Rekan2,
 
Setiap usai pertemuan IAGI atau HAGI, kita selalu mendiskusikan masalah2 
seperti yang kita diskusikan saat ini, bahasa pengantar dan masalah 'no show' 
(presentasi & poster yang terdftar, tetapi presenter dan posternya tak muncul 
saat hari H pertemuan berlangsung). Diskusi semacam ini, seperti kebanyakan 
diskusi-diskusi di milis akan berlangsung selama seminggu paling lama, lalu 
terlupakan. Kemudian pertemuan ilmiah tak terasa datang lagi, lalu 
masalah-masalahnya yang sama muncul lagi, begitu seterusnya senantiasa terjadi 
setiap tahun.
 
Saya berharap Pak Rovicky sebagai Presiden/Ketua Umum IAGI yang terpilih 
bersama jajarannya nanti dapat menangkap isu-isu rutin tahunan ini dan dapat 
menampung ide-ide yang telah mengemuka di diskusi ini serta merumuskan dengan 
bijak solusinya, dan yang penting adalah mencatatnya supaya ada kesinambungan 
antara masalah2 yang muncul pada tahun ini dengan solusinya pada tahun depan. 
 
Saya pikir untuk masalah bahasa pengantar ini bukan sesuatu yang sederhana 
sebab merupakan dilema. Bahasa Indonesia harus mampu menjadi bahasa pengantar 
ilmiah secara tulisan dan lisan, tetapi penguasaan bahasa Inggris pun penting 
dalam pergaulan ilmiah serta bila kita ingin menjadikan paper2 di proceedings 
IAGI dan HAGI serta pertemuannya diacu oleh kalangan ilmuwan internasional, 
maka bahasa Inggris adalah jalannya. Terus terang, banyak ilmuwan internasional 
atau para expat di Indonesia apriori menilai pertemuan2 IAGI dan HAGI termasuk 
paper2nya. Mereka tak mau meliriknya bukan karena kualitasnya jelek, tetapi 
karena umumnya makalah2nya berbahasa Indonesia.
 
Saat ini, seorang expat yang sadar secara penuh akan pentingnya makalah2 di 
IAGI dan HAGI serta publikasi2  geosains lokal lainnya di Indonesia untuk 
menambah kelengkapan khazanah pustaka geosains Indonesia, yaitu J.T. Han van 
Gorsel, mungkin sebagian dari kita mengenalnya, seorang senior biostratigrapher 
yang dulu lama bekerja buat Stanvac lalu terakhir sebelum pensiun bekerja untuk 
Exxon di Melbourne. Suatu hari beberapa tahun yang lalu Han menghubungi saya 
dan meminta bantuan saya untuk memberikan informasi soal referensi2 geosains 
dalam proceedings/terbitan lokal di Indonesia seperti proceedings IAGI, HAGI, 
dll. Mengingat bahwa Han punya jaringan yang luas kepada teman2 expatnya, dan 
saya pikir bisa menyingkapkan publikasi-publikasi dari proceedings/buletin 
lokal ke dunia internasional melalui websitenya, maka sejak itu saya 
membantunya. Hasilnya adalah ribuan makalah geosains Indonesia saat ini sudah 
terdaftar di 'van Gorsel list' dan banyak di
 antaranya yang diberikan komentar2 singkat tentang isi makalah (list with 
annotation). Han telah dua kali mengumumkan apa yang sedang dikerjakannya 
itu di pertemuan IPA (2008, 2011).
 
Tak akan ada solusi setahun selesai buat masalah yang kompleks, maka 
usulan-usulan dari Pak Koeseoma atau Pak Deni Rahayu bagus untuk 
dipertimbangkan. Misi yang kita pegang dalam hal ini adalah: mengilmiahkan 
bahasa Indonesia, dan menginternasionalkan pertemuan-pertemuan IAGI dan HAGI. 
Maka saran yang diajukan Pak Deni tak ada salahnya dicoba dulu. Misalnya dari 
lima ruang sidang paralel, peruntukan saja 2 untuk presentasi-presentasi wajib 
berbahasa Inggris dengan lebih banyak lagi melibatkan session chairs 
kawan-kawan expat, dan 3 ruangan untuk presentasi berbahasa Indonesia (dan 
harus berbahasa Indonesia). Sejak call for paper, telah diumumkan bahwa 
penyumbang paper harus menentukan bahasa apa yang dipilihnya, paper lengkapnya 
pun harus ditulis dalam bahasa Inggris. Panitia teknis juga bisa memilih 
berdasakan tema paper dan senioritas/jam terbang penulisnya, apakah lebih 
menarik bila ditulis dan dipresentasikan dalam bahasa Inggris misalnya.
 Sebaliknya paper-paper yang membahas masalah yang bersifat kedaerahan 
(misalnya seperti paper saya tahun 2007 yang membahas tentang kronik sejarah 
babad Tanah Jawi, folklore Timun Mas, dll yang ada hubungannya dengan geologi) 
wajib ditulis dan dipresentasikan dalam bahasa Indonesia.
 
