Terima kasih penjelasannya Pak Awang,
Fossil yang di Angola yang bisa  dikenal sebagai artefak seperti kapak(?) atau 
pisau itu adanya di friable sandstone sedangkan yang ada di sandstone yang 
sudah padat hanya bisa diinterpretasi sebagai artefak karena bentuk 
permukaannya yang sama dst  dst.  Lebih banyak lagi ketemu di bawah bukit 
friable-sandstone dekat pantai. malah sering diinjak2 mobil di parkiran pantai 
umum.  kalau tdk salah material umumnya dari cherts. besarnya hanya sekitar 5-8 
cm panjangnya dan lebarnya sekitar 1.5 cm sampai 2 cm.  dnm umumnya yang dua 
sisi. jarang yang satu sisi.

Kalau senang berburu fossil, Angola salah satu tempatnya.   lucunya lebih 
banyak fossil yang terpreserve di sandstone  atau claystone.  bukan di shale 
nya.  tetapi ada juga yang dishale.
ada teman yang dapat fossil dinosaurus,  saya tidak tahu apa namanya, tetapi 
dia mendapatkan moncong nya, iga dan ekornya.  dan berdasarkan interpretasi 
geologist tsb itu sejenis dinosaurus yang hidup di air.  dia sempat beritahu 
namanya tetapi saya tidak ingat.
ini di confirm sama paleontologist senior nya ENI (sdh jadi GM nya ENI Angola 
waktu di Angola tahun lalu).  Selama disini beberapa tahun beliau suka hunting 
fossil.
sayang beliau sudah ditarik balik ke Milano.  ada lagi satu pegawai ENI yang 
baru datang juga PhD di paleontology, tetapi sekarang di management level juga, 
jadi dia harus bagi waktu weekendnya antara hobby dan tugas lobbying dengan 
pejabat2 disini.
Sonagas punya 4 blocks yang partneran sama ENI  jadi saya sering bertemu mereka.

Kalau ada yang mau hunting pre-tertiary fossil bisa ke Angola, nanti kita atur 
sama2.  cuma pengetahuan paleontology saya sangat minim.  paling tidak saya 
akan compile reports/unpublished findings dulu sebelum kita mulai.  Juga bisa 
mencari tahu kira2 formasi/umur dari outcropnya.  Hunting disini maksudnya kita 
lihat, buat foto2nya lalu bikin semacam report ke Geological society disini.  
kalau fossil2 yang sudah vulnerable akan rusak kalau dibiarkan di alam, bisa 
juga diambil lalu dilaporkan ke Geological society disini.  Koleksi2 teman2 
paleontologist dari ENI sekarang lebih banyak berupa digital image  sedangkan 
fossil nya diserahkan ke museum/universitas yang bisa mempreserve dan 
menggunakan untuk riset/pengajaran, atau dibiarkan tetap  di alam. 

Daripada hanya sibuk berkutat kutit dengan data dari waktu yang beberapa detik 
saja,  mungkin ada baiknya juga having fun melihat data yang umurnya jutaan 
tahun.  ha... ha. ha...

jadi ingat Mbak Etty Nuay dan Mas Rennier yang mengusulkan setengah memaksa 
saya belajar biostratigraphy waktu di Vico dulu.  thank you boss....  yah masih 
adalah sisa2nya sedikit....
sekarang mau coba2 lebih jauh lagi.... he... he. he...

salam,
frank








________________________________
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com>; Eksplorasi BPMIGAS 
<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>
Sent: Sat, March 13, 2010 6:19:28 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah

Pak Franc,
 
Pertanyaan Pak Franc sebenarnya lebih bernuansa geologi daripada arkeologi, 
wajar ditanyakan oleh seorang geologist/geophysicist seperti Pak Franc.Dalam 
geologi kita juga mempunyai insitu fossil dan reworked fossil. Insitu fossil, 
menurut ilmu stratigrafi dan paleontologi, akan sezaman dengan umur batuan yang 
meliputinya; maka umur batuan atau strata tersebut setua umur fosil yang 
dikandungnya. Tetapi, kita juga sering menemukan reworked fossil (morfologi 
fosil kebanyakan tak utuh lagi) yang ditemukan di suatu strata. Menurut ilmu 
stratigrafi dan paleontologi, maka umur reworked fossil lebih tua daripada umur 
srata yang meliputinya. 
 
