Ulasan menarik Pak Avi.

Masalah Ice Age - Global warming - Volcanisms sekarang sedang menjadi
"frontier research".

Beberapa hari lalu saya baru terima proposal kerjasama dari Michael Gagan
dan Group-nya di RSES-ANU dalam penelitian Paleo-climate dan disaster (LIPI,
khususnya Prof. Wahyu Hantoro, dan ANU sudah bekerjasama lebih dari 10
tahun).  Beberapa poin penting yang diutarakan dalam proposal 2012 ini:

-          Ingin meneliti kenapa manusia kerdil di Flores (Homo
Floresiensis) punah pada perioda sekitar 18.000 - 12.000 tahun lalu (Morwood
et al, 2004)?

-          Sudah ditemukan data ada letusan gunung api katastropik pada masa
kepunahan si manusia kerdil itu (Roberts et al, 2009, Westaway et al, 2009)

-          Data  GISP-2 Ice Core (Greenland) menunjukkan bahwa selama
110.000 tahun terakhir signal/data LETUSAN GUNUNG API yang paling besar dan
paling banyak ditemukan adalah pada masa antara 17.000 s/d 6000 tahun lalu
(e.g. Zielinsky et al, 2002). Hipotesanya: "crustal stresses" karena efek
"post-glacial sea-level rise" dapat memicu kenaikkan letusan gunung api di
wilayah seperti Indonesia!

-          Hasil Penelitian  RSES-ANU dan Geoteknologi LIPI menunjukkan
bahwa dari sekitar 15.000 s/d 8000 tahun lalu terjadi perubahan lingkungan
yang luarbiasa drastic, ditunjukkan oleh analisis oksigen isotop ( O18/O16)
dari sampel stalagtit-stalagmit (speleothem) - ongoing research - masa
dimana terjadi tiga kali 'pembanjiran besar Sundaland'.

 

Ada banyak hal yang luarbiasa menarik dan menakjubkan di dunia penelitian
geologi, diluar petroleum dan mining geology.

Untuk kita, kalangan ilmiah geologi, masalah piramid dan Atlantis bukan
untuk di-madzhab-kan; tapi ada banyak teka-teki alam besar yang patut
diteliti.  Boleh jadi teka-teki itu akan sangat mengejutkan kita, dan bukan
sekadar tentang ada tidaknya piramid dan Atlantis.

 

Wass

DHN

 

 

 

 

From: rakhmadi.avia...@gmail.com [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:10 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mas Andang awakmu pakek BB aja iso puanjang gitu rek

Ya dimengerti ADB memang kalo ilmiah murni mungkin constrainnya tidak akan
begitu kuat, misal anda bicara Holocen Delta or Holocen braided stream akan
banyak yg mendukung tapi tidak rame

Tapi berhubung Gunung "Piramid?" disini yg menjadi titik masalahnya,
seandainya Katastropik purba itu memang terjadi apa mungkin ya di urai
secara geologi dalam bentuk cycle yg lebih halus katakan Cycle 10 bukan
Cycle 3 lagi, apa itu mungkin dg tool yg ada, ahirnya balik ke fisika lagi
yg mungkin itu memang bukan bidang geologi.

Yg saya ngerti pada saat Green Houses banyak muncul G.Api shg awal munculnya
G.Api mrpk turning around dari Ice House ke Green house yg ditandai cairnya
es dan di rock record dapat dilihat dan di tandai HST (air naik), tapi jujur
untuk membikin Eustacy dg cycle yg ukurannya halus harus dg Hi Res dating
kan, apa usaha yg telah dilakukan untuk mendapatkan hasil ke arah sini

Mohon maaf apa mas ADB ikutan madhab Atlantis ya?

Salam science cak
Avi Al Haj
0666

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: andangbacht...@yahoo.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 05:40:01 +0000

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mas Avi, Al Hajj,
Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan
oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg
menenangkan, terutama di "pergaulan ilmiah" seperti di IAGI-NET ini.

Bahkan menegur orang dg "Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu"
pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu
persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula
menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar
negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan
dituliskannya.

Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah
perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu
dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering
berhubungan dg sedimen 
Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta
Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist
otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu
semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja
profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami
lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak
yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan
makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan
penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. 

Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan
keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak
membuat kita terus menutup diri dan menganggap kebenaran persepsi kita
adalah segalanya (kebenaran kita yg paling benar). Kalau kita tidak mengerti
suatu disiplin ilmu lain secara mendalam, marilah kita belajar menyimak dan
mendengarkan dengan baik, supaya bisa mendapatkan berkah hidayah pengetahuan
yg bermanfaat darinya. Kalau ingin bertanya dan beropini, marilah bertanya,
berdiskusi, beropini dengan sehat, sopan, santun dan menyenangkan.

Insyaallah semua jadi berkah, kalau kita bisa saling menyebarkan ukhuwah.

Salam Njagong (Reunian) juga, cak!!!

ADB

Note: mudah2an kawan2 admin milis ini (selain PTA, pak ketum RDP juga khan?)
bisa lebih aktif juga memoderasi diskusi suatu thread shg lebih banyak
manfaat yg bisa diambil drpd sekedar saling berbalas melontar pernyataan yg
tdk essensial...

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: rakhmadi.avia...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 04:46:03 +0000

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk
top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main
stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi
buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari
yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg
holocene sedimen

Avi 0666
Lagi jagong

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: "Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com> 

Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 +0700

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen),
termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan
arkeo-geologi.  Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg
kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat "the big picture"
dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng
istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan: 

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake
geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik
bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa
dengan 'pengajaran geologi singkapan'.  Dalam setiap fieldtrip di masa
kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang
ada di bentang alam.  Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai
sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu
decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi
geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J.
Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana
sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya'
berdasarkan analisis morpho tektonik.  Dalam konsep mereka, jalur patahan
hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan.
Sekarang tentunya tidak lagi.

 

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll,
khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang
kualitas para lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof
Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono,
Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 

  _____  

From: "Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com> 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
"ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik
pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi
tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah
geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.
Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan,
tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi  mana teras-teras sungai
mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb;  dan
bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan
'konstruktif' yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses
gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  "Alot'nya membahas
'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini.
Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang
dianggap kering ini, sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini
tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.

 

Selamat berakhir pekan.

DHN

 

 

 

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Fyi,

---------- Forwarded message ----------
From:
Date: Sunday, February 26, 2012
Subject: ARTIKEL KORAN PR
To: rovi...@gmail.com
Cc: z...@gc.itb.ac.id


Ass.w.w.,
Pak Rovicky,
Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file.
Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian
Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan
tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di
kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya
sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya
(baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum
Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan
Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan
populer di koran yaitu Pikiran Rakyat.
Sekedar bacaan Akhir Pekan.
Wslm,
Zaim


-- 
"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"

Kirim email ke