Metode bercocok tanam sekarang, tidak memerlukan lahan yang sangat luas. Metode baru dlm bercocok tanam menggunakan kompos dan Mikro Organisme Lokal (MOL) yang dikembangkan itb, akan menjadi revolusi dlm pertanian. Beda dgn metode yang dikenal sekarang, dengan hasil berlipat ganda. Hehehe baru kemarin pagi aku dapat ilmunya. Dengan luasan yang sama hasilnya minimal lipat dua. Sudah dipraktekkan di jawa barat, kalimantan, sumatra dll. Keaneka ragaman hayati jauh lebih baik dari monokultur. Monokultur membawa ke monopoli (konsep kapitalis). Konsepnya kembali ke konsep alam ialah keaneka-ragaman hayati.
Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id> Date: Sun, 8 Apr 2012 05:54:20 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Sebagaimana telah dibahas Frans: semua solar derived energy itu intermittent, interruptible, dari mulai sinar matahari, angin, arus laut dsb, dan yang paling constant fluvial energy (hydro-electric power) dan perlu penyimpanan, apakah dalam bentuk potential energy (bendungan dengan reservoir-nya) dan pada umumnya dalam bentuk chemical energy, yang dilakukan tetumbuhan dalam bentuk kayu bakar, biomass dsb (biofuel), bahkan secara alami disimpan dalam kerak bumi selama sampai ratusan juga tahun. Bentuk energy itu dapat dibagi dalam 2 jenis: 1. Transportable energy source (minyakbumi, biofuel, batubara dan nuklir secara terbatas) 2. Transmittable (panas, listrik). Transportation seperti pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan darat/mobil) hanya dapat menggunakan transportable energy source, dan secara terbatas juga transmittable energy source, seperti kereta api listrik). Transportable energy source ini yang makin lama makin habis, irrenewable, kecuali biofuels yang di tanam kembali. Yang jadi masalah dengan biofuels ini adalah memerlukan lahan yang luar biasa luasnya untuk dapat menggantikan pasokan minyakbumi yang sangat besar sekali, sehingga selain dapat mempengaruhi lingkungan juga akan bersaing ketat dengan pasolan pangan (food supply). Jika harga minyak sudah di atas USD 100/barrel, biofuel mulai dapat bersaing harganya, ini akibatnya harga pangan naik. Saya kira sebagai ultimate energy source selain matahari adalah bumi sendiri. Kalau matahari sumber energinya adalah reaksi nukliir fusion (hidrogen berubah menjadi helium) di bumi mungkin selain 'original heat' hasil tabrakan planetesimal pada waktu pembentukan bumi juga adanya reaksi nuklir fission secara alami dalam kerak bumi kita ini. Saya bukan pemuja matahari, sebagai geologist saya lebih pemuja bumi. Saya yakin geothermal adalah alternatif energy yang paling baik, terutama di Indonesia ini. Geothermal energy itu selain 'inexhaustible' (renewable) juga "uninterruptible" (seperti UPS), tidak kenal siang atau malam, hujan atau kemarau, sehingga tidak memerlukan storage. Secara teoritis sumber ini ada di mana hanya masalah kedalaman saja, karena heatflow (geothermal gradient) itu tidak sama di semua tempat dalam kerakbumi ini. Nah tentu di daerah heatflow tinggi atau geothermal gradient tinggi energi ini dapat dimanfaatkan dengan harga yang kompetitif dengan sumber energi lainnya. Sementara ini heatflow atau gradient yang tinggi ini ada di daerah volkanik, sehingga pemboran yang diperlukan relatif dangkal, namun dapat saja kemajuan teknologi dapat saja menemukan sumber energi geothermal di luar daerah volkanik. Energi geothermal selama ini mengandalkan keberadaan reservoir air/uap, namun secara teoritis adanya perbedaan temperatur antara botttomhole dengan permukaan cukup tinggi untuk menbangkitkan aliran listrik sesuai dengan prinsip thermo-couple. Perkembangan teknologi akan membuktikan ini. Wassalam RPK ----- Original Message ----- From: Franciscus B Sinartio To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 2:21 AM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak WHY, Solar energy memang top, tapi tidak bisa dapat energy sepanjang hari (kecuali kalau dipasang di luar angkasa). dan yang paling penting adalah untuk mengganti 1 barrel minyak diperlukan area yang cukup luas untuk solar cell nya (pernah lihat artikel yang kasih angka2 ini tetapi lupa lihat dimana). jadi untuk membuat jakarta terang benderang pada malam hari saja perlu solar cell yang luas sekali. jauh lebih luas dari Jakarta. energy itu dipakai terus. jadi energy persatuan waktu nya memerlukan solar cell yang luas sekali permukaannya. dan seperti kata Pak Koesoema, penyimpanan energy