Abah,
 
Salah kaprah banyak terjadi karena kekurangtelitian dan kekurangpedulian 
pemakai bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang masih tumbuh, ia 
mendapatkan pengaruh baik atau buruk dari bahasa asing dan bahasa daerah dalam 
segenap aspeknya (tata kalimat, makna kata, dan sebagainya). Pemakai bahasa 
masih membawa bahasa ibunya (bahasa daerah) ke dalam bahasa Indonesia, sehingga 
terjadi kontaminasi atau kerancuan. Lalu, bentuk rancu itu digunakan umum 
sehingga seolah-olah benar karena banyak yang menggunakannya dengan cara itu, 
padahal salah. Bahasa Indonesia dalam beberapa hal lebih sederhana dibandingkan 
dengan bahasa asing, tetapi dalam aspek-aspek lain lebih kompleks. Salah kaprah 
justru banyak terjadi karena kompleksitas itu. Salah kaprah juga terjadi karena 
kita masih mempertahankan bentuk-bentuk salah sebagai kekecualian.
 
Mana yang benar di antara pemboran dan pengeboran, mentik dan mengetik, membom 
dan mengebom ? Kalau kita mau tepatasas (konsisten) dengan kaidah bahasa 
Indonesia, maka bentuk-bentuk yang benar adalah pengeboran, mengetik, dan 
mengebom. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk yang benar adalah pengetikan 
dan pengeboman. Tetapi, bentuk pemboran diterima sebagai bentuk kekecualian 
(lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia), meskipun menurut ilmu syaraf bahasa 
(grammar), bentuk itu tidak benar. Inilah contoh salah kaprah karena 
kekecualian.
 
Kalimat yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia adalah : 
"Saya akan pergi ke Jakarta besok dengan berkendaran bis." Alasannya, tata 
kalimat yang baik dan benar adalah mengikuti urutan SPOK 
(subyek-predikat-obyek-keterangan). Kata "bis" juga tidak baku, yang baku 
adalah "bus". Mengapa tidak baku ? Sebab, kata aslinya adalah "bus". 
Penerjemahan istilah asing sedapat mungkin mendekati bentuk aslinya, begitu 
amanat Pedoman Pembentukan Istilah. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk baku 
adalah analisis, hipotesis, metode; bukan analisa, hipotesa, metoda.
 
 
Contoh-contoh analisis (bukan analisa) di atas menunjukkan kepada kita bahwa 
masalah-masalah kebahasaan dalam bahasa Indonesia sebenarnya sederhana saja, 
tetapi akan terasa sulit bila kita tidak peduli kepada bahasa Indonesia.
 
salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:07 PM



Awang dan rekan rekan 

Apakah ke"salah kaprah"
-an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu diakibtkan oleh sangat
sederhananya bahasa kita ?
Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa
terasa) mencampuradukan segala macam kata dalam bertutur maupun menulis
?

Terus terang saya juga sering merasa ragu agu dalam
berbahasa, saya ambil contoh "

Mana yang benar ?
1.
" Besok saya akan pergi ke Jakarta dengan berkendaraan bus.
atau:
2. Saya besok akan pergi berkendaraan bis ke Jakarta ,
3. Saya akan pergi ke Jakarta besok dengan berkendaran bis .

Kalau kita lihat Subyeknya : SAYA 
Predikat : PERGI > 
Obyek ; JAKARTA

Yang lain aalah keterangan waktu , dsb .

Nah  , baru kalimat ang sederhana  sudah susah kan .


Yanto R.Sumantri.