Kasus insitu dan reworked fossil ini dalam beberapa kasus pernah mengelirukan 
umur suatu formasi; contohnya antara lain dalam kasus umur Formasi Pemali di 
perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Timur. Lama kita menganggap formasi ini 
sebagai formasi tua Miosen Awal-Miosen Tengah (menurut publikasi klasik Hetzel, 
1935 dan ter Haar, 1935). Penelitian lebih baru oleh Lunt et al.(2008) di 
lokasi tipe Formasi Pemali menemukan bahwa semua fosil yang dikandungnya 
berasal dari zonasi N16-N18 atau Mio-Pliosen. Maka Formasi Pemali berdasarkan 
lokasi tipenya itu adalah Mio-Pliosen bukan Miosen Awal-Miosen Tengah. Tetapi 
penelitian kami selanjutnya setelah Lunt (2008), menemukan bahwa Hetzel (1935) 
dan teer Haar (1935) tidak salah soal umur tua itu; yang kurang cocok adalah 
penamaan Formasi Pemali yang mereka gunakan (tentang hal ini untuk selanjutnya 
lihat publikasi kami di Proceedings IPA 2009 (Armanita et al., 2009).
 
Dalam arkeologi, gua-gua batu yang menjadi hunian manusia purba jelas umurnya 
lebih tua; gua-gua batu di Ayamaru Plato umurnya adalah umur Formasi Kais yaitu 
Miosen Tengah-Miosen Akhir, pembentukan guanya sendiri jelas sesudahnya, yang 
diperkirakan pada Mio-Pliosen sekitar 5 juta tyl. Tetapi manusia purba menghuni 
gua ini pada 26.000 tahun yang lalu berdasarkan penemuan artefak berupa 
barang-barang yang pernah digunakan manusia ini yang tersimpan di dalam 
endapan-endapan Resen yang terdapat di dalam gua tersebut (harap diperhatikan 
bahwa artefak-artefak tersebut bukan didapatkan di batuan Kaisnya, tetapi di 
endapan2 Kuarter yang terdapat di gua yang terbuat dari batugamping Kais 
berumur 15-5 juta tyl.
 
Artefak2 yang reworked juga umum ditemukan di lapisan sedimen Kuarter yang 
posisinya lebih atas, dan para arkeolog punya metode untuk menentukan apakah 
itu reworked artefacts atau insitu artefacts. Mereka juga membagi layer-layer 
Plistosen atau Holosen yang ditemukannya berdasarkan kandungan artefaknya. 
Fosil-fosil hominid atau binatang purba umum ditemukan di lapisan-lapisan 
berumur Plistosen; sementara artefak2 umum ditemukan di lapisan2 Holosen (< 
10.000 tyl).
 
Para arkeolog juga punya metode2 penentuan umur2 absolut artefak-artefak yang 
ditemukannya; jadi bukan umur relatif lagi sehingga tak usah mempedulikan 
apakah ia insitu artefacts atau reworked artefacts. Metode2 itu misalnya 
radiocarbon dating, archaeomagnetic dating, analisis aktivasi neutron, dll. 
Radiocarbon dating dapat dipakai untuk menentukan umur bahan organik yang 
ditemukan pada artefak (kayu, buluh, benih, kain,kulit, tulang, dsb.). 
Archaeomagnetic dating dan analisis aktivasi neutron dipakai untuk menentukan 
sumber tanahliat yang dipakai untuk membuat tembikar dan keramik; ini memang 
agak relatif sebab mesti berpatokan lagi ke daftar jenis tanah liat yang telah 
diketahui umur absolutnya.
 