chemical kayak aki belum efisien dan kapasitas nya masih kecil. jadi ide penggabungan ini sudah lama dibicarakan dimana mana. saya sendiri sudah posting berkali kali di milis kita ini. ide penggabungan ini adalah membuat hydrogen waktu masih ada sinar matahari, atau waktu anginnya cukup kencang, atau waktu ombaknya masih bergerak. hydrogen ini jadi penyimpan energy potential dan bisa lebih mudah di transportasikan. jadi hydrogen ini juga bisa membantu penyaluran tenaga hydrothermal yang susah ditransportasikan. sebenarnya ini yang mungkin bisa besar penambahan energynya terhadap kebutuhan manusia, tetapi energy loss nya akan besar sekali, (soalnya pertama membuat energy listrik, lalu energy listriknya dipakai untuk membuat Hydrogen nya lalu hydrogennya disimpan dan lalu ditransport ke tempat yang akan memakai energy hydrogen ini). Siklus pembuatan energy hidrogen ini memang seperti yang saya sebutkan diatas apapun sumber energy nya. yah, daripada energy geothermal nya tidak dipakai. ijinkan saya mengulang lagi apa yang kita bahas diatas. mari kita rangkum daftar challenges dari penyediaan sumber energy yang besar : 1. Penyimpan energy (energy bank) belum efisien dan tidak bisa menyimpan dalam jumlah besar. 2. transportasi energy listrik masih dibatasi dengan diperlukan nya kabel dengan loss yang cukup besar (sampai sekarang masih banyak penelitian mengenai ini) 3. Sumber energy alternative itu umumnya intermittent. 4. Energy yang dihasilkan oleh 1 barrel minyak itu equivalent dengan jumlah yang besar sekali dari sumber energy lainnya (kecuali nuklir). nah keempat challenges ini bisa dijawab dengan membuat tetes2 hydrogen disimpan disuatu tanki yang aman, dan bisa ditransportasikan ketempat lain kalau jumlahnya sudah cukup untuk menghasilkan energy listrik yang diperlukan. sekedar tambahan, kalau tidak salah pernah diposting di milis IAGI,tentang riset menghasilkan energy di angkasa luar dan mengirimkannya ke bumi, lewat alat komunikasi. fbs, catatan: kalau tidak salah pesawat ulang alik pakai energy hydrogen untuk mendorong roket dan pesawat nya ke angkasa luar. ------------------------------------------------------------------------------ From: Wayan Heru Young <londob...@yahoo.com> To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Friday, March 9, 2012 10:28 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Saya sempat membaca artikel menarik dari pemuja matahari (bukan dalam arti agama atau kepercayaan), mengenai fosil fuel yang dikatakan sama dengan "ancient sunlight", yaitu energi matahari yang diolah di Bumi (flora-fauna), yang kemudian tertimbun dan perlahan menjadi bahan bakar fosil. Dapat dibayangkan betapa tidak effisiennya proses tersebut, dari begitu besarnya energi matahari yang sampai di Bumi, hanya sebagian kecil sekali yang dapat diolah dengan fotosintesa, dan dari itu hanya sebagian kecil yang tertimbun dengan kriteria yang tepat, dan dari yang tertimbun itu juga sebagian kecil saja yang mendapatkan kondisi (P-T) yang tepat untuk mencapai maturasi, dan seterusnya sepanjang perjalanan energi itu hingga menjadi bahan bakar minyak atau batubara sebagai bentuk dari energy storagenya. Orang-orang solar-power-minded tersebut mengatakan alangkah baiknya jika kita memotong jalur yang sangat rumit, panjang (ratusan juta tahun..) dan highly inefficient itu dan langsung mengubah energi surya menjadi energi listrik yang kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Rata-rata solar cell yang sudah dijual komersil memiliki efisiensi diatas 10% dan ini sudah jauh lebih efisien dibandingkan "ancient sunlight" yang tersimpan di fosil fuel. Rata-rata fotosintesis hanya dapat mengubah 2% dari energi surya, belum lagi menghitung energy-losses selama prosesnya untuk menjadi fosil fuel. Sumber aslinya saya tidak ketemu, tapi ada yang ini yang cukup mirip konsepnya: http://www.scienceminusdetails.com/2011/02/why-fire-is-cool-entry-4-ancient-energy.html Dalam artikel yang lain di sumber yang lain pula (http://www.kajul.org/welcomeEN.php) membagi energi dari asal muasalnya: - Solar Radiation derived (solar, wind, hydro, bio, all fosil fuels) - non solar radiation derived (nuclear & geothermal) Di website tersebut saya juga baru tau istilah baru: burnivore. Setelah vegetasi, herbivore, carnivore, dan omnivore, muncul jenis baru: burnivore. <quote> Burnivore: Same as Omnivores; with the difference that the burnivore uses 10 up to 1 million times more energy than