Dan jangan lupa Pak.. logika (logis atau tidak) itu merupakan  hasil analisa
otak kita berdasarkan pengalaman dari apa yang kita saksikan dan amati dari
indra-indra  kita. Jadi logis ataupun tidak itu pun sangat bersifat relatif.

Sebagai contoh.. ketika kita seumur hidup tidak pernah melihat orang yang
bisa meloncat pagar setinggi dua atau 3 meter tanpa alat bantu apapun. Pasti
ketika  kita mendengar ada orang yg bisa meloncat pagar itu,  akan berkata
itu mustahil..pasti magic dan lain sebagainya..  padahal faktanya itu bisa
dilakukan dengan latihan sejak kecil (tradisi lompat batu di nias)..

Banyak hal lah yang kita fikir tidak logis, karena otak kita belum pernah
menerima informasi itu.  Jadi dalam menganalisa sesuatu saya fikir tidak
hanya bermain hanya dengan logika karena logika kita sangat lah terbatas..
kadang intuisi pun bisa dimainkan..dan lebih dalam lagi adalah masuk ke
bagian hati nurani.. kadang sesuatu yang tidak masuk logika, tetapi intuisi
atau hati nurani kita  mengatakan itu bisa saja terjadi..

Entah lah..

Salam
RiFa TeA


2011/7/8 Muharram Jaya Panguriseng <muhar...@pertamina.com>

>  Setuju dengan pernyataan Prof. Koesoemadinata, “*dalam science yang
> bersifat empiris, (ukurannya) ...apakah kita itu bisa menerima atau tidak
> suatu teori itu sebagai sesuatu yang logis/ masuk akal dan sesuai dengan apa
> yang kita amati (fosil2, batuan dsb)*”, begitu tidak logis dan tidak
> sesuai dengan fakta pengamatan lapangan dengan sendirinya teori tersebut
> akan gugur, tetapi science tidak gugur hanya dengan hasil voling. Tidak
> perlu mempertentangkan antara science dengan agama. Agama adalah kebenaran
> mutlak bagi penganutnya sementara science akan bergantung kepada fakta. “*Para
> scientist juga sadar bahwa ‘kebenaran’ dalam science itu bersifat sesaat
> atau relative, karena science itu maju terus, berkembang terus*”. Jadi
> wajar saja teori evolusi Darwin gugur dengan sendirinya apabila fakta temuan
> fosil berkata lain. Pembuktian bahwa suatu teori scientific salah harus
> dengan fakta bantahan, tidak dengan agama, kalau dengan agama nanti yang
> muncul adalah eyel-eyelan J...
>
> Bagi penganut agama (termasuk saya) meyakini semua isi kitab sucinya
> masing-masing sebagai kebenaran mutlak, namun kita harus sadar akan
> kemampuan otak kita dalam menterjemahkan lautan ilmu didalam kitab tersebut,
> jangan sampai keterbatasan ilmu manusia yang merasa mewakili ilmu Tuhan
> gugur berkeping-keping ketika fakta ilmiah berkata lain. Ingat ilmuwan abad
> pertengahan yang digantung otoritas agama karena meyakini bahwa bumi
> mengelilingi matahari ? padahal bumi mengelilingi matahari adalah fakta tak
> terbantahkan sekarang. Apakah firman Tuhan (yang asli) memang mengatakan
> bahwa matahari-lah yang mengelilingi bumi? Saya tidak yakin. Keterbatasan
> ilmu otoritas agamalah sebenarnya yang mengatakan itu. Wallahu’alam.
>
>
>
> Selamat berdiskusi untuk bahasan yang sangat menarik ini. Saling membantah
> adalah wajar dalam perdebatan ilmiah tetapi harus dalam koridor saling
> menghargai.
>
>
>
> Salam,
>
> MJP
>
>
>
> *From:* Fadli Syarid [mailto:fadli.sya...@gmail.com]
> *Sent:* Thursday, July 07, 2011 3:49 PM
>
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia
>
>
>
> Masalah percaya tidak percaya tentang teori evolusi ini ada sedikit
> fenomena menarik dari hasil survey british councill.
> Amerika Serikat(USA) termasuk negara yang penduduknya kurang mempercayai
> teori evolusi darwin dibandingkan negara lain yang disurvey. Hasil
> survenynya bisa dilihat selengkapnya disini
> http://www.britishcouncil.org/darwin_now_survey_global.pdf
>
>
> Regards
>
>    --- Pada *Kam, 7/7/11, R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id>*menulis:
>
>
> Dari: R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Kamis, 7 Juli, 2011, 3:38 PM
>
> 
>
> Masalah percaya dan tidak percayanya mengenai  Theori  Evolusi saya ingin
> mencuplik dari Pendahuluan kuliah yang saya berikan untuk mahasiswa S3,
> yaitu “Falsafah Ilmu Kebumian”
>
