Mas Agus,
Tahun 1979 Jayapura dan Sentani tata kota dan tata ruangnya masih belum
berkembang.Sekarang setelah 31 tahun dapat dipastikan kedua wilayah
tersebut telah berkembang pesat, dan saya tidak tahu lagi "nasib" situs2
arkeologi di Danau Sentani dan disekitarnya, seiring dengan perkembangan
kedua wilayah tersebut.Mungkin masih ada dan dilestarikan, tapi sangat
tidak mustahil sudah "lenyap" digusur oleh pembangunan
perdesaan,perkotaan,sebagai lahan pertanian/perkebunan,pasar/mall/ruko
dll. Saya sudah lama tidak ke Jayapura, terakhir tahun 1990 saja sudah
banyak berubah, sekitar Bandara Sentani dan Danau Sentani sudah banyak
berubah, sehingga saya khawatir perkembangan/perubahan tersebut telah
menggusur situs2 arkeologi.

Tentang rencana Mas Agus mengikuti ekspedisi gabungan ke Kepulauan Misool,
tahun 1992 (kalau tidak salah), saya pernah melakukan penelitian geologi
selama satu bulan dengan tim dari Inggris (tidurnya di perahu
tongkang,tiap hari makan berbagai jenis ikan laut hasil mancing....),
bersama dengan Pak Awang,Pak Batara Simanjuntak, Pak Sigit,untuk
eksplorasi migas (juga dengan Pak Bambang Sumantri dari P3G,sekarang Badan
Geologi).Singkapan2nya luar bisa bagusnya, baik dari aspek sedimentologi
maupun struktur geologinya.
Selamat jalan2 ke Misool ya....

Wassalam,
Yahdi Zaim
Prodi Teknik Geologi
FITB-ITB


> Prof. Zaim yth.
>
> Kalau saja suatu saat ada pengalihan kawasan pemerintahan Jayapura sebagai
> ibukota provinsi Papua ke kawasan Sentani? Ide besarnya adalah Jayapura
> sebagai pusat pertumbuhan dan pusat bisnis di Papua, dan pusat
> pemerintahan provinsi Papua akan dikembangkan di kawasan Sentani. Apakah
> perluasan kawasan sentani sebagai kawasan pemerintahan dan infrastruktur
> lainnya, berpengaruh tidaknya dengan situs-situs arkeologi? Pikiran nakal
> ini muncul karena saya pernah diajak diskusi wacana ini dengan kawan yang
> sedang menyiapkan blue print ke arah sana. Informasi dari pak Zaim ini
> sangat penting, jika roadmap pengembangan Sentani betul-betul disiapkan
> oleh para pihak terkait.
>
> Sekedar informasi, dalam waktu dekat pada tahun 2010 ini gabungan tim
> geologi dari badan geologi esdm, geologi itb, dan geologi ugm akan
> melakukan eksplorasi / ekspedisi ke pulau misool untuk mempelajari
> cekungan misool. Kebetulan roadmap eksplorasi ke misool ini mendapat
> copy-an untuk turut mempelajarinya. Program ini di-create oleh tim geologi
> dari badan geologi esdm. Publikasi lengkap tentang geologi batuan karbonat
> di misool sendiri, pernah saya dapatkan dari jurnal geologi dan sumberdaya
> mineral dari pusat survey geologi, saya tidak punya filenya tapi punya
> hardcopynya.
>
> salam, gus hend
>
>
>
>
> ________________________________
> From: "z...@gc.itb.ac.id" <z...@gc.itb.ac.id>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; Geo Unpad
> <geo_un...@yahoogroups.com>; IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI
> <fo...@hagi.or.id>
> Sent: Tue, March 9, 2010 9:20:18 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian
> Prasejarah
>
>
> Pak Awang dan Rekan IAGI Yth.,
> Sekitar Januari tahun 1979 saya menyertai Tim dari Pusat Penelitian
> Purbakala Nasional-Jakarta (sekarang PUSLIT ARKENAS) yaitu Ibu. Dra.
> Hindari Sofion dan Dra. DD Bintarti (kedua beliau sekarang telah pensiun)
> bersama seorang asisten mahasiswa melakukan penelitian Geoarekologi di
> Danau Sentani dan Sekitarnya, sampai ke daerah Nimboran, Kecamatan Genyem
> yang terletak di sebelah barat Danau Sentani (dikawal oleh 4 orang tentara
> bersenjata, lengkap) dan kaki Pegunungan Cyclop.
> Saya dan mahasiswa saat itu, meneliti aspek geologi di Danau Sentani (dan
> pulau2nya)dan sekitarnya, juga sepanjang kaki selatan Pegunungan Cyclop,
> yang berbatasan dengan Rendahan Sentani.
