Sekali lagi terima kasih banyak Pak Awang.

On Thu, Nov 13, 2008 at 3:32 PM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>wrote:

> Pak Taufik,
>
> "Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang persenan,
> (2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata itu
> dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan
> lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya (lihat
> Kamus Besar Bahasa Indonesia).
>
> Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan
> dan kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia
> berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa
> kita sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari
> sekolah menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik
> dan benar, dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional
> kita. Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab,
> Cina, dll.), bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian,
> penuturnya banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting
> posisinya. Maka, pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.
>
> Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya
> sesederhana membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh,
> dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
>
> Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan
> benar :
>
> - Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai
> Pustaka, 2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing kita
> akan makna tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana
> kata-kata nonbaku.
>
> - Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., Balai Pustaka, 2003,edisi
> ketiga) - 486 halaman. Buku ini walaupun bersifat akademik, masih cukup
> praktis untuk digunakan mempelaari semua aturan bahasa Indonesia.
>
> - Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
> Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
> Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 1972, 1988, 1992, 2005). Kedua buku
> ini bersifat praktis untuk menuntun kita menulis kata-kata dalam bahasa
> Indonesia dan menerjemahkan istilah asing.
>
> Itulah ketiga buku yang harus ada bila kita bersungguh-sungguh ingin
> mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai tambahan atas
> buku-buku itu, banyak buku praktis yang dapat meningkatkan ketrampilan kita
> berbahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya seperti di bawah ini.
>
> - Berbahasa Indonesialah dengan Benar : Petunjuk Praktis untuk Pelajar,
> Mahasiswa, dan Guru (Zaenal Arifin, 1986 - saya punya edisi pertamanya, buku
> ini mudah dipelajari sehingga banyak dicari orang, edisi terbarunya - 2005
> masih saya lihat ada di toko-toko buku).
>
> - Buku-buku pembinaan bahasa Indonesia tulisan Yus Badudu (mungkin
> buku-buku ini sudah sulit dicari di toko-toko buku, kecuali karya-karya Pak
> Badudu yang terbaru). Beberapa seri bukunya yang banyak dicari orang :
>
> Membina Bahasa Indonesia Baku (Badudu, 1980, Pustaka Prima, Bandung)
> Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (Badudu, PT Gramedia -banyak edisi dan
> cetakannya)
> Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Badudu, Pustaka Prima).
>
> Masih banyak buku-buku pembinaan bahasa Indonesia yang lain dari berbagai
> penulis. Misalnya, "Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri" (Anton
> Moeliono, Sinar Harapan, 1990), dan "Problematika Bahasa Indonesia : Sebuah
> Analisis Praktis Bahasa Baku" (Kusno Santoso, PT Rineka Cipta, 1990).
>
> Pak Taufik cukup mengunjungi toko buku yang lengkap dan memilih sendiri di
> sana buku-buku pembinaan bahasa Indonesia. Setelah itu, mempelajari dan
> menerapkannya secara disiplin, kita akan melihat bahwa meskipun kita pernah
> mempelajari bahasa Indonesia selama minimal 12 tahun, ternyata masih banyak
> kesalahan yang selama ini kita lakukan dalam berbahasa Indonesia.
>
> Analisis Pak Badudu dalam Cakrawala Bahasa Indonesia (Badudu, 1988)
> mengatakan bahwa kita sering membuat kesalahan dalam berbahasa Indonesia
> karena kita selama ini suka menganggap bahasa Indonesia itu mudah dan kita
> kurang berlatih di sekolah melalui kegiatan menulis atau mengarang.
>
> Sebuah pengalaman pribadi, saya menentukan hari-hari tertentu dalam
> seminggu untuk mempelajari bahasa Indonesia, tetap menyempatkan untuk
> mempelajarinya di tengah berbagai kesibukan. Kita akan memperhatikan
> hukum-hukum dalam bahasa ketika kita harus menulis sebuah karangan dengan
> bahasa yang baik dan benar, maka semakin banyak kita menulis, akan semakin
> baik ketrampilan kita berbahasa.
>
> Mari kita terus belajar bahasa Indonesia ! Beli buku-bukunya, pelajari, dan
> terapkan !