Rock art seperti lukisan manusia purba di gua Leang-Leang (Tonasa limestone, 
Oligo-Miocene) jelas hanya lukisan berumur Kuarter yang dilukis di dalam gua 
tersebut.Umur lukisan itu tidak diketahui, tetapi dari artefak-artefak lainnya 
yang diperkirakan seumur yang ditemukan di dekatnya (gua Leang Burung I, Leang 
Burung II dan Ulu Leang; gua-gua ini pernah menjadi hunian manusia pada 
30.000-8000 tahun yang lalu (Delahunty, 1995, Sulawesi, Lonely Planet).
 
Umur artefak di batupasir Angola tersebut menarik sekali untuk diketahui, 
umumnya artefak ditemukan di endapan sedimen, bukan di dalam batuan sebab 
kebanyakan artefak itu berumur Plistosen-Holosen, belum terjadi litifikasi pada 
sedimennya. Bila ada artefak di Angola di dalam batupasir yang sudah lithified 
maka umur artefak itu tua sekali (Pliosen barangkali). Hominid tertua umurnya 
6-4 juta tahun ditemukan di Afrika, penggunaan peralatan (batu) dimulai sekitar 
2,5 juta tahun yang lalu (Pliosen Atas) dan dominan digunakan oleh sejenis 
hominid bernama Homo habilis yang hidup pada 2 juta - sekitar 1.7  juta tahun 
yang lalu. Bila umur batupasir itu lebih tua dari 3 juta tahun, maka artefak di 
dalamnya itu diragukan bahwa itu artefak,jangan-jangan hanya fragmen batuan 
saja semacam nodul, inklusi atau sejenisnya.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 10/3/10, Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com> menulis:


Dari: Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com>
Judul: Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 10 Maret, 2010, 1:18 PM


Pak Awang, 
mau tanya, pertanyaan nya mungkin agak naif.
Ulasan pak Awang selalu menyatakan umur batuannya.
apakah benar dating dari umur orang yang tinggal/mendiami gua itu TIDAK di 
ambil dari umur batuannya?
artefak itu dibuat dari batuan yang lebih tua dari manusia purba tersebut. jadi 
bagaimana menghubungkan umur artefak tersebut dengan umur manusia purba nya.

di Angola sering didapatkan artefak didalam sandstone yang tersingkap.  umurnya 
disamakan dengan umur sandstone nya tetapi mungkin saja umur manusia purba yang 
membuat artefak itu lebih tua dari umur sandstone nya.

di Maros, Sulawesi selatan juga ditemukan artefak dan lukisan di gua Leang2.  
saya tidak tahu formasi apa itu limestone nya mungkin formasi Tonasa.

terima kasih atas pencerahannya.

salam,
frank





________________________________




Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
03/10/2010 04:05 AM
Please respond to iagi-net


        To:    iagi-net@iagi.or.id
        cc: 
        Subject:        Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan 
Hunian Prasejarah


Pak Oki,

Terima kasih infonya; yang di Ayamaru jelas ada dan telah menjadi daerah 
penelitian paleoantropologist Juliette Pasveer yang publikasinya saya 
kutip (jurnal Modern Quaternary Research in SE Asia No. 17). Yang di Onin 
seperti yang Pak Oki sebutkan adalah sesuai dugaan saya sebab batugamping 
Kais sama-sama terangkat di wilayah itu sehingga wajar sekali menjadi gua 
kars yang pernah dihuni manusia purba, apalagi lokasinya di pantai yang 
sering menjadi area pertama migrasi manusia. Dua wilayah lain yang mesti 
dicurigai adalah gamping Kais di Misool (yang membentuk "geantiklin" 
Misool-Onin) dan Lengguru Belt. Info dari Pak Oki akan saya teruskan ke 
teman-teman saya para paleoantropologist.

salam,
Awang

--- Pada Sel, 9/3/10, oki musakti <geo_musa...@yahoo.com> menulis:


Dari: oki musakti <geo_musa...@yahoo.com>
Judul: Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Selasa, 9 Maret, 2010, 11:01 PM


Pak Awang,
Waktu saya ikut naik rig di sumur Ubadari 2 (Jaman merumput di Arco dulu), 
pernah diceletuki oleh John Salo yang jadi ops geo (atau oleh co-man ya?)  
diajak untuk jalan-jalan ke pantai.
Katanya dekat-dekat situ ada gua prehistoric cave yang ada jejak-jejak 
manusia purba. 