> Sedangkan dari Arkeologi aspek arkeologinya. Kami menemukan banyak sekali
> peninggalan arkeologis di pulau-pulau yang terdapat di Danau Sentani,
> begitu pula di daratan di sebelah barat Danau. Peninggalan arkeologi
> terutama adalah lukisan2 khas Papua,terbuat dari bahan kapur (chalk) yang
> banyak terdapat sekitar Genyem serta dari bahan oker, juga banyak terdapat
> di sekitar Danau Sentani. Gambar2/Lukisannya terutama berkaitan dengan
> kegiatan perburuan darat maupun air (gambar2 perahu, dayung dll) juga
> gambar2 mirip khas patung Asmat. Menurut para ahli arkeologi, diperkirakan
> seusia dengan Meso - Neolitikum, atau sekitar 5000 - 2500 tahun SM.
> Kami juga mengunjungi Nimboran, untuk melacak lokasi penemuan mandibula
> (rahang bawah)Kanguru, yang dijumpai dalam lapisan lempung. Dari hasil
> pemerian yang dilakukan oleh Hardjasasmita (dari ITB) menunjukkan fosil
> kanguru tersbut sama dengan yang terdapat di Australia, berumur Miosen
> Tengah.Fosil Kanguru tersebut merupakan satu2nya fosil kanguru di
> Indonesia (kini menjadi koleksi Lab. Paleontologi ITB).Hasil penelitian
> Geoarkeologi yang kami lakukan pada tahun 1979 tersebut ya hanya berupa
> laporan penelitian, tersimpan di PUSLIT ARKENAS......
> Jadi benar kata Pak Awang, sebenarnya Papua sangat kaya dengan peninggalan
> arkeologi, hanya saja belum banyak di"jamah" oleh para ahli arkeologi,
> terutama Arkeologiwan Indonesia.
>
> Wassalam,
>
> Yahdi Zaim,
> KK Geologi,
> Prodi Teknik Geologi
> FITB - ITB
>
>
>> Bekas-bekas hunian manusia prasejarah (purba) yang punya industri
>> perkakas
>> batu ditemukan di banyak tempat di Jawa, terutama di Pegunungan Sewu,
>> Pacitan. Begitu banyaknya artefak berupa perkakas batu pernah ditemukan
>> di
>> sini, sehingga menghasilkan istilah-istilah tertentu seperti kebudayaan
>> Pacitanian atau industri Kali Baksoko. Kali Baksoko adalah sebuah kali
>> di
>> wilayah ini tempat ditemukannya banyak artefak.
>>
>> Itu di Jawa, tempat paling banyak ditemukannya artefak perkakas batu.
>> Kelihatannya saat bermigrasi dulu, para penghuni pertama negeri kita
>> memilih Jawa sebagai pangkalan terakhirnya. Pemikiran ini disebabkan
>> begitu banyaknya artefak ditemukan di Jawa, juga penemuan fosil-fosil
>> tulang hominid atau manusia purba. Meskipun demikian, terdapat bukti
>> bahwa
>> beberapa generasi manusia purba ini kemudian dari Jawa bermigrasi ke
>> timur
>> ke Nusa Tenggara bahkan sampai Australia.
>>
>> Bagaimana dengan penemuan-penemuan arkeologi di pulau paling timur
>> Indonesia : Papua, jarang sekali terdengar berita-berita tentang itu.
>> Padahal, bila situs-situs hunian manusia purba banyak terdapat di
>> topografi kars berupa gua-gua batugamping, seperti di Gua Pawon,
>> Padalarang dan banyak sekali situs-situs arkeologi di gua-gua di
>> Pegunungan Sewu, Pacitan; maka Papua dari segi tutupan batuan
>> batugampingnya adalah kawasan yang paling luas di Indonesia (lihat
>> publikasi Sukamto, 2000 tentang geologi regional Indonesia).
>>
>> Mengapa jarang terdengar penemuan arkeologi di Papua ? Ada dua
>> kemungkinan
>> : (1) manusia purba memang sedikit sekali bermigrasi ke Papua dan (2)
>> penelitian arkeologi jarang sekali dilakukan di Papua. Saya yakin alasan
>> nomor dualah yang paling mungkin sebagai penyebabnya. Mengapa ? Di Papua
>> Nugini (Papua New Guinea, PNG)) dilaporkan penemuan beberapa situs
>> hunian
>> manusia purba, terutama di kawasan pantai utaranya. Ini artinya bahwa
>> Papua (Indonesia) mestinya pernah dilewati manusia purba ini dalam
>> migrasinya dan bisa saja sebagian dari mereka pernah menetap di gua-gua
>> Papua yang banyak terdapat.
