Lha sudah menjadi kebiasaan di Indonesia ini kan apa2 dibentuk komisi atau
badan atau lembaga atau bisa juga satgas, yg terpenting bukan hasilnya,
tetapi diatas kertasnya ada sesuatu supaya bisa ada "anggaran" utk
pelaksanaan dan ada yg "tandatangan" utk mengeluarkan / membelanjakan uang
negara secara resmi... itung2 pesta uang negara yg legitimate.


wass,
nyoto

2012/2/25 Ismail Zaini <lia...@indo.net.id>

> **
> sebetulnya kalau masalah bencana alam ( spt Banjir ) kan sudah ada Badan (
> BNPB ) yg nangani Bencana  tsb , kenapa harus bikin bikin lagi Komisi baru
> nanti malah kebanyakan Komisinya......,
> Tugas Badan ini kan sudah jelas nangani bencana mulai pra bencana (
> penanggulangan ) , sampai paska bencana ( rehabilitasi ),  lha pra bencana
> ini kan mempunyai arti luas bisa dari studi studi itu kenapa terjadi
> bencana dan bagaimana cara memitigasinya .
> Badan ini juga dilengkapi oleh Tim Pengarah yang anggotanya ada yg dari
> unsur masyarakat profesional........dan Badan ini juga akan gampang  kuat
> untuk untuk berkoordinasi dg Institusi yang ada spt Direktorat Sungai dan
> Balai Besar Wilayah Sungai di PU , BKMG untuk urusan hujan dan cuaca, dll
> ............ini yang mestinya dioptimalkan.....
>
>
> ISM
>
>
> ----- Original Message -----
> *From:* bosman batubara <bosman200...@yahoo.com>
> *To:* iagi net <iagi-net@iagi.or.id>
> *Sent:* Friday, February 24, 2012 8:58 PM
> *Subject:* [iagi-net-l] Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
>
>  Hallo... mari kta teruskan diskusi banjirnya...
> ***
> Indonesia Membutuhkan Komisi Pemberantasan Banjir
> Tulisan ringan ini dapat dianggap sebagai terusan dari tulisan sebelumnya 
> “Proyek
> Setengah Hati Menangani Banjir 
> Jakarta<http://annelis.wordpress.com/2012/02/24/proyek-setengah-hati-menangani-banjir-jakarta/>’.
> Tulisan ini, pada dasarnya, terilhami oleh diskusi yang semakin tajam di
> mailing list alumni Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Karena
> itu, terima kasih untuk semua partner diskusilah…
> *****
> Banjir tahunan sudah menjadi langganan bagi kota seperti Jakarta. Awal
> tahun ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah
> mewanti-wanti warga Jakarta agar bersiap menghadapi bencana banjir (Kompas,
> 2/1/2012). Dalam peringatannya BMKG menyatakan bahwa curah hujan yang
> tinggi dengan durasi yang lama akan melanda daerah Jakarta dan sekitarnya.
> Dan terbukti memang apa yang dikhawatirkan oleh BMKG. Pada bagian akhir
> bulan Februari ini, kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta sudah mulai terkena
> banjir.
> Banjir bukan cuma masalah Jakarta, tetapi ia adalah masalah dunia.
> Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Dunia (BD; 2012), pada tahun 2010
> saja di seluruh dunia ada sebanyak 178 juta orang terkena dampak banjir.
> Dan kerugian ekonomi akibat banjir-banjir tersebut untuk tahun 2008—2010
> saja mencapai sebesar 40 milyar dollar Amerika Serikat (USD). Kalau data
> ini dipertajam, maka khusus untuk daerah Jabodetabek, menurut Badan
> Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS; 2007), untuk banjir pada tahun
> 2007 saja total kerugian, termasuk di dalamnya hilangnya peluang untuk
> melaksanakan kegiatan ekonomi, mencapai 4.3 triliun Rupiah. Ini bukan
> jumlah yang sedikit, kalau dibandingkan misalnya dengan APBD DKI 2008 yang
> sebesar 20,59 triliun, maka kerugian akibat banjir di tahun 2007 adalah
> sekitar 20%, alias seperlima, dari APBD DKI untuk tahun 2008. Ini baru di
> DKI, belum lagi kalau kita mengkuantifikasi total kerugian untuk semua
> wilayah Indonesia, tanpa perlu melakukan perhitungan lagi, kita bisa
> memprediksi bahwa kita akan menemukan angka yang cukup signifikan seperti
> di atas.
> ***
> selengkapnya: 
> http://annelis.wordpress.com/2012/02/24/indonesia-membutuhkan-komisi-pembe
> rantasan-banjir/
>
> *tabik*
> *bosman batubara ***
>
>

Kirim email ke