Kalau kita tak pernah mencobanya, tentu kita tak akan tahu efektivitas 
usulan-usulan tersebut setelah dipertimbangkan.
 
salam,
Awang


--- Pada Sab, 1/10/11, Deni <deni...@yahoo.com> menulis:


Dari: Deni <deni...@yahoo.com>
Judul: Re: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & HAGI 
(?)
Kepada: "<iagi-net@iagi.or.id>" <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
Tanggal: Sabtu, 1 Oktober, 2011, 10:01 PM



Ada usulan dari saya mungkin yang bisa kita lakukan untuk mengakomodir 2 
kepentingan dalam melaksanakan PIT2 kedepan yaitu :
1. Setiap PIT IAGI akan dibagi menjadi 2 kategori yaitu international dan 
national.
2. Bahasa pengantar di international wajib menggunakan bahasa inggris sementara 
di nasional dibebaskan atau diwajibkan berbahasa indonesia (dasar UU bahasa)
3. Pengiriman makalah akan diberikan pilihan berdasarkan point kedua
4. Untuk international akan diusahakan mengundang lebih banyak chair person 
maupun reviewer dari negara lain (alhamdullilah di JCM 2011 sudah mulai 
dilakukan walaupun kurang banyak :) )
5. Invited paper akan terus dilakukan sebagai bagian dari peningkatan kualitas 
makalah.
6. Menjaga, mempertahankan dan menambah networking yang sudah dibangun oleh 
panitia JCM 2011, terutama di sponsor dan technical karena saling terkait 
antara dana dan peningkatan kualitas.




Deni Rahayu


Sent from my iPad

On Oct 1, 2011, at 9:15 AM, rakhmadi.avia...@gmail.com wrote:




Nanti kalo bhs Indonesia terus bukannya malah susah baca literatur 

Dg segala hormat saya pada DR K, tapi menurut saya pemakaian bhs Inggris dalam 
pertemuan ilmiah sangat di perlukan, hal ini di ilhami Mecca buat ilmu Geology 
itu masih dari Negara yg berbahasa Inggris, kedua untuk memudahkan rekan2 
Geoscientist go International

Kalo kurang jelas kan bisa diskusi si luar ruangan malah bisa saling kenal dsb

So buat kita semua, pemakaian Inggris ini bukan buat sok sok an tapi kayaknya 
nuture nya kalo geoscientist memang begitu. Ntar kalo baca Juornal dsb yg 
Notabene banyak terbitan luar dan bermutu maka kita keteter lagi

Salam
Avi NPA 0666
Pengagung DR K dari awal meskipun alumnus UGM

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: Chairul Nas <chairul_...@yahoo.co.id> 
Date: Sat, 1 Oct 2011 09:36:10 +0800 (SGT)
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & 
HAGI (?)





Prof. Koesoemadinata yth:
Sudah sedemikian seniornya Bapak masih sangat peduli kepada IAGI. Hal ini 
memberikan semangat kepada kami-kami yang jauh lebih yunior ini walaupun usia 
sudah lebih 60. Mungkin, karena Bapak pernah menjadi Ketua Umum IAGI.
Saya pribadi sangat setuju 100% dengan usul Bapak tsb. Karena beberapa kali PIT 
IAGI saya perhatikan, presentasi makalah orang Indonesia yang disampaikan dalam 
bahasa Inggris kelihatannya seperti ajang latihan. Jadinya kurang menggigit dan 
kurang improvisasi, dan akibatnya kurang menarik. Diskusipun saya lihat sangat 
kurang berkembang, sementara diskusi pada forum-forum seperti ini sangatlah 
penting untuk menguji keandalan dan kesahihan informasi atau metoda yang 
disajikan.
Sekali lagi saya sangat setuju Pak.
Wassalam,
Chairul Nas
mantan murid Pak RPK.

