Masalah percaya dan tidak percayanya mengenai  Theori  Evolusi saya ingin 
mencuplik dari Pendahuluan kuliah yang saya berikan untuk mahasiswa S3, yaitu 
“Falsafah Ilmu Kebumian”

Masalah ini sangat mengusik pada geoscientist kita yang juga taat beragama, 
mana yang benar, dan bagaimana seorang yang berkeyakinan beragama menghadapi 
theori ini. Pengertian kebenaran sendiri adalah merupakan masalah falsafah 
tersendiri, apa sebenarnya yang disebut ‘kebenaran’ itu?

Dalam agama Islam (sebagaimana tertera dalam Al Quar’an) kita mengenal sebagai 
3 tingkatan kebenaran: Ainal Yaqin (keyakinan benar karena kita dapat 
melihatnya, atau mengamati-nya /secara empiris), Ilmal Yaqin keyakinan (benar)  
karena didasarkan ilmu yang kita geluti, yaitu berdasarkan pengamatan dan 
penalaran logika,  ‘akal’), dan Haqqul Yaqin, kebeneran haqiqi, atau kebenaran 
absolut atau ‘the ultimate truth’ Ini adalah penafsiran saya atas ayat Alqur’an 
, mungkin ulama yang lain menafsirkannya lain.

Dalam science yang bersifat empiris yang kita geluti, masalahnya bukan kita itu 
percaya atau tidak pada suatu teori, termasuk teori evolusi, tetapi apakah kita 
itu bisa menerima (accept) tidak suatu teori itu sebagai sesuatu yang logis/ 
masuk akal dan sesuai dengan apa yang kita amati (fosil2, batuan dsb). Dalam 
science sesuatu itu dianggap ada kalau sesuatu itu dapat kita amati dengan 5 
pancaindera kita ini, tidak termasuk indra ke-6. Dengan demikian ruh, jin, 
bahkan Tuhan pun di ‘anggap’ tidak ada karena tidak dapat diamati dengan ke-5 
panca indera kita (bukan berari seorang scientist tidak boleh percaya Tuhan, 
boleh saja, tetapi itulahsalah satu rule of the game-nya, kita tidak bisa 
menjelaskan terjadinya gejala alam dengan keberadaan kekuatan supernatural 
misalnya yang tidak bisa kita amati). Tujuan science adalah menjelaskan suatu 
gejala alam secara logis berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan manusia. 
Misalnya apakah teori evolusi itu dapat menjelaskan keanekaragaman machluk 
hidup dan adanya deretan fosil-fosil yang diketemukan dalam urut2an lapisan 
batuan di kerak bumi kita ini secara logika, atau masuk akalkah teori ini. 
Science tidak mengharuskan kita untuk mempercayainya, tetapi dapat menerimanya 
sebagai sesuatu yang logis. Selain itu tujuan science itu adalah melakukan 
prediksi (atau untuk geologi: post diction), atau bermaanfaat atau dapat 
digunakan.  Misalnya saya kira evolusi itu sesuatu yang masuk akal dan dapat 
digunakan untuk penentuan umur, korelasi dengan menggunakan fosil foram, 
misalnya. Para scientist juga sadar bahwa ‘kebenaran’ dalam science itu 
bersifat sesaat atau relative, karena science itu maju terus, berkembang terus. 
Hal ini terutama sangat kentara dalam geosciences, khususnya paleontologi. Di 
ketemukannya saja 1 butir fossil saja dapat menumbangkan suatu teori, dan 
muncul teori baru. Hal ini juga sama dalam ilmu fisika, maupun kimia, apalagi 
astrofisika dan astronomi. Bahkan seorang ahli science philosophy Karl Popper 
mengatakan semua teori apapun akhirnya akan tumbang, dan diganti dengan teori 
yang lain, yang lebih maju.

Jadi dalam hal science, teori evolusi, yang penting adalah bukan soal percaya 
atau tidak, tetapi apakah kita dapat menerimanya sebagai penjelasan yang logis 
dan masuk akal dan sesuai dengan pengamatan kita. ”Geloven doe je in de kerk” 
orang Belanda bilang (masalah percaya adalah masalah dalam gereja). Agama itu 
didasarkan atas kepercayaan atau lebih tepat lagi iman atas wahyu illahi yang 
diturunkan pada para nabi dan dituliskan pada kitab suci, mengenai keberadaan 
malaikat, ruh, setan dan tentunya Tuhan tidak perlu logis atau keberadaannya 
didasarkan atas pengamatan ke-5 pancaindera kita ini. Kebenaran agama kita 
yakini karena iman, dan kita tidak bisa menilainya secara scientific. Science 
itu berdasarkan pengamatan dan pemikiran manusia, dan tidak perlu dinilai 
secara religious/spiritual.

