Saudi Aramco, ngapain ke Dahran?

di negara2 Arab, rata2 gaji tenaga nasional mereka sama dengan gaji expat 
(malah banyak yang lebih).

saya pikir cara pemikiran ini perlu dipertimbangkan.

seperti yang di bilang Ibu Nugrahani di email yang lalu, bahwa gaji adalah 
komponen yang kecil dari E&P migas.



Tapi kalau bisa membuat situasi dimana yang sudah diluar mau balik, yah mungkin 
boleh juga tuh.

tidak usah dapat 2444 orang cukup setengah nya saja sudah lumayan?



fbs

jadi ingat lagu KoesPloes







Create and Share your own Video Clip Playlist in minutes at Lycos MIX 
(http://mix.lycos.com ) 
---------------------------------------------------------------------------- 
Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL 
PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 
29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 
November 2007 
---------------------------------------------------------------------------- To 
unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, 
send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: 
http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. 
Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi 
Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: 
Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: 
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: 
http://groups.yahoo.com/group/iagi 
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke