Pada dasarnya, dengan kemajuan teknologi saat ini, melindungi data untuk tidak 
dikirim keluar akan cukup sulit, karena denga satu key-stroke saja pada 
komputer 
kita, sejumlah data sudah bisa dikirim.  Diperlukan peraturan untuk 
mengawasinya, baik dari segi software (access melalui aplikasi dan jaringan 
komunikasi) dan hardware (pengaturan di perangkat keras, platform yang 
digunakan) , maupun dari segi brainware (proses pengaturan dan manusia yang 
menanganinya).

Hal brainware ini menarik, karena disini kita perlu hati2.  Di jaman 
globalisasi 
ini dimana jaringan multi national coy bisa diatur secara remote dari induk 
perusahaannya, (demi efisiensi), pengatur system di luar sana dapat mengambil 
data apapun di dalam tanpa kita ketahui, karena segala log/catatan kegiatan 
yang 
bisa digunakan untuk keperluan audit trail akan berada dibawah kontrol mereka, 
yang dapat mereka hilangkan/manipulasi kapan saja.  Untuk itu, Bpmigas 
hendaknya mempersyaratkan bahwa posisi2 kritis seperti system administrator 
dan database administrator untuk system komputer E&P (upstream technical 
computing) harus dipegang oleh orang kita yang berlokasi di kita.

Wassalam,
HK




________________________________
From: oki musakti <geo_musa...@yahoo.com>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thu, July 8, 2010 12:53:29 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Subject: IHS Geologist detained and tortured by 
China's state security agents

Bagaimana kalau paradigmenya kita balik.
Alih-alih memperlakukan data, at least data dasar.sebagai suatu produk komoditi 
yang kita perdagangkan, kenapa tidak menganggapnya sebagai suatu alat produksi. 
Negara (ie. Migas, BP Migas) 'memodali' untuk mengambil data entah secara 
langsung (spec survey, Baruna Jaya) ataupun memakai modal dan tenaga para 
kontraktor dan pemegang konsesi (dalam kasus pemboran, field seismik dll).

Setelah itu lepas saja semuanya ke publik baik dalam maupun luar negeri. Jadi 
dari pusing  memikirkan mana data yang BOLEH diambil, lebih baik buat daftar 
negatif data yang TIDAK BOLEH diambil misalnya karena alasan keamanan negara, 
commercial in confidence (misalnya tight hole) dan lainnya.
Teorinya sih makin tersedia data, makin orang menginterpertasi dan bakal makin 
banyak kegiatan.....
Mungkinkah itu terjadi ?
--- On Thu, 8/7/10, Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> wrote:

From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Subject: IHS Geologist detained and tortured by  
China's state security agents
To: iagi-net@iagi.or.id
Received: Thursday, 8 July, 2010, 2:09 AM

Mencoba menjawab pertanyaan terakhir. TSA (Technical Service from
Abroad ada juga Tech Service Assistant) bisa ada dua macam :
- Mengundang expert dari luar, dan dikerjakan di DN.
- Membawa sample (data) keluar NKRI utk keperluan analisa atau studi
yg hanya bisa dikerjakan di luar NKRI. Misal alat analisanya hanya ada
di LN.

Jadi TSA tidak selalu datanya (barangnya) scara fisik keluar NKRI.

Rdp

On 07/07/2010, Shofiyuddin <shofiyud...@gmail.com> wrote:
> Apa definisi DATA?
> Apakah barang termasuk kategori DATA?
> Kita sudah hidup didunia network yang global. Coy di Indonesia bisa akses
> dengan gampang data di amrik sana hanya dengan sebuah pc (di holding
> perusahaan yang sama), begitu juga sebaliknya.
> kalo lalu lintas data di dalam company yang sama, apakah dikategorikan
> menjual data? padahal kita tidak menjual.
>
> Apakah kalo sudah TSA, otomatis data bisa dikirim keluar?
>
> Shofi
>
>


      

Kirim email ke