>
> salam,
> awang
>
> --- On Thu, 11/13/08, taufik anwar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> From: taufik anwar <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Thursday, November 13, 2008, 8:59 AM
>
> Terima kasih banyak Pak Awang. Uraian yang menarik. Saya merasakan sekali
> kesulitan itu. Mau berbahasa Indonesia yang benar ternyata sulit, apalagi
> berbahasa Inggris yang baik, jauh lebih sulit. Jadinya serba naggung.
> Campur-campur.
> Mungkin Pak Awang punya tip (saya takut keliru dengan "tips") apa
> yang harus
> kita lakukan dalam belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar itu.
> Mungkin
> punya buku-buku referensi yang bagus dan lengkap?
>
> Terima kasih,
>
>  Taufik Anwar
>
> On Thu, Nov 6, 2008 at 11:40 PM, Awang Satyana
> <[EMAIL PROTECTED]>wrote:
>
> > Berikut sebuah tulisan pendek yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober
> > lalu, tepat 80 tahun setelah "Sumpah Pemuda" diikrarkan, yang
> saya tulis di
> > ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri
> pertemuan
> > AAPG 26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah, terselingi oleh
> tulisan
> > lain tentang kasus jajak pendapat Lusi di pertemuan AAPG tersebut yang
> harus
> > segera ditanggapi.  Tulisan ini tentang sikap kita pada umumnya kepada
> > bahasa persatuan kita : bahasa Indonesia.
> >
> > Tanggal 28 Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun "Sumpah
> Pemuda" (28
> > Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya sebagai tonggak penting
> > sejarah bangsa Indonesia, saat para pemuda kita dari berbagai perkumpulan
> > daerah bersatu bersumpah "bertanah air satu : Tanah Air Indonesia,
> berbangsa
> > satu : Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
> >
> > Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah
> belasan
> > tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai perguruan tinggi
> dan
> > setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini kita gunakan sehari-hari dalam
> > berbagai kesempatan resmi dan tak resmi ? Banyak orang menganggap bahasa
> > Indonesia itu mudah. Benarkah ?
> >
> > "Jangan menganggap bahasa Indonesia itu mudah. Yang mudah ialah
> bahasa
> > Indonesia tutur (lisan), yang kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari,
> > tetapi bahasa Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang
> disangkakan
> > orang", demikian kutipan dari "Cakrawala Bahasa Indonesia"
> (Badudu, 1988, PT
> > Gramedia, hal. 11). Kalau seorang guru besar bahasa Indonesia seperti Yus
> > Badudu saja mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam resmi tak mudah, maka
> > sebaiknya kita menghapus sangkaan itu.
> >
> > Kapan bahasa Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ?
> > Yaitu, ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang
> yang
> > tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam bertutur
> akan
> > merasakan kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta berbicara di depan umum
> > dalam suatu acara bersifat resmi. Seseorang yang tidak biasa menulis akan
> > merasa sukar bila ia harus membuat karangan, misalnya surat resmi, kertas
> > kerja, laporan ilmiah. Memeriksa kemampuan sesungguhnya seseorang akan
> suatu
> > bahasa dapat segera terbaca melalui tulisan resminya. Dalam setiap bahasa
> > berlaku hal itu.
> >
> > Sikap kita terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita
> > yang sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah
> lulus
> > sekolah umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian kita terhadap
> > bahasa Indonesia yang setiap hari kita gunakan itu. Kita sering merasa
> tak
> > ada kekurangan pada diri kita atas kekurangsanggupan kita menggunakan
> bahasa
> > Indonesia itu dengan baik dan benar. Apakah kita telah yakin bahwa kita
> > tidak membuat kesalahan dalam bertatabahasa Indonesia : susunan kata
> dalam
> > kalimat, bentukan kata, maupun pemakaian kata dengan makna yang tepat ?
> >
> > Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan pemakai bahasa Indonesia terus
> > bersikap negatif terhadap bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia akan
> > berkembang secara kacau dan tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang
> > mantap. Walaupun kita tidak lagi terikat secara pendidikan harus
> mempelajari
> > bahasa Indonesia, janganlah kita berhenti mempelajari bahasa Indonesia
> sebab
> > bahasa kita ini berkembang terus. Aturan bahasa atau bentukan kata yang
> > selama ini kita anggap benar, ternyata salah menurut aturan yang benar.
> Kita
> > tidak akan pernah tahu bahwa itu salah kalau kita tidak lagi belajar
> bahasa
> > Indonesia. Kesalahan berbahasa yang kita anggap benar itu disebut
> "salah
> > kaprah".