Berikut sebuah tulisan pendek
yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober
> lalu, tepat 80 tahun
setelah &ldquo;Sumpah Pemuda&rdquo; diikrarkan, yang saya tulis
>
di ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri
> pertemuan AAPG 26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah,
terselingi
> oleh tulisan lain tentang kasus jajak pendapat Lusi
di pertemuan AAPG
> tersebut yang harus segera ditanggapi. 
Tulisan ini tentang sikap kita
> pada umumnya kepada bahasa
persatuan kita : bahasa Indonesia. 
>  
> Tanggal 28
Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun &ldquo;Sumpah
Pemuda&rdquo;
> (28 Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya
sebagai tonggak penting
> sejarah bangsa Indonesia, saat para
pemuda kita dari berbagai perkumpulan
> daerah bersatu bersumpah
&ldquo;bertanah air satu : Tanah Air Indonesia,
> berbangsa satu :
Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
>  
>
Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah
> belasan tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai
perguruan
> tinggi dan setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini
kita gunakan
> sehari-hari dalam berbagai kesempatan resmi dan tak
resmi ? Banyak orang
> menganggap bahasa Indonesia itu mudah.
Benarkah ?
>  
> &ldquo;Jangan menganggap bahasa Indonesia
itu mudah. Yang mudah ialah bahasa
> Indonesia tutur (lisan), yang
kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari,
> tetapi bahasa
Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang
> disangkakan
orang&rdquo;, demikian kutipan dari &ldquo;Cakrawala Bahasa
Indonesia&rdquo;
> (Badudu, 1988, PT Gramedia, hal. 11). Kalau
seorang guru besar bahasa
> Indonesia seperti Yus Badudu saja
mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam
> resmi tak mudah, maka
sebaiknya kita menghapus sangkaan itu.
>  
> Kapan bahasa
Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ?
> Yaitu,
ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang
>
yang tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam
> bertutur akan merasakan kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta
berbicara
> di depan umum dalam suatu acara bersifat resmi.
Seseorang yang tidak biasa
> menulis akan merasa sukar bila ia
harus membuat karangan, misalnya surat
> resmi, kertas kerja,
laporan ilmiah. Memeriksa kemampuan sesungguhnya
> seseorang akan
suatu bahasa dapat segera terbaca melalui tulisan resminya.
>
Dalam setiap bahasa berlaku hal itu.
>  
> Sikap kita
terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita
>
yang sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah
> lulus sekolah umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian
kita
> terhadap bahasa Indonesia yang setiap hari kita gunakan
itu. Kita sering
> merasa tak ada kekurangan pada diri kita atas
kekurangsanggupan kita
> menggunakan bahasa Indonesia itu dengan
baik dan benar. Apakah kita telah
> yakin bahwa kita tidak membuat
kesalahan dalam bertatabahasa Indonesia :
> susunan kata dalam
kalimat, bentukan kata, maupun pemakaian kata dengan
> makna yang
tepat ?
>  
> Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan
pemakai bahasa Indonesia terus
> bersikap negatif terhadap bahasa
nasionalnya, bahasa Indonesia akan
> berkembang secara kacau dan
tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang
> mantap. Walaupun kita
tidak lagi terikat secara pendidikan harus
> mempelajari bahasa
Indonesia, janganlah kita berhenti mempelajari bahasa
> Indonesia
sebab bahasa kita ini berkembang terus. Aturan bahasa atau
>
bentukan kata yang selama ini kita anggap benar, ternyata salah menurut
> aturan yang benar. Kita tidak akan pernah tahu bahwa itu salah
kalau kita
> tidak lagi belajar bahasa Indonesia. Kesalahan
berbahasa yang kita anggap
> benar itu disebut &rdquo;salah
kaprah&rdquo;.
>  
> Salah kaprah adalah salah yang sudah
umum sehingga tidak lagi terasa
> kesalahannya. Bentuk salah
kaprah hendaknya dikembalikan kepada bentuknya
> yang benar dan
tepat. Bila terlampau banyak bentuk salah kaprah, terlalu
> banyak
penyimpangan dari kaidah bahasa yang berlaku, bahasa itu bukanlah
> bahasa yang baik, yang mantap. Kalau bentuk salah kaprah diterima
sebagai
> bentuk kecuali maka bahasa itu bukanlah bahasa yang
mantap. Bahasa yang
> baik ialah bahasa yang mantap, yang
bersistem, yang mudah dipelajari.
> Bahasa yang bersistem adalah
bahasa yang mudah dipelajari. Dalam
> linguistik dijelaskan  bahwa
kita belajar bahasa dengan membentuk analogi
> dari bentuk pertama
yang kita pelajari. Tanpa keteraturan yang ada pada
> sistem
bahasa itu, akan sangat sukar mempelajari bahasa karena semua harus
> dihafalkan saja.
>  
> Sikap kita yang kurang
teliti (atau kurang peduli) dalam berbahasa
> menyebabkan makin
tersebarnya bentuk salah kaprah itu. Beberapa salah
> kaprah yang
sering ditemui : merubah, mengenyampingkan, dimana, ijin,
>
bersama ini kami kabarkan, pertanggungan jawab, tapi, kenapa, lain
> kesempatan, kantor di mana saya bekerja, itu adalah benar,
disebabkan
> karena, lebih besar dari, berulang kali, para
hadirin, pada zaman dahulu
> kala, kwalitas, analisa, metoda,
prosentase, praktek, hektar, sistim.
> Semoga kita tahu apa
bentuk-bentuk benar dari bentuk-bentuk salah ini.
>  
>
Anton M. Moeliono, seorang tokoh bahasa Indonesia, menulis dalam
&rdquo;Politik
> Bahasa Nasional&rdquo; (Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1976, hal. 29),
> &rdquo;Bahasa baku perlu
memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah
> dan aturan
yang tetap. Tetapi kemantapan itu cukup terbuka untuk perubahan
>
yang bersistem di bidang kosakata dan peristilahan dan untuk
perkembangan
> berjenis ragam dan gaya di bidang kalimat dan
makna.&rdquo; &rdquo;Ciri lain yang
> harus dimiliki oleh bahasa
baku yang modern ialah ciri kecendekiaan.
> Bahasa Indonesia harus
mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di
> berbagai
bidang ilmu, teknologi, dan antarhubungan manusia, tanpa
>
menghilangkan kodrat dan pribadinya.&rdquo;
>  
> Kita
menginginkan dan berusaha menjadikan bahasa Indonesia bahasa yang
> lebih tinggi tarafnya daripada sekadar bahasa pergaulan saja. Kita
ingin
> agar bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmiah. Keinginan
kita itu telah kita
> buktikan. Kita telah berusaha menciptakan
istilah yang cukup bagi berbagai
> bidang ilmu. Kita mencoba
meningkatkan swadaya bahasa kita dengan
> menciptakan
bentuk-bentuk baru dari unsur bahasa yang ada. Di perguruan
>
tinggi, kuliah diberikan dalam bahasa Indonesia. Laporan-laporan ilmiah
> seperti kertas kerja, makalah, skripsi, dan disertasi ditulis
dalam
> berbagai bidang ilmu ditulis dalam bahasa Indonesia.
>  
> Sikap kita terhadap bahasa Indonesia haruslah positif.
Artinya, cinta akan
> bahasa Indonesia haruslah diejawantahkan
dengan perbuatan yang nyata.
> Setiap putra dan putri Indonesia
haruslah mau berusaha meningkatkan
> pengetahuan dan
keterampilannya berbahasa Indonesia. Kita harus memberikan
>
tempat dan kedudukan yang layak bagi bahasa Indonesia karena ia bahasa
> nasional kita. Penghargaan kita terhadap bahasa Indonesia harus
lebih
> tinggi daripada penghargaan kita terhadap bahasa asing
yang mana pun.
>  
> Mari kita terus belajar bahasa
Indonesia.
>  
> salam,
> awang
> 
> 
> 


-- 
_______________________________________________
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.



      

Reply via email to