Sewaktu diskusi dengan teamnya Pak Andi Arief di kantornya tahun lalu saya
menceriterakan adanya konsep kebencanaan ketika melihat situs arkeologi,
salah satunya candi Kedulan di dekat Prambanan.
Candi ini memang tertimbun oleh endapan lahar, tetapi kolom stratigrafi yg
disusun oleh team Geologi UGM menunjukkan hal menarik. Didalam kompleks
candi ada pohon yg seumur dengan endapan tanah sekitarnya, padahal secara
arkeologis diketahui bahwa hampir semua kompleks candi tidak terdapat pohon
didalam pagarnya. Sedangkan ini pohonnya berada didalam pagar. Juga
diketahui bahwa fondasi candi ini juga rusak. Akhirnya diinterpretasikan
bahwa candi ini ditinggalkan karena gempa, kemudian tumbuh pohon didalamya
pada saat candi ini sudah tidak dipakai karena rusak akibat gempa. Baru
berikutnya reruntuhan candi yg sudah tidak terpakai ini tertimbun oleh
endapan lahar Merapi.
Pelajaran dari reruntuhan candi ini adalah adanya ancaman gempa di jogja
sejak jaman dahuku, ancaman bencana di lereng merapipun bukan hanya ancaman
lahar gunung merapi saja.
Saya menuliskannya dalam dongengan tahun 2006 disini
http://rovicky.wordpress.com/2006/08/18/candi-kedulan/

Juga dalam diskusi dengan teamnya Pak Andi Arief saya mendongeng tentang
hal peradaban kekuasaan di Indonesia. Kalau dengan politisi tentunya
menarik, kan ? ada satu hal menarik, mungkin diluar konteks kegeologian,
yaitu dugaan bencana sebagai "Pengontrol utama" pergeseran kekuasaan di
Indonesia. Selama ini sejarah Indonesia didominasi kisah peperangan antar
kerajaan yg menjadi alasan utama terjadinya perebutan kekuasaan. Namun
kalau kebencanaan yg melatar belakangi "pergeseran" kekuasaan di Indonesia,
berarti kebencanaan harus lebih diperhatikan dalam penyelenggaraan negara.
Bahkan kalau memungkinkan pasal kebencanaan dimasukkan dalam UUD45, perlu
diamandemen, kenapa tidak ?
Pasal 33
(4) setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan perlindungan dari
kebencanaan yang diatur dalam undang-undang.

uu kebencanaan memang sudah ada, tapi dengan masuknya kata "bencana" dalam
uu maka kesadaran kebencanan masuk ranah  politik yg lebih tinggi lagi.
Tentunya perlu adanya naskah akademik yang menunjang hal ini. Riset-riset
kebencanaan, besarnya kerugian dan korban akibat bencana, serta kisah
peradaban lokal yang sangat dipengaruhi oleh kebencanaan dimasa lalu.
Tentunya banyak riset yg masih akan terus diperlukan.

Rdp
(mimpi memasukkan kata geologi dalam uud, paling tidak perlu ada undang
undang geologi dulu deh)

On Sunday, February 5, 2012, R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id>
wrote:
> Dari penjelasan Pak Danny, terkuak adanya pemunculan teori atau lebih
yang prinsip yang mendasar (fundamental prinsiple) baru yaitu kembalinya
Catastrophism Principle (atau dalam bahasa Indonesia disebut teori
Malapetaka) dalam ilmu geologi, dan sekarang diaplikasikan ke bidang
Archeologi, runtuhnya atau hilangnya suatu peradaban adalah disebabkan
karena adanya bencana, bencana lokal maupun bencana global.