Kemungkinan lokasi yang yang beliau maksud adal di dataran karst Onin, 
disebelah selatan sumur dan bukannya di Ayamaru.

Sayang, sampai ahir waktu saya di rig, tidak dapat kesempatan untuk kabur 
ke gua tersebut.

Salam
Oki



--- On Tue, 9/3/10, Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> wrote:

From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
Subject: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah
To: "Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>, "Geo Unpad" 
<geo_un...@yahoogroups.com>, "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>, "Forum HAGI" 
<fo...@hagi.or.id>
Received: Tuesday, 9 March, 2010, 3:41 PM

Bekas-bekas hunian manusia prasejarah (purba) yang punya industri perkakas 
batu ditemukan di banyak tempat di Jawa, terutama di Pegunungan Sewu, 
Pacitan. Begitu banyaknya artefak berupa perkakas batu pernah ditemukan di 
sini, sehingga menghasilkan istilah-istilah tertentu seperti kebudayaan 
Pacitanian atau industri Kali Baksoko. Kali Baksoko adalah sebuah kali di 
wilayah ini tempat ditemukannya banyak artefak. 

Itu di Jawa, tempat paling banyak ditemukannya artefak perkakas batu. 
Kelihatannya saat bermigrasi dulu, para penghuni pertama negeri kita 
memilih Jawa sebagai pangkalan terakhirnya. Pemikiran ini disebabkan 
begitu banyaknya artefak ditemukan di Jawa, juga penemuan fosil-fosil 
tulang hominid atau manusia purba. Meskipun demikian, terdapat bukti bahwa 
beberapa generasi manusia purba ini kemudian dari Jawa bermigrasi ke timur 
ke Nusa Tenggara bahkan sampai Australia.

Bagaimana dengan penemuan-penemuan arkeologi di pulau paling timur 
Indonesia : Papua, jarang sekali terdengar berita-berita tentang itu. 
Padahal, bila situs-situs hunian manusia purba banyak terdapat di 
topografi kars berupa gua-gua batugamping, seperti di Gua Pawon, 
Padalarang dan banyak sekali situs-situs arkeologi di gua-gua di 
Pegunungan Sewu, Pacitan; maka Papua dari segi tutupan batuan 
batugampingnya adalah kawasan yang paling luas di Indonesia (lihat 
publikasi Sukamto, 2000 tentang geologi regional Indonesia).

Mengapa jarang terdengar penemuan arkeologi di Papua ? Ada dua kemungkinan 
: (1) manusia purba memang sedikit sekali bermigrasi ke Papua dan (2) 
penelitian arkeologi jarang sekali dilakukan di Papua. Saya yakin alasan 
nomor dualah yang paling mungkin sebagai penyebabnya. Mengapa ? Di Papua 
Nugini (Papua New Guinea, PNG)) dilaporkan penemuan beberapa situs hunian 
manusia purba, terutama di kawasan pantai utaranya. Ini artinya bahwa 
Papua (Indonesia) mestinya pernah dilewati manusia purba ini dalam 
migrasinya dan bisa saja sebagian dari mereka pernah menetap di gua-gua 
Papua yang banyak terdapat.

Penelitian-peneltian arkeologi untuk Papua, baik dilakukan oleh ahli-ahli 
nasional maupun dari mancanegara terbilang sangat sedikit bila 
dibandingkan penelitian-penelitian sejenis di area Indonesia Barat dan 
terutama Jawa. Misalnya, buku bagus, terbaru dan komprehensif tentang 
prasejarah Indonesia yang ditulis oleh ahli arkeologi terkenal Peter 
Bellwood (2000) ?diterjemahkan oleh PT Gramedia, hanya sedikit membahas 
prasejarah Papua; memang Belwood mengkhsuskan dirinya meneliti arkeologi 
Asia Tenggara dan terutama wilayah Indo-Malaya. 