--- Pada Jum, 30/9/11, R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id> menulis:


Dari: R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id>
Judul: Re: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & HAGI 
(?)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Jumat, 30 September, 2011, 10:14 PM



#yiv327124869 filtered  {
font-family:Cambria Math;}
#yiv327124869 filtered  {
font-family:Calibri;}
#yiv327124869 filtered  {
font-family:Tahoma;}
#yiv327124869 filtered  {margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;}
#yiv327124869  P.yiv327124869MsoNormal {
FONT-SIZE:12pt;MARGIN:0cm 0cm 0pt;FONT-FAMILY:"serif";}
#yiv327124869  LI.yiv327124869MsoNormal {
FONT-SIZE:12pt;MARGIN:0cm 0cm 0pt;FONT-FAMILY:"serif";}
#yiv327124869  DIV.yiv327124869MsoNormal {
FONT-SIZE:12pt;MARGIN:0cm 0cm 0pt;FONT-FAMILY:"serif";}
#yiv327124869  A:link {
COLOR:blue;TEXT-DECORATION:underline;}
#yiv327124869  SPAN.yiv327124869MsoHyperlink {
COLOR:blue;TEXT-DECORATION:underline;}
#yiv327124869  A:visited {
COLOR:purple;TEXT-DECORATION:underline;}
#yiv327124869  SPAN.yiv327124869MsoHyperlinkFollowed {
COLOR:purple;TEXT-DECORATION:underline;}
#yiv327124869  SPAN.yiv327124869EmailStyle17 {
COLOR:#1f497d;FONT-FAMILY:"sans-serif";}
#yiv327124869  .yiv327124869MsoChpDefault {
}
#yiv327124869  DIV.yiv327124869Section1 {
}



Kalau saya boleh usul mengenai pengantar untuk Perrtemuan Ilmiah, saya kira 
jalan keluarnya adalah IAGI menyelenggarakan 2 jenis pertemuan.
 
1. Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) yang sudah dirintis dari semula berbahasa 
Indonesia sepenunya yang sifatnya Nasional dan dilakukan setiap tahun. Entah 
bagaimana menjadi sekarang kok  namanya IAGI Convention. Jadi kita kembali ke 
khittah tahun 60-70-an dan menghargai bahasa Indonesia sebagai pengantar
 
2. IAGI International Conference and Exhibition yang sifatnya betul-betul 
international. Conference ini pada mulanya tidak perlu diselenggarakan tiap 
tahun, mungkin saja 5 tahun sekali, atau 2 tahun sekali, sepenuhnya dalam 
bahasa Inggris.
 
Ini dilakukan AAPG tiap tahun, ada yang National Convention yang 
diselenggarakan di Amerika Utara dan international Conference and Exhibition 
yang diselenggarakan di luar Amerika. Hanya saja kalau di AAPG semuanya 
menggunakan pengantar bahasa yang sama.
 
Juga dalam kenyataannya dalam penilaian makalah untuk "kum" di instansi 
pemerintahan dan perguruan tinggi nasional (untuk naik pangkat), nilai naskah 
yang dipublikasikan/ dipresentasikan di forum IAGI saya kira masih 
dikategorikan sebagai makalah yang diterbitkan dalam negeri yang lebih 
rendahnya nilai kum-nya daripada makalah yang diterbitkan/dipresentasikan di 
forum International (khususnya di luar negeri. . Di lain pihak  makalah yang 
dipresentasikan di IPA dikategorikan sebagai makalah yang dipresentasikan di 
forum International, sehingga nilai 'kum"-nya lebih tinggi.
Karena ada 2 kategori makalah ini, maka sebaiknya IAGI membuat 2 kategori 
pertemuan ilmiah juga sebagai mana diusulkan di atas ini. Untuk itu IAGI 
berkecil hati kalau begitu penilaian pemerintah.Saya kira di banyak negara yang 
tidak berbahasa Inggris melakukan hal yang sama, seperti di Perancis, Cina, 
Jepang dan sebagainya.
 
(Biarkanlah kita berkiprah di LIGA Indonesia dulu atau di AFF (GeoSEA), baru 
nanti kita maju di Piala Dunia). 
Wassalam
RPK
 
----- Original Message ----- 

From: taufik.ma...@gmail.com 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, September 30, 2011 6:16 PM
Subject: Fw: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & 
HAGI (?)