>
> Sebagaimana diketahui ilmu geologi modern dinyatakan setelah munculnya
Prinsip Uniformitarianism dari James Hutton yang melawan prinsip
Malapetaka, yang terutama meng-"invoke" adanya suatu  bencana (global)
untuk perubahan-perubahan yang terjadi di muka bumi, khususnya kepunahan
massal yang pada waktu itu diketahui dari penelitian fossil, adanya
urut-urutan lapisan yang masing-masing mengandung susunan (assemblage)
fossil tertentu dibandingkan dengan urutan lapisan yang di atas maupun di
bawahnya, yang oleh Cuvier disebabkan terjadi malapetaka global setiap
kalinya (kalau tidak salah dinyatakan ada 13 kali bencana global). Prinsip
ini secara telak dikalahkan dengan prinsip uniformitarianism, di mana
proses2 di bumi berjalan seragam, kepunahan massal masih dapat diterangkan
dengan evolusi yang dipercepat (tentu sangat diperkuat dengan ajaran
Darwin). Juga gejala-gejala besar seperti Grand Canyon, Pegunungan
Himalaya, dsb tidak perlu dijelaskan dengan suatu event yang katastropik,
cukup dengan proses-2 yang berlangsung sekarang yang sangat
perlahan-perlahan tetapi berilah waktu jutaan, bahkan ratusan juta tahun
maka gejala geologi yang maha besar itu akan terwujud. Prinsip
uniformitarianism ini menjadi prinsip utama dalam ilmu geologi modern
bahkan masih dianut, khususnya dalam industri minyak. Dalam presentasi
mengenai geologi sejarah mengenai suatu cekungan minyak bumi tidak pernah
disinggung terjadinya bencana untuk menjelaskan unconformities, bahkan
dalam membahas dari Kapur ke Tersier sekalipun dsb.
>
> Namun prinsip katastrophism mulai muncul kembali dengan hasil temuan
Alvarez ayah-anak (Alvarez Sr adalah nuclear physicist, Alvarez Jr.
Geologist) di tahun 80-an, yang menemukan adanya peningkatan kadar isotop
Irridium yang luar biasa pada batas Kapur-Tersier yang kemudian disebutnya
KT-boundary pada Gubio Shale di Itali. Gejala ini dijelaskan dengan adanya
benturan meteor di selatan Teluk Mexico, dan menjadi sangat populer untuk
menjelaskan punahnya dinosaurus. Bukti-bukti untuk ini banyak ditemukan
dalam bentuknya jelaga, shocked quartz dan banyak lagi. Selain itu para
ahli mulai mencari kawah2 meteor lainnya yang banyak diketemukan. Punahnya
fauna Paleozoic di jelaskan pula dengan benturan asteroid, sehingga terjadi
bencana jenis ini harus diakui sebagai proses geologi yang lumrah. Nah
mulai lah kembali prinsip malapetaka ini atau disebut Neo-Catastrophism.
Selain benturan asteroid sekrang juga keberadaan supervolcanic eruption
mulai disadari yang dapat merubah iklim dunia dengan "nuclear winternya"
dan kepunahan kehidupan massal, dan mulai dikenalnya konsep supervolcano
yang tidak berbentuk kerucut, seperti Toba Supervolcano, Yellowstone
Supervolcano. Juga keberadaan flood-basalt seperti Deccan Trap, Siberian
Trap, Columbia Plateau, sekarang ini ditafsirkan sebagai suatu letupan yang
dahsyat yang mengeluarkan abu dan gas-gas CO2 dan belerang dan menjadi
malapetaka untuk seluruh dunia.
>
> Saluran televisi seperti National Geographic, Discover Channel, BBC
Knowledge, History sangat rajin menayangkan masalah malapetaka global ini.
Silahkan simak di Indovision atau Cable Vision. Namun 'mainstream" geology
kelihatannya belum terlalu terpengaruhi dengan fakta-fakta ini dan masih
mempertahankan Uniformitarianism. Paling tidak merevisinya dengan apa yang
disebut "Punctuated Uniformitarianism" (proses-proses geologi  berjalan
seperti biasa, tetapi diwarnai dengan terjadinya katastrofi pada
waktu-waktu tertentu). Apakah prinsip ini sekarang sudah diajarkan pada
matakuliah Geologi Dasar Gl 101 atau Geologi Sejarah, saya tidak tahu.
Sebagaimana dijelaskan di atas Prinsip uniformitarianism ini menjadi
prinsip utama dalam ilmu geologi modern bahkan masih dianut, khususnya
dalam industri minyak. Dalam presentasi mengenai geologi sejarah mengenai
suatu cekungan minyak bumi tidak pernah disinggung terjadinya bencana untuk
menjelaskan unconformities, bahkan dalam membahas dari Kapur ke Tersier
sekalipun dsb.