> Masalah ini sangat mengusik pada geoscientist kita yang juga taat beragama,
> mana yang benar, dan bagaimana seorang yang berkeyakinan beragama menghadapi
> theori ini. Pengertian kebenaran sendiri adalah merupakan masalah falsafah
> tersendiri, apa sebenarnya yang disebut ‘kebenaran’ itu?
>
> Dalam agama Islam (sebagaimana tertera dalam Al Quar’an) kita mengenal
> sebagai 3 tingkatan kebenaran: Ainal Yaqin (keyakinan benar karena kita
> dapat melihatnya, atau mengamati-nya /secara empiris), Ilmal Yaqin keyakinan
> (benar)  karena didasarkan ilmu yang kita geluti, yaitu berdasarkan
> pengamatan dan penalaran logika,  ‘akal’), dan Haqqul Yaqin, kebeneran
> haqiqi, atau kebenaran absolut atau ‘the ultimate truth’ Ini adalah
> penafsiran saya atas ayat Alqur’an , mungkin ulama yang lain menafsirkannya
> lain.
>
> Dalam science yang bersifat empiris yang kita geluti, masalahnya bukan kita
> itu percaya atau tidak pada suatu teori, termasuk teori evolusi, tetapi
> apakah kita itu bisa menerima (accept) tidak suatu teori itu sebagai sesuatu
> yang logis/ masuk akal dan sesuai dengan apa yang kita amati (fosil2, batuan
> dsb). Dalam science sesuatu itu dianggap ada kalau sesuatu itu dapat kita
> amati dengan 5 pancaindera kita ini, tidak termasuk indra ke-6. Dengan
> demikian ruh, jin, bahkan Tuhan pun di ‘anggap’ tidak ada karena tidak dapat
> diamati dengan ke-5 panca indera kita (bukan berari seorang scientist tidak
> boleh percaya Tuhan, boleh saja, tetapi itulahsalah satu rule of the
> game-nya, kita tidak bisa menjelaskan terjadinya gejala alam dengan
> keberadaan kekuatan supernatural misalnya yang tidak bisa kita amati).
> Tujuan science adalah menjelaskan suatu gejala alam secara logis berdasarkan
> pengamatan yang telah dilakukan manusia. Misalnya apakah teori evolusi itu
> dapat menjelaskan keanekaragaman machluk hidup dan adanya deretan
> fosil-fosil yang diketemukan dalam urut2an lapisan batuan di kerak bumi kita
> ini secara logika, atau masuk akalkah teori ini. Science tidak mengharuskan
> kita untuk mempercayainya, tetapi dapat menerimanya sebagai sesuatu yang
> logis. Selain itu tujuan science itu adalah melakukan prediksi (atau untuk
> geologi: post diction), atau bermaanfaat atau dapat digunakan.  Misalnya
> saya kira evolusi itu sesuatu yang masuk akal dan dapat digunakan untuk
> penentuan umur, korelasi dengan menggunakan fosil foram, misalnya. Para
> scientist juga sadar bahwa ‘kebenaran’ dalam science itu bersifat sesaat
> atau relative, karena science itu maju terus, berkembang terus. Hal ini
> terutama sangat kentara dalam geosciences, khususnya paleontologi. Di
> ketemukannya saja 1 butir fossil saja dapat menumbangkan suatu teori, dan
> muncul teori baru. Hal ini juga sama dalam ilmu fisika, maupun kimia,
> apalagi astrofisika dan astronomi. Bahkan seorang ahli science philosophy
> Karl Popper mengatakan semua teori apapun akhirnya akan tumbang, dan diganti
> dengan teori yang lain, yang lebih maju.
>
> Jadi dalam hal science, teori evolusi, yang penting adalah bukan soal
> percaya atau tidak, tetapi apakah kita dapat menerimanya sebagai penjelasan
> yang logis dan masuk akal dan sesuai dengan pengamatan kita. ”Geloven doe je
> in de kerk” orang Belanda bilang (masalah percaya adalah masalah dalam
> gereja). Agama itu didasarkan atas kepercayaan atau lebih tepat lagi iman
> atas wahyu illahi yang diturunkan pada para nabi dan dituliskan pada kitab
> suci, mengenai keberadaan malaikat, ruh, setan dan tentunya Tuhan tidak
> perlu logis atau keberadaannya didasarkan atas pengamatan ke-5 pancaindera
> kita ini. Kebenaran agama kita yakini karena iman, dan kita tidak bisa
> menilainya secara scientific. Science itu berdasarkan pengamatan dan
> pemikiran manusia, dan tidak perlu dinilai secara religious/spiritual.
>
>
>
> Apakah ini dualisme/ kontrakdiksi dalam alam pikiran? Saya  tidak merasa
> demikian.  Kita bekerja dalam science sesuai dengan kaidah dan aturannya dan
> menerima kesimpulannya sesuai dengan logika dan pengamatan. Sama saja kalau