its own body is able to use. The Burnivore accesses an energy flow through a process of burning all kinds of Chemical Energy (Wood, Coal, Oil, Gas) to release Heat Energy and sometimes a tiny bit of Light. Heat is used to cook food to make it easier to digest; and to expand air or gas to create kinetic energy to propel a bike, car, truck, boat, airplane or rocket forward to transport either itself or goods which it thinks are needed to improve its quality of life. <unquote> Dan karena pengetahuan bakar-membakarnya sudah tingkat tinggi dan "addicted to burning things" (dan juga investasi yang sudah ditanam di budaya membakar tersebut sudah sangat banyak), sering kali mereka memilih alternatif dari fosil fuel yang malah kurang tepat, maunya tetap mencari bahan lain yang bisa dibakar, seperti bio-fuel contohnya yang tidak mengurangi pembakaran malah justru menambah masalah dengan membuka lahan baru dan persaingan dengan bahan pangan. ========================================================================================= Saatnya geologist oil&gas cari perkerjaan baru? Sepertinya tidak! Masih banyak sekali kebutuhan manusia akan oil n gas. Pertama, pengalihan sumber energi masih akan membutuhkan masa transisi yang cukup lama (bayangkan untuk menunggu sekian banyaknya mobil bensin perlahan-lahan habis tergantikan dengan mobil listrik). Kemudian bahkan Setelah semua teralihkan ke energi lainpun minyakbumi masih akan tetap dibutuhkan di dunia: secara terbatas untuk bahan bakar pada keperluan khusus, dan secara tak terbatas (limitless) pada industri petrochemical untuk membuat berbagai macam senyawa penting seperti plastik, polycarbon, dst yang sangat penting untuk kehidupan manusia modern seperti peralatan, kendaraan, kosmetik, dst..dst.. (look it up in google: "Oil is too Valuable to Burn" ) Salam, WHY ------------------------------------------------------------------------------ From: "koeso...@melsa.net.id" <koeso...@melsa.net.id> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 9, 2012 3:59 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Itulah pembicaraan mengenai energi alternatif itu biasanya tdk bisa membedakan sumber energi dan penyimpan energi (energy storage). Fuel cell disebut sebagai energy source, padahal Hidrogen itu tdk didapatkan di alam, tetapi harus dibuat, dan untuk pembuatannya perlu diinputkan energi berupa listrik untuk electrolysis ini, jadi sumber energi listrik ini dari mana? Dari solar cell kah, dari hydro-electric plant, dari geothermal?, bahkan dari PLTU (dg batubara sebagai sumber) atau PLTD (dg minyakbumi)? Jadi selalu kita harus bertanya: sumber energinya dari mana? RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® ------------------------------------------------------------------------------ From: Eko Prasetyo <strivea...@gmail.com> Date: Fri, 9 Mar 2012 15:40:00 +0800 To: <iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro http://www.spiritofmaat.com/archive/watercar/h20car2.htm Fuel Cells: This method uses oxygen from the atmosphere to complete the burning of the hydrogen in the fuel cell. What comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, but the oxygen originally came from the atmosphere, not from the fuel. And so the use of fuel cells neither takes away nor contributes to the oxygen content of the air. Hydrogen: This fuel is complete in itself. It does not need oxygen from the atmosphere to burn, which is an improvement over fossil fuels in saving the oxygen in our air supply. In fact, when hydrogen burns perfectly, nothing at all comes out of the tail pipe. If salt and metal alloy are used to create hydrogen, then there will be residues of that in the exhaust, but hydrogen fuel does not contribute oxygen to the atmosphere. Brown's gas: This is the most perfect fuel of all for running our vehicles. Like pure hydrogen, it is made from water, i.e., hydrogen and oxygen, but it burns in the combustion engine so that, depending on the setup, it may actually release oxygen into the atmosphere. In that case, what comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, just as with fuel cells; but the oxygen comes from the water that's being used to create the Brown's gas fuel. So burning Brown's gas as fuel can add oxygen to the air and thus increase the oxygen content of our atmosphere. __________ NOD32 5559 (20101024) Information __________ This message was checked by NOD32 antivirus system. http://www.eset.com