Kenapa gak ambil bagian pemerintah yang 13,5%? Terima di tempat gitu loh.
Sekalian sdh dioplos sesuai dengan spec teknis yang digunakan pln?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Dedi Rustandi <dedi.rusta...@yahoo.co.id>
Date: Thu, 19 Apr 2012 13:29:40 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
Bicara soal kebijakan DMO, saya denger terhambat sama kebijakan kewajiban HBA 
(harga batubara acuan) atau ICRP (Indonesian Coal Reference Price) yang 
dikeluarkan tiap bulan....

Jadi si PLN disuruh beli dengan harga pasar sedang kemampuan financial PLN yah 
tahu sendiri lah kalau disuruh diadu sama perusahaan2 luar pasti 
kalah...makanya PLN selalu ngeluh kekurangan batubara. Belum lagi masalah 
infrastruktur unloadingnya yang belum memadai....

DR

--- Pada Kam, 19/4/12, yoga suryanegara <yoga_suryaneg...@yahoo.com> menulis:

Dari: yoga suryanegara <yoga_suryaneg...@yahoo.com>
Judul: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
Tanggal: Kamis, 19 April, 2012, 12:01 PM

Nambahin aja infonya, sejak beberapa tahun yang lalu kita pun sudah memiliki 
apa yang disebut ICP Index = Indonesia Coal Price Index.
Sebelum itu memang coal price kita mengacu pada info2 price yang dikeluarkan 
oleh beberapa institusi coal trader global, misalnya glencore dlsb.
Saya pikir babapk2 kita yang di esdm juga punya beberapa kebijakan yang cukup 
ketat dalam memonitor inside trading dengan jalan transfer pricing yang mungkin 
dilakukan oleh para pelaku industri ini.
Buat kumpeni2 besar mungkin sangat mudah untuk memonitornya, tapi yang relatif 
sulit adalah yang terjadi di kp2 kecil dan trader2 lokal.

Agak sulit memang untuk mengatasi dan membuktikan adanya kebocoran resource 
kita dari proses transfer pricing ini, hal ini terutama mungkin disebabkan 
karena beberapa hal, diantaranya: adanya sister atau head kumpeni 
yang didirikan oleh para pelaku industri di negara tetangga kita (singapur) 
walaupun kenyataannya area kerja mereka ada di indo, biasanya sister atau head 
kumpeni di singapur ini yang kemudian bertindak mengontrol proses marketing 
batubara itu ke customer.
Yang kedua adalah bahwa sedari dulu, market comoditas tambang, apapun itu 
comoditynya, sudah banyak yang dikuasai oleh mafia trader2 besar, dimana mereka 
bisa dengan seenaknya mengatur harga pasar dunia.
Dengan perkembangan yang terjadi semenjak 2002 dalam hal supply demand yang 
demikian intensive-nya, banyak akhirnya customer2 luar terutama china dan india 
yang langsung touch ke mining player di negara kita.
Yang mungkin kita perlu cermati adalah bahwa saat ini banyak para pemilik pltu 
luar yang juga bertindak sebagai investor di tambang kita untuk menjaga jaminan 
kelangsungan supply. Yang jadi pertanyaannya adalah harga untuk coal yang 
disupply ke pltu mereka apakah juga mengikuti harga pasar atau seperti apa?
Tapi saya percaya bapak2 kita di esdm telah memiliki kebijakan dan regulasi 
yang mengatur itu semua.
 
Just info, sampai 1st kuartal produksi coal kita sudah mencapai 90 juta ton, 
dimana dimungkinkan sampai akhir tahun diperkirakan bisa tembus di angka 380-an 
juta.
Semoga saja beberapa crash program-nya pltu2 yang selama ini sedang digarap 
dapat segera diselesaikan agar DMO dari sekian ratus juga produksi di atas 
dapat kita nikmati.
 
Untuk di share:
dalam kurun waktu 20-an tahun, produksi coal kita meningkat dari 3juta 
ke 300-an juta (seratus kali lipat)
Dalam kurun waktu satu dekade dari tahun 2000, export kita meningkat dari 58 
menjadi >220-an juta
Dalam kurun waktu satu dekade dari tahun 2002, reserve kita meningkat dari 5.3 
Bil ton menjadi >34-an bil ton (700 persen).
 
Dari data terakhir ini terlihat bahwa perkembangan industri coal jauh lebih 
intensive dan produktif dalam hal kegiatan explorasi yang dilakukan.
 