> dengan kita main sepak bola, kalau terjadi goal yang kontroversial, kita kan
> tidak menunggu adanya fatwa MUI yang mencari ayat Alquar’an dan Haditz yang
> mengharamkan atau mensyahkan goal tersebut, tetapi kita menilainya keputusan
> wasit sesuai dengan peraturan sepakbola yang dikeluarkan FIFA. Sekularisme?
> Mungkin. Tetapi saya hidup cukup tenang dan tenteram  dan hidup dalam
> keseimbangan sebagai seorang geoscientist yang beragama.
>
> Wassalam mu’alaikum
>
> RPK
>
>  ----- Original Message -----
>
> *From:* Eko 
> Prasetyo<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=strivea...@gmail.com>
>
> *To:* 
> iagi-net@iagi.or.id<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>
>
> *Sent:* Thursday, July 07, 2011 12:24 PM
>
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia
>
>
>
> perkataan anda seperti seorang otoritas ilmuwan dan merendahkan level
> ustadz. Banyak doktor-doktor ilmu yang lebih tinggi dari anda yang
> menganggap evolusi itu sampah. Banyak ustadz-ustadz yang level keilmuan
> eksaknya mungkin lebih tinggi dari anda.
>
> Newton sendiri mungkin jauh lebih religius dari para saintis-saintis atheis
> norak yang memaksakan kalau Tuhan itu imajinari tapi kalau ditanya kenapa
> Alam Semesta itu ada dia berkata "ya ada aja" Sebuah jawaban yang tidak
> ilmiah dan munafik.
>
> sudah baca bahwa penemu homo erectus solo menyembunyikan tulang tengkorak
> yang bisa membantah teori homo erectus di bawah kasurnya selama berpuluh
> tahun? sudah membaca bahwa homo erectus solo itu direkonstruksi dari dua
> tulang yang jauhnya berbelas kaki dan mempunyai kemungkinan perbedaan
> individu tapi dipaksakan sebagai satu kejadian?
>
> Atau fosil sebuah "nenek moyang manusia" yang ditentukan hanya dari sebuah
> fosil..... gigi.
>
> Atau fosil kadal-burung dari china yang ternyata hoax.
>
> Atau kenyataan bahwa banyak manusia sekarang yang tinggi besar berdahi rata
> mirip Neanderthal tapi ternyata homo sapiens.
>
> Atau fosil tengkorak anak berkelainan megacephalus yang diklaim sebagai
> fosil alien.
>
>
> Lalu apa anda sudah mempelajari bahwa di alam tidak ada yang random, random
> itu hanyalah simplifikasi dari kompleksitas yang tidak dipahami manusia?
> Bahkan ilmu "eksak" geosaintis pun hanya bisa berkata "kemungkinan minyak di
> sini 90%". Sebuah ketidakeksakan.
>
> Sekarang pikirkan: apa kemungkinan dua spesimen jantan dan betina dari
> spesies berkelamin ganda yang akan menggantikan spesies sebelumnya lahir
> pada waktu yang sama, dengan tingkat kecocokan tinggi, dan dilahirkan dari
> spesies yang lama?
>
> Limit mendekati nol.
>
> Mempercayai evolusi itu nyata sama saja mempercayai bahwa logam mentah bisa
> menjadi mobil yang fungsional hanya dengan terjadinya badai besar-besaran.
>
> Sekarang siapa yang harus melepaskan diri dari keilmuwan? Saya yang sudah
> membaca dua sisi dari evolusi atau anda yang gak punya landasan kuat tapi
> mengusir saya dari keilmiahan?
>
> 2011/7/7 Yustinus Suyatno Yuwono 
> <yuw...@gc.itb.ac.id<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=yuw...@gc.itb.ac.id>
> >
>
> Kalo anda menganggap teori evolusi adalah hoax, berhenti saja sebagai
> ilmuwan, lalu menjadi ustadz saja.
> Salam,
> YSY
> ----- Original Message ----- From: 
> <strivea...@gmail.com<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=strivea...@gmail.com>>
>
>
>
> To: 
> <iagi-net@iagi.or.id<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>
> >
>
> Sent: Wednesday, July 06, 2011 7:53 AM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia
>
>
>
> Dari teori ke teori, saya semakin yakin kalo evolusi ini hoax
>
> visit strivearth.com and be entertained
>
> -----Original Message-----
> From: Rovicky Dwi Putrohari 
> <rovi...@gmail.com<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=rovi...@gmail.com>
> >
> Date: Wed, 6 Jul 2011 07:42:29
> To: 
> IAGI<iagi-net@iagi.or.id<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>>;
> geologi...@googlegroups.com<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=geologi...@googlegroups.com>