Maaf tak sengaja terkirim dan saya tulis ulang sbb:

Benar Mas Syaiful dan rekan-rekan lainnya,

Ini merupakan tantangan bagi pengurus baru untuk bagaimana sinergi membumikan 
G&G di Indonesia dan memasyarakatkan potensi sumber daya manusia Indonesia 
dalam persaingan global. Saya percaya pengurus baru mampu merealisasikan 
semuanya dengan partisipasi aktif kita semua.

Salam akhir pekan IAGI


TAM
NPA : 3005


Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: taufik.ma...@gmail.com 
Date: Fri, 30 Sep 2011 11:12:59 +0000
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: taufik.ma...@gmail.com 
Subject: Re: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & 
HAGI (?)

Benar Mas Syaiful dan rekan-rekan lainnya,

Ini merupakan tantangan bagi pengurus baru untuk bagaimana sinergi membumikan 
G&G di Indonesia dan memasyarakatkan potensi sumber daya manusia Indonesia 
dalam persaingan global. Saya per 
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: mohammadsyai...@gmail.com 
Date: Fri, 30 Sep 2011 09:54:50 +0000
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & 
HAGI (?)

Saya kira pak Awang dan kawan2 lainnya bukan memasalahkan "malu" untuk 
berbahasa Indonesia.

Banyak makalah dituliskan oleh geolog Cina di AAPG Bulletin, hampir setiap dua 
bulan sekali; tentu saja dituliskan di dalam Bahasa Inggris yang benar. Kita 
jarang punya makalah di buletin tersebut.

Salam,
Syaiful
* IAGI NPA 1646

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: dudy.e...@gmail.com 
Date: Fri, 30 Sep 2011 06:36:11 +0000
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & 
HAGI (?)

Tidak usah malu menggunakan bahasa Indonesia apalagi kalau yg hadir lebih 
banyak orang Indonesia (100%) namun bagaimana caranya kita bisa menguasai dunia 
seperti Jepang dan Cina bisakah? Ataukah harus dan wajib pakai bahasa inggris 
dulu untuk meraih itu karena tidak PeDe dengan bahasa kita yaitu Bahasa 
Indonesia.


Salam
Dudy 
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: mohammadsyai...@gmail.com 
Date: Fri, 30 Sep 2011 03:49:18 +0000
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & 
HAGI (?)

Ingin cerita juga deh.

Di JCM kemarin, kebetulan saya menjadi pemain pengganti untuk session chair di 
ruangan kedua (Acacia 2) pada hari kedua (Rabu) sesi terakhir. Presentasi 
pertama diantarkan oleh pasangan saya dalam Bahasa Indonesia dan 
dipresentasikan oleh pemakalah di dalam Bahasa Indonesia juga (hanya judul 
presentasi yang Bahasa Inggris, isinya semuanya Bahasa Indonesia; tertipu deh).

Presentasi kedua, langsung saya sampaikan pengantar berbahasa Inggris. Masih 
lumayan, presentasi di dalam Bahasa Indonesia, tetapi matei slide Bahasa 
Inggris. Tanya-jawab juga saya pandu du dalam Bahasa Inggris. Lha, lucunya 
tanya-jawab sendiri di dalam Bahasa Indonesia.

Presentasi ketiga, pasangan saya berubah dengan memimpin berbahasa Inggris.

Memang sulit, tetapi haris dicoba tanpa kenal lelah dan tanpa malu.

Salam dari Makassar,
Syaiful
* siap2 pulang ke ibukota

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: Awang Harun Satyana <aha...@bpmigas.go.id> 
Date: Fri, 30 Sep 2011 10:32:45 +0700
To: 'iagi-net@iagi.or.id'<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: RE: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & 
HAGI (?)



Pak Udrekh,
 
Saya hadir di presentasi Pak Udrekh kemarin tentang gas hidrat, suatu 
presentasi yang baik yang tetap disampaikan dalam bahasa Inggris, sekalipun tak 
ada satu pun kawan expat di situ. Ini juga suatu komitmen seperti yang Pak 
Udrekh tulis di bawah. Tentu terasa aneh, berbahasa Inggris padahal tak ada 
orang expat di situ; tetapi sekali komitmen ya tetap komitmen. Dan kebetulan 
juga chairpersons di tempat Pak Udrekh presentasi juga berkomitmen berbahasa 
Inggris. Presentasi2 awal saya (sekitar 20 tahun yl) dalam bahasa Inggris pun 
saya lakukan dengan cara menghafal. Untuk setiap slide saya tulis dulu 
kalimat2nya dan saya hafalkan dan diulangi berkali2 berminggu2 sebelum hari H 
pertemuan terjadi. Itu adalah suatu usaha juga untuk mencoba berkomitmen. 
 