Bandingkan dengan perkembangan total reserve minyak kita yang justru menurun 
dari tahun 2000 ke 2009 dari 9.61 bil barrel menjadi 8 bil barrel.
Mungkinkah jika industri minyak diperlakukan seperti coal akan memicu temuan2 
baru dan besar seperti dalam coal industry?
 
Ditambah lagi dengan keputusan pemerintah dalam hal added value untuk mineral 
comodity yang akan memicu penggunaan peningkatan energy secara besar. Hal ini 
akan memicu DMO akan semakin besar dalam penggunaan coal.
 
Salam
Ysn
   




From: "parlaunga...@gmail.com" <parlaunga...@gmail.com>
To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Thursday, 19 April 2012 12:54 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
 

Urusan checking dan audit data keuangan domainnya BPK, kalau ada temuan 
transfer pricing baru dilaporkan ke KPK.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: "Bandono Salim" <bandon...@gmail.com> 
Date: Thu, 19 Apr 2012 01:16:29 +0000
To: Iagi<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak

MrLaung, krn pemerintah minta di"jualkan" jatahnya, disini jadi sangat menarik. 
Kpk pernah cek tidak? Terus bgmana perusahaan menjual dgn harga murah pada anak 
perusahaan yang berdomisili di luar btas negara, dan anak ini jual mahal 
diluar? Hehehe pemerintah dpt 13,5% dari penjualan ke anak pershaan. Ini 
mrnarik untuk disimak.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: parlaunga...@gmail.com 
Date: Wed, 18 Apr 2012 03:08:28 +0000
To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak

Royalty adalah PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) dan harus disetorkan ke Kas 
Negara bukan ke Kementrian ESDM. Pada pengaturan awal PKP2B, royalty yang 13,5% 
harus disetorkan dalam bentuk "in kind" atau berupa batubara. Ttp karena 
Pemerintah tdk mau repot aturan tsb dirobah, sehingga Pemegang PKP2B 
menyetorkan dalam bentuk uang (Pemerintah minta perusahaan menjualkan bagian 
negara yg 13,5% tsb lalu menyetorkan ke Kas Negara). Sehingga akibatnya jika 
Negara/Pemerintah perlu batubara harus membeli. Tks
Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: Hikmatulloh Geologist <hikmat_geolog...@yahoo.com> 
Date: Tue, 17 Apr 2012 19:54:03 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak



berarti yg di dapat negara adalah royalti ya? masuk kedalam pendapatan ESDM? 
berarti dalam hal ini negara kurang bisa mengarahkan kemana batubara akan 
dijual oleh si perusahaan?
mungkin perlu adanya regulasi tambahan untuk minerba untuk mengarahkan 
penjualan batubara oleh si perusahaan terhadap kepentingan kesejahteraan 
masyarakat indonesia. contoh,,Mewajibkan melakukan penjualan batubara kepada 
negara lebih dari 50% (misalkan). agar pihak PLN tidak kesulitan dalam 
pencarian batubara guna memperlancar proses operasionalnya,,sehingga dari pihak 
PLN bisa mudah dalam melakukan pengembangan pendirian pembangkit listrik dan 
masyarakat kita bisa merasakan listrik. 



Salam, 

FGMI,


Hikmatulloh






From: "ajis...@ymail.com" <ajis...@ymail.com>
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Wednesday, April 18, 2012 8:53 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
 

Royalti penjualan batubara disesuaikan dg harga batubara yg sesuai HBA atau 
newcastle index. Royalti IUP tsb bervariasi dari 3% dr harga jual, 5% dari 
harga dan maksimal 7% tergantung kalori, semakin tinggi kalori maka royalti 
akan mjd 7%. Sedangkan untuk PKP2B, royalti pemerintah adala 13.5 persen dr 
harga jual. Akan tetapi tidak ada cost recovey spt di migas. Artinya gagal dan 
berhasilnya eksplorasi ditanggung sepenuhnya oleh prshn. Salam 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: Hikmatulloh Geologist <hikmat_geolog...@yahoo.com> 
Date: Tue, 17 Apr 2012 18:26:45 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak



kalau di batubara negara mendapatkan berapa persen batubara yg di keruk oleh 
perusahaan ya? apa sama sekali tidak kebagian karena kontraknya beda dengan 
migas? kalau negara tidak dapat batubara dari perusahaan yg mengeruk 
batubara,,apakah mungkin ini salah satu penyebab pihak negara dalam hal ini PLN 
sangat sulit untuk mendapatkan batubara untuk operationalnya..