>>
>> Penelitian-peneltian arkeologi untuk Papua, baik dilakukan oleh
>> ahli-ahli
>> nasional maupun dari mancanegara terbilang sangat sedikit bila
>> dibandingkan penelitian-penelitian sejenis di area Indonesia Barat dan
>> terutama Jawa. Misalnya, buku bagus, terbaru dan komprehensif tentang
>> prasejarah Indonesia yang ditulis oleh ahli arkeologi terkenal Peter
>> Bellwood (2000) –diterjemahkan oleh PT Gramedia, hanya sedikit
>> membahas
>> prasejarah Papua; memang Belwood mengkhsuskan dirinya meneliti arkeologi
>> Asia Tenggara dan terutama wilayah Indo-Malaya.
>>
>> Sebenarnya, aspek prasejarah Papua bisa sangat menarik sebab beberapa
>> situs arkeologi telah ditemukan sampai ketinggian 4000 meter, yaitu di
>> gua-gua gamping yang terdapat di Pegunungan Tengah Papua (Central Ranges
>> of Papua) seperti dilaporkan oleh Hope dan Hope (1976 – Man on Mt.
>> Jaya,
>> AA Balkema-Rotterdam). Tahun 1971-1973, Ekspedisi Australia-Indonesia
>> untuk Gletsyer Carstenz di ketinggian 4000 meter pada tempat bernama
>> Mapala Rockshelter menemukan tulang-tulang, artefak batu, abu dan
>> cangkang-cangkang kerang. Saat ditera, artefak tersebut menghasilkan
>> umur
>> 5440 tahun yang lalu (tyl). Hope dan Hope (1976) berdasarkan analisis
>> palinologi di Ijomba Bog, masih di kawasan Pegunungan Tengah,  juga
>> menyimpulkan bahwa pada 10.500 tyl, ada manusia purba di kawasan ini
>> yang
>> membuka hutan dengan membakarnya. Pembukaan hutan yang lebih tua dengan
>> cara membakarnya juga ditemukan di Lembah Baliem yang sisa-sisanya
>> menunjukkan umur 32.000 tyl (Haberle et al.,
>>  1991 – Biomass burning in Indonesia and PNG –fossil record, jurnal
>> Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology 171).
>>
>> Situs arkeologi tertua di pulau Papua (termasuk PNG) masih dipegang oleh
>> sebuah gua di pantai utara PNG di Semenanjung Huon dengan
>> artefak-artefak
>> yang ditemukannya berumur 40.000 tyl (Groube et al. 1986 -40,000 year
>> human occupation site-PNG, Nature 324).
>>
>> Sekarang kita lihat kawasan Papua paling barat yang sering disebut
>> sebagai
>> Kepala Burung. Penelitian terbaru dari ahli arkeologi Juliette Pasveer
>> (2004 –The Djief hunters : 26,000 years of rainforest exploitation on
>> the Bird’s Head of Papua, Modern Quaternary Research in SE Asia 17)
>> menemukan hunian manusia purba berumur Plistosen-awal Holosen di kawasan
>> kars batugamping Kais di Ayamaru.
>>
>> Kawasan topografi kars Ayamaru terbentuk sejak Pliosen setelah Sesar
>> Sorong secara aktif mulai memengaruhi Cekungan Salawati pada
>> Mio-Pliosen.
>> Sesar besar ini telah menjungkirbalikkan Cekungan Salawati sedemikian
>> rupa
>> sehingga deposenter cekungan ini pindah dari sebelumnya di sebelah
>> selatan
>> menjadi di sebelah utara sampai barat (Satyana, 2001, Dynamic Response
>> of
>> the Salawati Basin, Eastern Indonesia to the Sorong Fault Tectonism :
>> Example of Inter-Plate Deformation : Proceedings PIT IAGI ke- 30, p.
>> 288-291). Akibat pembalikan ini, maka secara isostatik bagian selatan
>> (Misool) dan bagian timur (Ayamaru) cekungan terangkat, menyingkapkan
>> batugamping Kais. Lalu kemudian, singkapan batugamping Kais di Misool
>> dan
>> Ayamaru mengalami pelapukan dan erosi menghasilkan kawasan topografi
>> kars
>> seperti terlihat sekarang. Pada Plistosen Atas manusia purba mulai
>> bermigrasi ke Papua melalui dua jalan, dari sebelah barat (Halmahera)
>> (Belwood et al., 1998) atau dari
>>  sebelah selatan (Australia dan Aru) (Pasveer, 2007).
>>
>> Plato Ayamaru, yang membentuk topografi kars (foto udaranya bisa dicek
>> di
>> google), terletak di bagian tengah Kepala Burung. Plato ini terangkat
>> sampai saat ini ketinggiannya sekitar 350 meter di atas muka laut. Di
>> dalam Plato Ayamaru terdapat tiga buah danau dangkal yang saling
>> berhubungan. Satu danau terbentuk pada mid-Holosen, dua yang lain lebih
>> tua lagi. Saat ini, penyebaran penduduk Ayamaru terkonsentrasi di
>> sekitar
>> ketiga danau ini.