> <geologi...@googlegroups.com<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=geologi...@googlegroups.com>
> >
> Reply-To: 
> <iagi-net@iagi.or.id<http://id.mc770.mail.yahoo.com/mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>
> >
> Subject: [iagi-net-l] Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia
> Mnarik.
> Untungnya nenek moyangku orang pelaut :)
>
> Rdp
> --------------
>
> Teori Baru Punahnya Nenek Moyang Manusia
>
> 
> » Homo erectus, nenek moyang homo sapiens
>
> Muhammad Firman | Rabu, 6 Juli 2011, 05:29 WIB
>
> VIVAnews - Sebuah studi yang diketuai oleh Etty Indriati, peneliti
> dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia melakukan investigasi dari dua
> situs di sungai Bengawan Solo. Dari penelitian, disimpulkan bahwa Homo
> erectus kemungkinan tidak tinggal di habitat yang sama dengan manusia
> modern.
>
> Temuan ini memunculkan keraguan pada teori evolusi manusia sebelumnya
> dan mengindikasikan bahwa nenek moyang manusia modern itu punah jauh
> lebih awal dibandingkan perkiraan sebelumnya.
>
> Seperti diketahui, Homo erectus, yang meninggalkan Afrika sekitar 1,8
> juta tahun lalu, disepakati sebagai nenek moyang langsung spesies kita
> yakni Homo sapiens. Kedua spesies ini sebelumnya diyakini pernah hidup
> berdampingan. Setidaknya sampai muncul teori baru yang membantah itu.
>
> Selama ini, ilmuwan memperkirakan, sekitar 500 ribu tahun lalu Homo
> erectus lenyap dari Afrika dan sebagian besar Afrika dan diperkirakan,
> bertahan hidup di Indonesia hingga 35 ribu tahun lalu. Adapun Homo
> sapiens awal tinggal di kawasan Indonesia sejak 40 ribu tahun lalu dan
> tinggal bersama dengan nenek moyangnya tersebut.
>
> Penelitian yang dilakukan Etty dan timnya menunjukkan bahwa asumsi
> selama ini tidak benar dan Homo erectus lenyap jauh sebelum kedatangan
> Homo sapiens di Asia.
>
> “Homo erectus kemungkinan tidak tinggal di habitat yang sama dengan
> manusia modern,” kata Etty, seperti dikutip dari DailyMail, 5 Juli
> 2011.
>
> Dari ekskavasi dan analisa waktu, hasilnya mengindikasikan bahwa Homo
> erectus punah setidaknya 143 ribu tahun lalu, dan bahkan mungkin lebih
> dari 550 ribu tahun lalu.
>
> Jika demikian yang terjadi, maka temuan ini membantah teori ‘Out of
> Africa’ yang sudah disepakati sebelumnya yakni hipotesis seputar
> manusia modern telah berevolusi sepenuhnya di Afrika sebelum
> bermigrasi ke belahan lain di Bumi.
>
> Teori itu memperkirakan terjadinya overlap antara Homo sapiens dan
> spesies lebih tuah yang mereka gantikan di luar Afrika. Homo erectus
> yang ditemukan masih bertahan hidup di Indonesia pada masa itu
> dianggap sebagai bukti pendukung teori tersebut.
>
> Dengan temuan terbaru, peneliti menawarkan hipotesis baru bahwa
> manusia modern berevolusi dari spesies terdahulu di Afrika, Asia, dan
> Eropa. Hasil temuan ini sendiri dipublikasikan di jurnal Public
> Library of Science ONE. (sj
>
> --
> Sent from my mobile device
>
> *"Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"*
>
>   Visit http://www.strivearth.com and be entertained
>
>
>
>
>  ***** This message may contain confidential and/or privileged information.
> If you are not the addressee or authorized to receive this for the
> addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this
> message or any information herein. If you have received this communication
> in error, please notify us immediately by responding to this email and then
> delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the
> proper and complete transmission of the information contained in this
> communication nor for any delay in its receipt. *****
>



-- 
RiFa TEA
-----------------------------------
Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia
tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan
atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang
ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan
menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

Kirim email ke