Salam,
FGMI,


Hikmatulloh






From: "ajis...@ymail.com" <ajis...@ymail.com>
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Wednesday, April 18, 2012 7:54 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
 

Batubara langsung diawasi oleh dirjen minerba pelaksanaannya. Baik untuk PKP2B 
maupun IUP. Ada Pengawas Inspektur Tambang (PIT) yang dibagi bbrp zona dan 
selalu berkeliling tambang diseluruh Indonesia unt pengawasan safety, 
environment dan produksi. Salam SA Sekjen IAGI 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: fatchur zamil <fatchurza...@yahoo.co.id> 
Date: Wed, 18 Apr 2012 08:44:41 +0800 (SGT)
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: RE: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak





BUMN batubara kayaknya  PTBA = PT Bukit Asam yang mungkin kalah besar dari 
perusahaan lainya.
Kalau ada BP Migas, kok gak ada ya BP Batubara yang mengontrol perusahaan2/PT2 
batubara. Fz

--- Pada Rab, 18/4/12, Muharram Jaya Panguriseng <muhar...@pertamina.com> 
menulis:


Dari: Muharram Jaya Panguriseng <muhar...@pertamina.com>
Judul: RE: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
Tanggal: Rabu, 18 April, 2012, 7:31 AM









Setuju dengan usulan Abah Yanto, namun barangkali bukan hanya sektor MIGAS yang 
perlu di-review lagi term & condition kontraknya, tetapi juga mineral logam dan 
batubara. Kalau sudah ada ANTAM yang punya hak pengelola beberapa WK mineral 
logam, kelihatannya perlu pula dibuat BUMN yang mengelola batubara (atau sudah 
ada ya?) agar hasilnya dapat dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran 
rakyat, dalam pengertian kalau BUMN yang kelola hasilnya akan jadi pendapatan 
Negara dan mudah-mudahan kembali kepada rakyat. 
Banyak diantara kita yang kalau membahas masalah subsidi BBM dengan lancar 
mengulas pasal 33 UUD 45 tetapi kalau membahas harga emas, tembaga dan batubara 
yang sebagian hasilnya untuk pemilik perusahaan kok agak melempem ya he he 
he... Padahal kenaikan harga BBM sesungguhnya dinikmati oleh Negara (walaupun 
sebagian orang menganggap menyusahkan rakyat), sementara emas, tembaga, nikel, 
mangan, batubara dst lebih banyak dinikmati oleh perusahaan yang bersangkutan.
Jadi pantas lah kalau saat ini orang-orang terkaya Indonesia didominasi oleh 
pemain batubara, sementara bagian yang diperoleh Negara tidak cukup untuk 
memperbaiki jalan raya yang dirusak selama pengangkutan batubara dari tambang 
ke pelabuhan. Harganya pun harga pasar…enak tenan pengusaha-pengusaha batubara 
ini.
 
Salam,
MJP – 3048
 
 
From: nyoto - ke-el [mailto:ssoena...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, April 17, 2012 3:55 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
 

Benar Abah, semua kekayaan alam ada ditangan negara dan oleh Pemerintah 
dimanfaatkan utk se-banyak2nya kemakmuran rakyat Indonesia, tapi Pemerintah 
kita dari dulu selalu nggak berani, terutama sama negara2 adidaya...repot dah.

 

wass,

nyoto

  

2012/4/17 Yanto R. Sumantri <yrs_...@yahoo.com>






Pak Yoga 

 

Sebenarnya bukan "nasionalisasi" akan tetapi mungkin merubah term & condition 
dari DMO , dengan mewajibkan Kontarktor - nya menyerahkan lebih banyak lagi 
bagian roksinya untuk keperluan dometik.

Jadi judul beritanya agak agitatif.

Sebenarnya hal ini harus dilakukan oleh Indonesia , re-negosiasi ?

Mungkin saja , kenapa tidak ! Toh , "mineral right" ada ditangan negara melalui 
Pemerintah untuk se-besar2nya kesejahteraan rakyat.

 

si Abah

 





From: yoga suryanegara <yoga_suryaneg...@yahoo.com>
To: iagi iagi <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Tuesday, April 17, 2012 10:36 AM
Subject: [iagi-net-l] cukup menarik untuk disimak
 




Nemu berita bagus dari Media Indonesia ttg apa yg dilakukan Argentina dlm hal 
kebijakan migas-nya

 

http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/17/313465/39/6/Argentina-Nasionalisasi-Perusahaan-Migas-Asing 

 

Salam

Yoga Suryanegara
 
 ***** This message may contain confidential and/or privileged information. If 
you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you 
must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any 
information herein. If you have received this communication in error, please 
notify us immediately by responding to this email and then delete it from your 
system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete 
transmission of the information contained in this communication nor for any 
delay in its receipt. *****

Kirim email ke