Pak Awang, Berkaitan dengan pernyataan Pak Koesoema tentang aturan baru dan tanggapan Pak Awang atas pernyataan tersebut dengan pemberian "insentif dan bukan regulasi", saya setuju dengan keduanya. Pernyataan Pak Koesoema tentang adanya aturan baru bisa menghambat ide-ide baru ada benarnya karena faktor "success ratio" dari unconventional play ini tidak sebesar conventional play. Kalau aturan baru tersebut tidak memberikan poin tambahan atas keberhasilan suatu pengeboran di unconventional play, saya yakin tidak banyak perusahaan-perusahaan akan masuk untuk mencoba play baru ini. Bahkan dulu Pak Awang pernah memberikan success ratio di sumur2 eksplorasi Indonesia tidak begitu tinggi lagi dengan conventional play. "Success ratio" ini bukan hanya ditinjau dari sukses pengeboran tetapi sukses eksploitasi sampai gas bisa diangkat ke permukaan juga termasuk di dalam success ratio (geologi, komersial, dan ekonomis). Dan "success ratio" untuk membuat gas tersebut ekonomis sangat menjadi perhatian utama perusahaan-perusahaan migas. Ini bisa dilihat dari sejarah penemuannya tahun 1821 sampai menjadi faktor yang diperhitungkan di tahun 1970-an bahkan sampai saat ini sebelum akhirnya tahun 2002 banyak perusahaan-perusahaan termasuk amoco, devon, marathon, dkk membuat konsorsium untuk berlomba-lomba menghidupkan play ini. Eksplorasi dan eksploitasi di shale gas contohnya, biayanya tidak sedikit, dari teknik drilling, completion, dan perforation semuanya tidak bisa disamakan dengan conventional play. Shale gas dari Barnett memerlukan waktu sedikitnya 20 tahun untuk bisa ekonomis walaupun ini juga tergantung dari harga gas saat itu. Barnett Shale ini juga termasuk idola buat shale gas play karena masih banyak ditemukan matrix permeability yang sangat membantu laju produksi gas dibandingkan shale gas lainnya di amerika di samping faktor geologi lainnya seperti kematangan, tipe kerogen, density, dsb. 5 kali lebih besar matrix permeability bisa membuat kumulatif produksi 2 kali lipat lebih banyak dengan waktu yang sama. Umur dari formasi shale gas play di amerika sendiri tidak muda berkisar antara Devon-Kapur atas. Kebetulan saya pernah melihat play yang di Kapur atas di Wyoming (Lewis Shale di cekungan Great Divide dan Washakie). Kalau melihat kisaran umur ini memang Indonesia bagian timur bisa menjadi tempat percobaan untuk play ini terutama yang ingin menjadikannya sebagai satu target dan utama walaupun resiko untuk sukses bisa dibilang belum begitu besar. Unconventional play semacam shale gas ini mungkin juga bisa ditemukan di umur-umur yang muda di Indonesia bagian tengah dan barat seperti Paleosen-Eosen atau mungkin Oligosen bawah dalam lingkungan lacustrine yang banyak terbukti sebagai batuan induk buat batuan-batuan yang berumur miosen. Pemberian insentif bukan tidak mungkin membuat perusahaan berlomba-lomba mencoba unconventional play ini. Hanya saja pemberian insentif ini juga perlu diterapkan secara hati-hati karena dengan teknologi seperti sekarang, perubahaan paradigma bisa terjadi. Sebagai contoh saja dulu orang banyak mengebor shale gas ini dan melakukan beberapa tahapan hidrolik fracturing untuk menghindari air dari lapisan atas dan bawahnya. Sekarang mereka melakukan pengeboran horisontal dengan tahapan hidrolik fracturing. Teknik ini banyak membantu meningkatkan laju produksi dibandingkan teknik-teknik sebelumnya. Basin-centered gas juga memerlukan teknik pengeboran yang berbeda karena umumnya play ini berhubungan dengan over pressured seperti yang ada di Greater Green River Basin. Semoga ekplorasi di Indonesia semakin marak dengan adanya potensi unconventional play ini.............. salam, -doddy-
________________________________ From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Fri 3/19/2010 10:14 AM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS; Geo Unpad; Forum HAGI Subject: RE: Re: [iagi-net-l] WK Gas Shale Segera Ditawarkan Pak Wikan, Perlu diluruskan bahwa Pemerintah tidak membuat regulasi baru berdasarkan munculnya unconventional play yang muncul dalam eksplorasi-eksploitasi. Tepat seperti yang Pak Wikan tuliskan, regulasi WK shale gas/oil ditujukan untuk non-trapping reservoir, untuk basin-centered hydrocarbon yang ada di kitchen yang saat ini areanya kebanyakan di luar WK existing (biasanya bekas relinquishment). Meskipun demikian, bila di suatu WK existing ada potensi shale gas/oil, itu bisa dikerjakan eksplorasi-produksinya menggunakan kontrak existing di WK tersebut (ini tentunya untuk menghindari tumpang tindih WK shale gas/oil di WK existing). Kalimat terakhir ini baru usulan saya di dalam Tim. Tight reservoir di dalam trapping, di manapun posisinya, baik di tengah graben, di rift shoulder, dsb. mungkin telah lima tahun ini dikerjakan oleh beberapa K3S di Indonesia dan OK saja tanpa regulasi baru, tanpa WK baru, menggunakan kontrak existing-nya. Jangan khawatir Pemerintah akan membuat regulasi baru tentangnya. Bahkan Pemerintah pun sedang memikirkan insentif, bukan regulasi, untuk mengerjakan unconventional gas/oil play ini selama sepadan dengan risiko yang ditanggungnya. salam, Awang