 

Apakah ini dualisme/ kontrakdiksi dalam alam pikiran? Saya  tidak merasa 
demikian.  Kita bekerja dalam science sesuai dengan kaidah dan aturannya dan 
menerima kesimpulannya sesuai dengan logika dan pengamatan. Sama saja kalau 
dengan kita main sepak bola, kalau terjadi goal yang kontroversial, kita kan 
tidak menunggu adanya fatwa MUI yang mencari ayat Alquar’an dan Haditz yang  
mengharamkan atau mensyahkan goal tersebut, tetapi kita menilainya keputusan 
wasit sesuai dengan peraturan sepakbola yang dikeluarkan FIFA. Sekularisme? 
Mungkin. Tetapi saya hidup cukup tenang dan tenteram  dan hidup dalam 
keseimbangan sebagai seorang geoscientist yang beragama.

Wassalam mu’alaikum

RPK

  ----- Original Message ----- 
  From: Eko Prasetyo 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Thursday, July 07, 2011 12:24 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia


  perkataan anda seperti seorang otoritas ilmuwan dan merendahkan level ustadz. 
Banyak doktor-doktor ilmu yang lebih tinggi dari anda yang menganggap evolusi 
itu sampah. Banyak ustadz-ustadz yang level keilmuan eksaknya mungkin lebih 
tinggi dari anda. 

  Newton sendiri mungkin jauh lebih religius dari para saintis-saintis atheis 
norak yang memaksakan kalau Tuhan itu imajinari tapi kalau ditanya kenapa Alam 
Semesta itu ada dia berkata "ya ada aja" Sebuah jawaban yang tidak ilmiah dan 
munafik.

  sudah baca bahwa penemu homo erectus solo menyembunyikan tulang tengkorak 
yang bisa membantah teori homo erectus di bawah kasurnya selama berpuluh tahun? 
sudah membaca bahwa homo erectus solo itu direkonstruksi dari dua tulang yang 
jauhnya berbelas kaki dan mempunyai kemungkinan perbedaan individu tapi 
dipaksakan sebagai satu kejadian?

  Atau fosil sebuah "nenek moyang manusia" yang ditentukan hanya dari sebuah 
fosil..... gigi.

  Atau fosil kadal-burung dari china yang ternyata hoax.

  Atau kenyataan bahwa banyak manusia sekarang yang tinggi besar berdahi rata 
mirip Neanderthal tapi ternyata homo sapiens.

  Atau fosil tengkorak anak berkelainan megacephalus yang diklaim sebagai fosil 
alien.


  Lalu apa anda sudah mempelajari bahwa di alam tidak ada yang random, random 
itu hanyalah simplifikasi dari kompleksitas yang tidak dipahami manusia? Bahkan 
ilmu "eksak" geosaintis pun hanya bisa berkata "kemungkinan minyak di sini 
90%". Sebuah ketidakeksakan. 

  Sekarang pikirkan: apa kemungkinan dua spesimen jantan dan betina dari  
spesies berkelamin ganda yang akan menggantikan spesies sebelumnya lahir pada 
waktu yang sama, dengan tingkat kecocokan tinggi, dan dilahirkan dari spesies 
yang lama?

  Limit mendekati nol.

  Mempercayai evolusi itu nyata sama saja mempercayai bahwa logam mentah bisa 
menjadi mobil yang fungsional hanya dengan terjadinya badai besar-besaran.

  Sekarang siapa yang harus melepaskan diri dari keilmuwan? Saya yang sudah 
membaca dua sisi dari evolusi atau anda yang gak punya landasan kuat tapi 
mengusir saya dari keilmiahan?


  2011/7/7 Yustinus Suyatno Yuwono <yuw...@gc.itb.ac.id>

    Kalo anda menganggap teori evolusi adalah hoax, berhenti saja sebagai 
ilmuwan, lalu menjadi ustadz saja.
    Salam,
    YSY
    ----- Original Message ----- From: <strivea...@gmail.com>

    To: <iagi-net@iagi.or.id>

    Sent: Wednesday, July 06, 2011 7:53 AM
    Subject: Re: [iagi-net-l] Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia




      Dari teori ke teori, saya semakin yakin kalo evolusi ini hoax

      visit strivearth.com and be entertained

      -----Original Message-----
      From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
      Date: Wed, 6 Jul 2011 07:42:29
      To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>; 
geologi...@googlegroups.com<geologi...@googlegroups.com>
      Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
      Subject: [iagi-net-l] Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia
      Mnarik.
      Untungnya nenek moyangku orang pelaut :)

      Rdp
      --------------

      Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia

      
      » Homo erectus, nenek moyang homo sapiens

      Muhammad Firman | Rabu, 6 Juli 2011, 05:29 WIB

      VIVAnews - Sebuah studi yang diketuai oleh Etty Indriati, peneliti
      dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia melakukan investigasi dari dua
      situs di sungai Bengawan Solo. Dari penelitian, disimpulkan bahwa Homo
      erectus kemungkinan tidak tinggal di habitat yang sama dengan manusia
      modern.