Sebenarnya, aspek prasejarah Papua bisa sangat menarik sebab beberapa 
situs arkeologi telah ditemukan sampai ketinggian 4000 meter, yaitu di 
gua-gua gamping yang terdapat di Pegunungan Tengah Papua (Central Ranges 
of Papua) seperti dilaporkan oleh Hope dan Hope (1976 ? Man on Mt. Jaya, 
AA Balkema-Rotterdam). Tahun 1971-1973, Ekspedisi Australia-Indonesia 
untuk Gletsyer Carstenz di ketinggian 4000 meter pada tempat bernama 
Mapala Rockshelter menemukan tulang-tulang, artefak batu, abu dan 
cangkang-cangkang kerang. Saat ditera, artefak tersebut menghasilkan umur 
5440 tahun yang lalu (tyl). Hope dan Hope (1976) berdasarkan analisis 
palinologi di Ijomba Bog, masih di kawasan Pegunungan Tengah,  juga 
menyimpulkan bahwa pada 10.500 tyl, ada manusia purba di kawasan ini yang 
membuka hutan dengan membakarnya. Pembukaan hutan yang lebih tua dengan 
cara membakarnya juga ditemukan di Lembah Baliem yang sisa-sisanya 
menunjukkan umur 32.000 tyl (Haberle et al.,
1991 ? Biomass burning in Indonesia and PNG ?fossil record, jurnal 
Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology 171).

Situs arkeologi tertua di pulau Papua (termasuk PNG) masih dipegang oleh 
sebuah gua di pantai utara PNG di Semenanjung Huon dengan artefak-artefak 
yang ditemukannya berumur 40.000 tyl (Groube et al. 1986 -40,000 year 
human occupation site-PNG, Nature 324).

Sekarang kita lihat kawasan Papua paling barat yang sering disebut sebagai 
Kepala Burung. Penelitian terbaru dari ahli arkeologi Juliette Pasveer 
(2004 ?The Djief hunters : 26,000 years of rainforest exploitation on the 
Bird's Head of Papua, Modern Quaternary Research in SE Asia 17) menemukan 
hunian manusia purba berumur Plistosen-awal Holosen di kawasan kars 
batugamping Kais di Ayamaru. 

Kawasan topografi kars Ayamaru terbentuk sejak Pliosen setelah Sesar 
Sorong secara aktif mulai memengaruhi Cekungan Salawati pada Mio-Pliosen. 
Sesar besar ini telah menjungkirbalikkan Cekungan Salawati sedemikian rupa 
sehingga deposenter cekungan ini pindah dari sebelumnya di sebelah selatan 
menjadi di sebelah utara sampai barat (Satyana, 2001, Dynamic Response of 
the Salawati Basin, Eastern Indonesia to the Sorong Fault Tectonism : 
Example of Inter-Plate Deformation : Proceedings PIT IAGI ke- 30, p. 
288-291). Akibat pembalikan ini, maka secara isostatik bagian selatan 
(Misool) dan bagian timur (Ayamaru) cekungan terangkat, menyingkapkan 
batugamping Kais. Lalu kemudian, singkapan batugamping Kais di Misool dan 
Ayamaru mengalami pelapukan dan erosi menghasilkan kawasan topografi kars 
seperti terlihat sekarang. Pada Plistosen Atas manusia purba mulai 
bermigrasi ke Papua melalui dua jalan, dari sebelah barat (Halmahera) 
(Belwood et al., 1998) atau dari
sebelah selatan (Australia dan Aru) (Pasveer, 2007).

Plato Ayamaru, yang membentuk topografi kars (foto udaranya bisa dicek di 
google), terletak di bagian tengah Kepala Burung. Plato ini terangkat 
sampai saat ini ketinggiannya sekitar 350 meter di atas muka laut. Di 
dalam Plato Ayamaru terdapat tiga buah danau dangkal yang saling 
berhubungan. Satu danau terbentuk pada mid-Holosen, dua yang lain lebih 
tua lagi. Saat ini, penyebaran penduduk Ayamaru terkonsentrasi di sekitar 
ketiga danau ini. 

Situs arkeologi di Plato Ayamaru ditemukan di dua gua yang berkembang tak 
jauh dari ketiga danau itu. Kedua gua itu adalah Gua Kria dan Gua Toe yang 
terpisah sejauh 12 km. 