>
> Saya baru sadar dari penjelasan Pak Danny Hilman, bahwa Prinsip
Neo-Catastrophism ini sekarang juga kelihatannya diterapkan dibidang
arkeologi, bahwa suatu peradaban itu berakhir oleh karena suatu bencana,
meskipun bencana yang bersifat lokal, seperti Peradaban Maya dengan
piramide-nya berakhir karena bencana perubahan iklim yang dahsyat, atau
peradaban Borobudur dengan letusan Merapi. Makanya research-nya Pak Andang
dan Pak Danny ini giat mencari bukti-bukti adanya peristiwa bencana purba,
seperti tsunami, gempa bumi, ledakan gunung api dan mencoba menghubungkan
dengan peradaban dalam bentuk piramide atau bangunan megalithik. Maka tidak
aneh kalau "bergabung" dengan team Katastrophic Purba dan keterkaitannya
dengan "piramid"
>
> Mudah-mudahan hal pencerahan ini adalah seusai dengan yang dimaksud Pak
Danny dan Pak Andang.
>
> RPK
>
> ----- Original Message ----- From: "Danny Hilman Natawidjaja" <
danny.hil...@gmail.com>
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Sent: Saturday, February 04, 2012 9:33 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY
>
>
>> Mang Okim dan Rekan-rekan IAGI yang baik,
>>
>> Perkenankan saya menguraikan ini dari sudut yang berbeda.
>>
>> Kebetulan saya berkesempatan berdiskusi panjang lebar sampai 1 jam lebih
>> dengan Mang Stephen Oppenheimer itu waktu  tgl 2 Februari kemarin.  Saya
>> juga hadir ketika rombongan Pak Gumilar dan Mang Oppenheimer  bertemu dan
>> berbincang-bincang dengan Presiden SBY.
>>
>>
>>
>> Oppenheimer adalah seorang dokter spesialisasi di bidang genetika. Obyek
>> utama dari riset beliau adalah DNA manusia dari berbagai pelosok
Indonesia,
>> Asia, Afrika, dll. Saya sangat kagum dengan kemampuan dari riset DNA ini,
>> meskipun terusterang belum mengerti sepenuhnya.  Yang jelas, dari DNA
>> manusia yang hidup di satu wilayah kita bisa merekonstruksi evolusi
>> perkembangan DNA tersebut sampai sampai puluhan ribu tahun ke belakang
>> dengan ketelitian yang mengagumkan (meskipun tentu saja tidak seakurat
>> radiometric dating untuk time histories-nya).  Nah berdasarkan riset DNA,
>> manusia Indonesia yang hidup sekarang dapat diketahui bahwa nenek moyang
nya
>> sudah di Nusantara sejak 60.000 tahun lalu.  Ini sangat menarik, karena
>> kemungkinannya adalah permulaan masa re-populasi manusia setelah Letusan
>> Katastropik Toba!
>>
>> Dari meneliti DNA ini pula Openheimer dapat memetakan pergerakan populasi
>> manusia purba. Yang membuat saya "excited" adalah hasil pemetaan DNA yang
>> menunjukan adanya penyebaran populasi tiba-tiba dari manusia (human
>> dispersions) sebagai respon terhadap bencana banjir besar (kenaikan
airlaut
>> yang sangat cepat atau tiba-tiba) sebanyak tiga kali yaitu dalam perioda
>> 15.000 sampai dengan 8.000 tahun lalu (seperti yang pernah saya uraikan
di
>> email ke Pak Koesoema).  Alhamdulillah, saya juga dapat Info baru dari
>> Oppenheimer bahwa diduga kuat terjadi banjir katastropik purba sekitar
8000
>> tahun lalu (6000 SM) ditandai oleh "human dispersal" tsb .  Jadi banjir
>> katastropik ini tidak hanya terjadi pada sekitar 14.800 tahun lalu dan
>> 12.000-an tahun lalu saja seperti yang saya pahami sebelumnya.