      Temuan ini memunculkan keraguan pada teori evolusi manusia sebelumnya
      dan mengindikasikan bahwa nenek moyang manusia modern itu punah jauh
      lebih awal dibandingkan perkiraan sebelumnya.

      Seperti diketahui, Homo erectus, yang meninggalkan Afrika sekitar 1,8
      juta tahun lalu, disepakati sebagai nenek moyang langsung spesies kita
      yakni Homo sapiens. Kedua spesies ini sebelumnya diyakini pernah hidup
      berdampingan. Setidaknya sampai muncul teori baru yang membantah itu.

      Selama ini, ilmuwan memperkirakan, sekitar 500 ribu tahun lalu Homo
      erectus lenyap dari Afrika dan sebagian besar Afrika dan diperkirakan,
      bertahan hidup di Indonesia hingga 35 ribu tahun lalu. Adapun Homo
      sapiens awal tinggal di kawasan Indonesia sejak 40 ribu tahun lalu dan
      tinggal bersama dengan nenek moyangnya tersebut.

      Penelitian yang dilakukan Etty dan timnya menunjukkan bahwa asumsi
      selama ini tidak benar dan Homo erectus lenyap jauh sebelum kedatangan
      Homo sapiens di Asia.

      “Homo erectus kemungkinan tidak tinggal di habitat yang sama dengan
      manusia modern,” kata Etty, seperti dikutip dari DailyMail, 5 Juli
      2011.

      Dari ekskavasi dan analisa waktu, hasilnya mengindikasikan bahwa Homo
      erectus punah setidaknya 143 ribu tahun lalu, dan bahkan mungkin lebih
      dari 550 ribu tahun lalu.

      Jika demikian yang terjadi, maka temuan ini membantah teori ‘Out of
      Africa’ yang sudah disepakati sebelumnya yakni hipotesis seputar
      manusia modern telah berevolusi sepenuhnya di Afrika sebelum
      bermigrasi ke belahan lain di Bumi.

      Teori itu memperkirakan terjadinya overlap antara Homo sapiens dan
      spesies lebih tuah yang mereka gantikan di luar Afrika. Homo erectus
      yang ditemukan masih bertahan hidup di Indonesia pada masa itu
      dianggap sebagai bukti pendukung teori tersebut.

      Dengan temuan terbaru, peneliti menawarkan hipotesis baru bahwa
      manusia modern berevolusi dari spesies terdahulu di Afrika, Asia, dan
      Eropa. Hasil temuan ini sendiri dipublikasikan di jurnal Public
      Library of Science ONE. (sj

      -- 
      Sent from my mobile device

      *"Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"*

      
--------------------------------------------------------------------------------
      PP-IAGI 2008-2011:
      ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
      sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
      * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
      
--------------------------------------------------------------------------------
      Ayo siapkan diri....!!!!!
      Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
      September 2011
      
-----------------------------------------------------------------------------
      To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
      To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
      Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
      Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
      Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
      No. Rek: 123 0085005314
      Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
      Bank BCA KCP. Manara Mulia
      No. Rekening: 255-1088580
      A/n: Shinta Damayanti
      IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
      IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
      ---------------------------------------------------------------------
      DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event 
shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to 
direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from 
loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of 
any information posted on IAGI mailing list.
      ---------------------------------------------------------------------





    
--------------------------------------------------------------------------------
    PP-IAGI 2008-2011:
    ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
    sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
    * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
    
--------------------------------------------------------------------------------
    Ayo siapkan diri....!!!!!
    Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
    September 2011
    
-----------------------------------------------------------------------------
    To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
    To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
    Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
    Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
    Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
    No. Rek: 123 0085005314
    Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
    Bank BCA KCP. Manara Mulia
    No. Rekening: 255-1088580
    A/n: Shinta Damayanti
    IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
    IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
    ---------------------------------------------------------------------
    DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted 
on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI 
or its members be liable for any, including but not limited to direct or 
indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of 
use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any 
information posted on IAGI mailing list.
    ---------------------------------------------------------------------





  -- 
  Visit http://www.strivearth.com and be entertained

Kirim email ke