>>
>> Situs arkeologi di Plato Ayamaru ditemukan di dua gua yang berkembang
>> tak
>> jauh dari ketiga danau itu. Kedua gua itu adalah Gua Kria dan Gua Toe
>> yang
>> terpisah sejauh 12 km.
>>
>> Gua Kria mempunyai sedimen setebal dua meter dengan stratigrafi yang tak
>> terganggu deformasi. Pasveer (2004) membagi sedimen ini menjadi lima
>> satuan hunian (occupation unit). Setiap satuan sedimen mengandung
>> artefak-artefak berupa perkakas terbuat dari tulang dan batu, sisa-sisa
>> hewan (terutama walabi hutan, di samping cangkang-cangkang moluska).
>> Lapisan-lapisan itu dibedakan berdasarkan kuantitas artefak yang
>> ditemukan. Umur lapisan-lapisan dari terbawah sampai teratas adalah
>> sekitar 8000-1840 tyl. Di lapisan teratas sedikit ditemukan artefak dan
>> sisa hewan, tetapi ditemukan bekas-bekas manusia yang dikubur. Tidak ada
>> tanda-tanda bahwa penduduk Ayamaru masih menggunakan gua tersebut
>> sebagai
>> kuburan.
>>
>> Gua Toe berisi sedimen setebal 140 cm yang oleh Pasveer (2004) dibagi
>> menjadi dua satuan. Stratigrafi sedimen agak kompleks karena lantai gua
>> miring dan terdapat bekas nendatan (slump) atau runtuhan. Satuan sedimen
>> bawah berumur  paling tua 26.000 tyl (Plistosen) mengandung perkakas
>> batu
>> dan sisa hewan yang lebih memfosil dibandingkan satuan sedimen atas.
>> Satuan sedimen atas yang umur paling mudanya sampai 3000 tyl mengangdung
>> lebih banyak perkakas batu dan sisa-sisa hewan. Berdasarkan studi
>> paleontologi dan zoologi, hewan Plistosen penghuni Gua Toe mestinya
>> sejenis hewan yang saat ini hidup di ketinggian 1000 meter. Lalu mengapa
>> mereka ditemukan di ketinggian yang jauh lebih rendah seperti Ayamaru (+
>> 350 meter) ?
>>
>> Unit berumur Plistosen di Gua Toe ternyata menceritakan beberapa kisah
>> menarik tentang perubahan iklim setelah the Last Glacial Maximum.
>> Periode
>> Last Glacial Maximum ini terjadi sekitar 26.000 tyl. Selama periode ini
>> temperatur menurun drastis. Hewan-hewan yang biasa hidup di ketinggian
>> +1000 m melakukan penyesuaian dengan cara menuruni lereng mencari tempat
>> yang relatif lebih hangat, maka mereka turun sampai wilayah Ayamaru
>> (+350
>> m). Zone-zone vegetasi yang biasa ditemukan di kawasan lereng-puncak pun
>> turun sampai kaki pegunungan. Temperatur menghangat kembali sekitar
>> 12.000-10.000 tyl dan telah menyerupai kondisi sekarang.
>>
>> Demikian sedikit kisah prasejarah manusia purba di Papua dan Kepala
>> Burung
>> yang jumlah penelitiannya masih sangat langka. Ditunjukkan pula
>> bagaimana
>> geologi dan paleoklimatologi dapat membantu analisis kawasan hunian
>> manusia prasejarah bersama spesies-spesies fauna dan flora yang sezaman.
>>
>> Hanya dua gua di Plato Ayamaru yang baru diselidiki prasejarahnya,
>> padahal
>> begitu banyak gua yang terbentuk di plato kars gamping ini. Kita pun
>> sama
>> sekali belum melihat kars topografi batugamping Kais di Pulau Misool dan
>> Semenanjung Onin yang pada Mio-Pliosen kedua wilayah ini sama-sama
>> terangkat sebagai kompensasi isostatik saat bagian utara Cekungan
>> Salawati
>> makin tenggelam.
>>
>> Masih banyak sekali yang tersembunyi yang belum diketahui orang tentang
>> Papua. Papua adalah paradise untuk penelitian, seperti kata Edward O.
>> Wilson, ahli biologi terkenal,
>>
>> “Papua has lasted into the twenty-first century as largely a blank
>> space
>> on the map, and we will do well to treasure it for that.”
>>
>> Papua : sebuah tantangan !
>>
>> Salam,
>> Awang
>>
>>
>>       Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi
>> Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang!
>> http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
> 2010
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
> shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
> direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
> the use of any information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>



--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Reply via email to