> >
> > Salah kaprah adalah salah yang sudah umum sehingga tidak lagi terasa
> > kesalahannya. Bentuk salah kaprah hendaknya dikembalikan kepada bentuknya
> > yang benar dan tepat. Bila terlampau banyak bentuk salah kaprah, terlalu
> > banyak penyimpangan dari kaidah bahasa yang berlaku, bahasa itu bukanlah
> > bahasa yang baik, yang mantap. Kalau bentuk salah kaprah diterima sebagai
> > bentuk kecuali maka bahasa itu bukanlah bahasa yang mantap. Bahasa yang
> baik
> > ialah bahasa yang mantap, yang bersistem, yang mudah dipelajari. Bahasa
> yang
> > bersistem adalah bahasa yang mudah dipelajari. Dalam linguistik
> dijelaskan
> > bahwa kita belajar bahasa dengan membentuk analogi dari bentuk pertama
> yang
> > kita pelajari. Tanpa keteraturan yang ada pada sistem bahasa itu, akan
> > sangat sukar mempelajari bahasa karena semua harus dihafalkan saja.
> >
> > Sikap kita yang kurang teliti (atau kurang peduli) dalam berbahasa
> > menyebabkan makin tersebarnya bentuk salah kaprah itu. Beberapa salah
> kaprah
> > yang sering ditemui : merubah, mengenyampingkan, dimana, ijin, bersama
> ini
> > kami kabarkan, pertanggungan jawab, tapi, kenapa, lain kesempatan, kantor
> di
> > mana saya bekerja, itu adalah benar, disebabkan karena, lebih besar dari,
> > berulang kali, para hadirin, pada zaman dahulu kala, kwalitas, analisa,
> > metoda, prosentase, praktek, hektar, sistim. Semoga kita tahu apa
> > bentuk-bentuk benar dari bentuk-bentuk salah ini.
> >
> > Anton M. Moeliono, seorang tokoh bahasa Indonesia, menulis dalam
> "Politik
> > Bahasa Nasional" (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976, hal.
> 29),
> > "Bahasa baku perlu memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa
> kaidah dan
> > aturan yang tetap. Tetapi kemantapan itu cukup terbuka untuk perubahan
> yang
> > bersistem di bidang kosakata dan peristilahan dan untuk perkembangan
> > berjenis ragam dan gaya di bidang kalimat dan makna." "Ciri lain
> yang harus
> > dimiliki oleh bahasa baku yang modern ialah ciri kecendekiaan. Bahasa
> > Indonesia harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di
> berbagai
> > bidang ilmu, teknologi, dan antarhubungan manusia, tanpa menghilangkan
> > kodrat dan pribadinya."
> >
> > Kita menginginkan dan berusaha menjadikan bahasa Indonesia bahasa yang
> > lebih tinggi tarafnya daripada sekadar bahasa pergaulan saja. Kita ingin
> > agar bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmiah. Keinginan kita itu telah
> kita
> > buktikan. Kita telah berusaha menciptakan istilah yang cukup bagi
> berbagai
> > bidang ilmu. Kita mencoba meningkatkan swadaya bahasa kita dengan
> > menciptakan bentuk-bentuk baru dari unsur bahasa yang ada. Di perguruan
> > tinggi, kuliah diberikan dalam bahasa Indonesia. Laporan-laporan ilmiah
> > seperti kertas kerja, makalah, skripsi, dan disertasi ditulis dalam
> berbagai
> > bidang ilmu ditulis dalam bahasa Indonesia.
> >
> > Sikap kita terhadap bahasa Indonesia haruslah positif. Artinya, cinta
> akan
> > bahasa Indonesia haruslah diejawantahkan dengan perbuatan yang nyata.
> Setiap
> > putra dan putri Indonesia haruslah mau berusaha meningkatkan pengetahuan
> dan
> > keterampilannya berbahasa Indonesia. Kita harus memberikan tempat dan
> > kedudukan yang layak bagi bahasa Indonesia karena ia bahasa nasional
> kita.
> > Penghargaan kita terhadap bahasa Indonesia harus lebih tinggi daripada
> > penghargaan kita terhadap bahasa asing yang mana pun.
> >
> > Mari kita terus belajar bahasa Indonesia.
> >
> > salam,
> > awang
> >
> >
> >
>
>
>
>
>

Kirim email ke