>>
>>
>>
>> Ngomong-ngomong soal penggenangan daratan Sunda sejak 20.000 s/d 8000
tahun
>> lalu itu, Openheimer bilang bahwa dia terpaksa ngomong bak geologist
untuk
>> bukunya tsb, dan dengan rendah hati minta maaf kalau salah-salah katanya
>> (sambil tersenyum). Kemudian kita ngobrol tentang betapa indah permainya
>> "lembah" Laut Jawa pada waktu masa sebelum tergenang laut, yaitu sebuah
>> dataran padang rumput yang sangat luas dialiri oleh sungai yang sangat
besar
>> yang berhulu ke Pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan sekarang, juga
>> dikelilingi oleh hutan tropis, dan gunung-gunung api... benar-benar Eden
in
>> the East. Ingat juga bahwa pada jaman dingin diantara 20.000 s/d 10.000
>> tahun lalu iklim masih ekstrim - dan wilayah yang paling tidak ekstrim
adaah
>> di dekat khatulistiwa (Saya dengarbaru-baru ini ada larangan ke beberapa
>> Negara di Eropa karena iklim di sana sangat ekstrim - banyak orang
>> meninggal...). Saya bercanda bahwa:"kalau saya adalah bangsa yang paling
>> adikuasa di Dunia waktu itu maka sudah dipastikan wilayah Indonesia
>> khususnya lembah Laut Jawa yang akan saya diami (kalau perlu saya
taklukan
>> dulu penduduk aslinya)" -  Oppenheimer tertawa, lalu bilang: "Benar,
tentu
>> saja; Saya yakin bahwa manusia  Nusantara Purba mendiami wilayah dataran
>> rendah tersebut sebelum digenangi air". Lalu teman di sebelah langsung
>> nyeletuk iseng: " Jadi Pak Oppenheimer percaya bahwa Atlantis itu di
>> Indonesia".  Ini jawaban Oppenheimer: "Hmm, saya selalu berusaha
menghindari
>> nama itu (bukannya tidak percaya) karena setiap saya bilang Atlantis
>> orang-orang langsung memalingkan muka".  Katanya sambil mesem-mesem.
>> Kemudian teman di sebelah saya nyeletuk lagi:" Sudah dengar tentang
Piramid
>> Sadahurip?  Apakah Pak Oppenheimer percaya Piramid itu ada"? (dalam hati
>> saya: "waduhh konyol juga nih teman...kaya pertanyaan wartawan aja J).
>> Jawaban Oppenheimer, seperti yang saya duga: "Hmm, yeahh, that's
>> interesting, but forgive me that I always be skeptical to hear such
things
>> until I know the facts".  Teman itu terlihat agak kecewa, tapi saya
bisikan
>> :" Jawaban dia justru bagus, artinya dia peneliti beneran; kalau dia
bilang
>> percaya saya malah akan kecewa".  Kemudian saya cerita bahwa kami
menemukan
>> hard facts yang menakjubkan di Gunung Padang - yang dikenal sebagai Situs
>> Megalitikum.  Saya cerita sedikit - dan Oppenheimer kelihatannya sangat
>> tertarik, dia bilang ingin sekali berdiskusi tentang masalah "scientific
>> findings" detil di Gunung Padang.  Dia bilang kalau punya waktu ingin
>> berkunjung ke sana.  Oppenheimer sebetulnay berencana datang pada acara
tgl
>> 7 Februari, tapi minta maaf tidak bisa karena harus segera ke Bali untuk
>> persiapan acara Seminar Kebudayaan di Sanur yang diadakan oleh UI.
>>
>>
>>
>> Kemudian Oppenhei __________ NOD32 5559 (20101024) Information __________
>>
>> This message was checked by NOD32 antivirus system.
>> http://www.eset.com
>>
>
>
>
--------------------------------------------------------------------------------
>
>
>>
--------------------------------------------------------------------------------
>> PP-IAGI 2011-2014:
>> Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
>> Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
>>
--------------------------------------------------------------------------------
>> Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
>> Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir
pengiriman abstrak 28 Februari 2012.
>>
--------------------------------------------------------------------------------
>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>> For topics not directly related to Geology, users are advised to post
the email to: o...@iagi.or.id
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>> ---------------------------------------------------------------------
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
use of any information posted on IAGI mailing list.
>> ---------------------------------------------------------------------
>>
>>
>> __________ NOD32 5559 (20101024) Information __________
>>
>> This message was checked by NOD32 antivirus system.
>> http://www.eset.com
>>
>
>
>
--------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2011-2014:
> Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
> Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
>
--------------------------------------------------------------------------------
> Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
> Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir
pengiriman abstrak 28 Februari 2012.
>
--------------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
email to: o...@iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
use of any information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>

-- 
*"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*

Kirim email ke