Gua Kria mempunyai sedimen setebal dua meter dengan stratigrafi yang tak 
terganggu deformasi. Pasveer (2004) membagi sedimen ini menjadi lima 
satuan hunian (occupation unit). Setiap satuan sedimen mengandung 
artefak-artefak berupa perkakas terbuat dari tulang dan batu, sisa-sisa 
hewan (terutama walabi hutan, di samping cangkang-cangkang moluska). 
Lapisan-lapisan itu dibedakan berdasarkan kuantitas artefak yang 
ditemukan. Umur lapisan-lapisan dari terbawah sampai teratas adalah 
sekitar 8000-1840 tyl. Di lapisan teratas sedikit ditemukan artefak dan 
sisa hewan, tetapi ditemukan bekas-bekas manusia yang dikubur. Tidak ada 
tanda-tanda bahwa penduduk Ayamaru masih menggunakan gua tersebut sebagai 
kuburan.

Gua Toe berisi sedimen setebal 140 cm yang oleh Pasveer (2004) dibagi 
menjadi dua satuan. Stratigrafi sedimen agak kompleks karena lantai gua 
miring dan terdapat bekas nendatan (slump) atau runtuhan. Satuan sedimen 
bawah berumur  paling tua 26.000 tyl (Plistosen) mengandung perkakas batu 
dan sisa hewan yang lebih memfosil dibandingkan satuan sedimen atas. 
Satuan sedimen atas yang umur paling mudanya sampai 3000 tyl mengangdung 
lebih banyak perkakas batu dan sisa-sisa hewan. Berdasarkan studi 
paleontologi dan zoologi, hewan Plistosen penghuni Gua Toe mestinya 
sejenis hewan yang saat ini hidup di ketinggian 1000 meter. Lalu mengapa 
mereka ditemukan di ketinggian yang jauh lebih rendah seperti Ayamaru (+ 
350 meter) ? 

Unit berumur Plistosen di Gua Toe ternyata menceritakan beberapa kisah 
menarik tentang perubahan iklim setelah the Last Glacial Maximum. Periode 
Last Glacial Maximum ini terjadi sekitar 26.000 tyl. Selama periode ini 
temperatur menurun drastis. Hewan-hewan yang biasa hidup di ketinggian 
+1000 m melakukan penyesuaian dengan cara menuruni lereng mencari tempat 
yang relatif lebih hangat, maka mereka turun sampai wilayah Ayamaru (+350 
m). Zone-zone vegetasi yang biasa ditemukan di kawasan lereng-puncak pun 
turun sampai kaki pegunungan. Temperatur menghangat kembali sekitar 
12.000-10.000 tyl dan telah menyerupai kondisi sekarang.

Demikian sedikit kisah prasejarah manusia purba di Papua dan Kepala Burung 
yang jumlah penelitiannya masih sangat langka. Ditunjukkan pula bagaimana 
geologi dan paleoklimatologi dapat membantu analisis kawasan hunian 
manusia prasejarah bersama spesies-spesies fauna dan flora yang sezaman. 

Hanya dua gua di Plato Ayamaru yang baru diselidiki prasejarahnya, padahal 
begitu banyak gua yang terbentuk di plato kars gamping ini. Kita pun sama 
sekali belum melihat kars topografi batugamping Kais di Pulau Misool dan 
Semenanjung Onin yang pada Mio-Pliosen kedua wilayah ini sama-sama 
terangkat sebagai kompensasi isostatik saat bagian utara Cekungan Salawati 
makin tenggelam.

Masih banyak sekali yang tersembunyi yang belum diketahui orang tentang 
Papua. Papua adalah paradise untuk penelitian, seperti kata Edward O. 
Wilson, ahli biologi terkenal, 

"Papua has lasted into the twenty-first century as largely a blank space 
on the map, and we will do well to treasure it for that."

Papua : sebuah tantangan !

Salam,
Awang 


      Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi 
Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ 


      


      Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk 
Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka 
browser. Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer 


      &quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com";

Kirim email ke