Analisis Pak Udrekh ada benarnya, tetapi seorang lulusan S1 paling tidak telah 
berhubungan dengan bahasa Inggris minimal 11 tahun (3 th SMP + 3 th SMS + 5 
tahun PT), suatu perioda waktu yang cukup lama untuk dapat menguasai suatu 
bahasa asing secara lisan maupun tulisan dengan baik. Maka, mestinya mereka 
telah mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris, tak ada hambatan 
untuk menerima pesan yang disampaikan dan tetap antusias bertanya meskipun 
dalam bahasa Inggris. Bila mereka masih kurang percaya diri untuk berbahasa 
Inggris, barangkali metode pengajaran bahasa asing di sekolah2 kita yang perlu 
dilihat lagi. Para murid sekolah/mahasiswa perlu lebih banyak diarahkan untuk 
dapat berbicara dalam bahasa Inggris saat mereka mempresentasikan tugas2nya, 
juga belajar berdebat dalam bahasa Inggris. 
 
Jangan kita dan generasi muda kita menjadi orang yang gagap berbahasa Indonesia 
dengan baik dan benar, juga tak percaya diri dalam berbahasa Inggris....
 
Salam,
Awang
 

From: Udrekh [mailto:udr...@gmail.com] 
Sent: 30 September 2011 10:04
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT IAGI & 
HAGI (?)
 
Kemaren saya menuliskan komentar yang sama pak, berharap ada komitmen untuk 
mengharuskan abstrak dan presentasi berbahasa Inggris. Saya melihat ada 2 hal 
yang mungkin menjadi bahan pertimbangan mengapa berbahasa Inggris menjadi 
sulit. 

1. Aspek serapan. Walau kita bisa berbahasa Inggris, tapi ada perasaa bahwa 
jika disampaikan dalam bahasa Indonesia, pesannya akan lebih mudah dipahami. 
Bagaimanapun juga, kesuksesan sebuah forum ilmiah juga sangat dipengharuhi oleh 
seberapa jauh berbagi informasi tersebut dapat diserap pendengar dan 
menimbulkan diskusi yang berkwalitas. Jika tidak ada orang asing yang hadir, 
berbahasa Inggris jadi seperti mengorbankan efektifitas penyerapan sebuah 
presentasi.

2. Aspek penerimaan peserta. Saat dibatasi dengan bahasa Inggris, mungkin akan 
mengurangi antusias teman2 yang merasa memiliki keterbatasan bahasa, enggan 
untuk berpartisipasi.

Tapi, saya setuju dengan usulan pak Awang. Kalau bisa, ada komitmen dan 
ketegasan bahwa kita mengadakan konverensi kelas internasional, sehingga 
konsekwensinya abstrak dan slide presentasi harus berbahasa Inggris, dan 
disampaikan dalam bahasa Inggris. Di Jepang, teman2 ilmuwan juga memiliki 
kendala yang sama. Mereka biasanya bisa membuat paper dengan bahasa Inggris 
yang baik, tapi tidak bisa presentasi bahasa Inggris. Dalam beberapa kegiatan 
yang saya ikuti, kendala terbesar adalah saat tanya jawab. Akhirnya, presentasi 
tetap diwajibkan dalam bahasa Inggris, akan tetapi saat tanya jawab, boleh 
berbahasa jepang. 
Mereka akhirnya menghafal apa yang akan disampaikan saat presentasi. Sehingga 
semua orang asal mau menghafal, tetap bisa melakukan presentasi dalam bahasa 
Inggris.



2011/9/30 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
JCM 2011 baru saja usai. Secara umum, pertemuan gabungan HAGI dan IAGI di 
Makassar ini berjalan lancar dan meriah. Selamat kepada Pak Dicky Rahmadi dan 
seluruh jajarannya, Panitia JCM 2011.



-- 
Udrekh
Marine Geoscientist
Nusantara Earth Observation Network
The Agency for The Assessment and Application Of Technology (BPPT)
BPPT 1th Building 20th floor
M.H. Thamrin no. 8
Jakarta 10340
Indonesia
Phone : 62-21-3168908

Kirim email ke