Abah dan rekan,
 
Saya sepaham banget dengan himbauan kembali ke dasar ini.... berkali-kali saya 
memeprhatikan IAGI kok malah lebih sibuk ribut soal UU, soal PSC, soal 
extension dll....sementara bagian geologinya ketinggalan....mestinya ini yang 
utama, atau paling tidak seimbang lah dengan issue di atas.
 
Sejak symposium Mesozoikum di Bandung, rasanya IAGI belum pernah mencoba lagi 
jadi kompor eksplorasi di Indonesia: CBM, shale gas, new play (foot hill, deep 
water, sub-volcanic, large delta dll)...
 
 
 
salan
 
NSy
 
 
 
 

From: Yanto R. Sumantri <yrs_...@yahoo.com>
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Saturday, June 30, 2012 7:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus dan rekan

Paling tepat kata kata Ruskamto " geologist seharusnya fokus kepada proses 
geologinya".
So , pak RDP what is the action should be made by IAGI ???

Kalau lihat kasus CBM , maka IAGI TIDAK terlalu masuk kedalam "masa persiapan" 
ekstraksi CBM di Indonesia .Tahu tahu terjadi " CBM Block Rush " saja . hehehehe

Harapan - ku , hal ini jangan terulang.Kalau memang ada "angin sorga" di shale 
gas ya sykur , akan tetapi apabila secara geologi sebaliknya , tugas geologist 
untuk memberikan jawaban , Bukan begitu  , Pak Sukhyar ?

si Abah



From: Ruskamto <rsoeri...@yahoo.com>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Saturday, June 30, 2012 5:41 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah ada 
potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari proses 
pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih terkunci di 
dapur masing-2 ?RUS 1061 
From: "Muharram J. Panguriseng" <muhar...@pertamina.com> 
Date: Sat, 30 Jun 2012 09:11:15 +0000
To: Iagi-net<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Ikut nimbrung.Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara langsung 
dipengaruhi oleh umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh mineral content. 
Semakin banyak kandungan mineral kuarsanya, maka semakin bagus karena semakin 
getas pula shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi akan efektif untuk hydrolic 
fractured. Umumnya shale gas di US dan Canada kandungan mineral kuarsanya 
diatas 45%. Disisi lain beberapa mineral dalam shale menyebabkan swelling 
sehingga tidak cocok untuk hydrolic fractured. Karena itu salah satu analysis 
penting dalam pengembangan shale gas adalah fluid sensitivity.Menurut saya yang 
agak beresiko pada shale gas prospect di sedimen tersier di Indonesia Barat 
adalah Ro-nya yang kecil, bahkan dibawah 1. Seandainya ada black shale tebal 
dengan Ro besar pula maka seharusnya bisa kita jadikan target eksplorasi 
kedepan.Salam,MJP 
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: "Yanto R. Sumantri" <yrs_...@yahoo.com> 
Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 -0700
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Wikan

Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale 
gas ?
Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
Pertanyaan logis kan .

si Abah 

From: "wikanwindra...@yahoo.com" <wikanwindra...@yahoo.com>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Pak Yanto,Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga 
proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.Swelling type 
clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat 
meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.Kemudian proses 
diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung 
menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.Tetapi selain kegetasan, 
parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan 
interval, orientasi, dan desain perekahan.SalamWikan 
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: "Yanto R. Sumantri" <yrs_...@yahoo.com> 
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" ????

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah




From: Ruskamto Soeripto <rsoeri...@yahoo.com>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news

Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah 
maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high 
saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika 
bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga source rock 
bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi lingkungan 
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya 
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang 
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine 
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di 
semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% 
dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah 
brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??  
  Saya kira itu
 yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin 
bapak-bapak bisa menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Pak Rus
 
Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale 
yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa 
pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
 
si Abah
 
From:Ruskamto <rsoeri...@yahoo.com>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news


Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang 
sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine 
hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite 
mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung 
brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk 
Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi 
Pak.
RUS 1061
From: Anggoro Dradjat <adradjat....@gmail.com> 
Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak 
salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari 
lingkungan pengedapan Lacustrin,
Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, 
horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic yang 
menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC 
dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat 
dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona 
resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale.
Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat 
shale?
Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi 
ngak pernah menang perang...heee...heeee


Salam
Anggoro Dradjat


On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el <ssoena...@gmail.com> wrote:
Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi 
sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM itu 
dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. Atau ada 
info2 lain ?
 
Wass,
nyoto 
On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda <nas...@rediffmail.com> wrote:
Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas di 
polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya warnanya 
abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan organic rich 
shale yg mereka dapatkan.



Naslin


From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com
Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news 

Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, dg 
exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM merasa 
bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya waktu di sana 
ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan hampir seluruh 
dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top of the nudge lah

> 

>Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale Gas, ini 
>yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang dari mana dan 
>dasarnya apa?

>

>Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski 
>Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya 
>research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn menyangkut 
>fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable menjadi 
>permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi dalam research 
>ini.

> 

>Salam,

>Avi NPA 06666

>Nomor cantik

>

> 
On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti 
<http://ajaxprism/writemail?mode=mail_to_individual&email=bahe...@gmail.com> 
wrote:

> 
Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist for shale 
gas exploration..

>
ExxonMobil in Poland shale exit
By Kathrine Schmidt and news wires 
 18 June 2012 18:00 GMT 
Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made the 
decision to call off further exploration there, a spokesman said Monday. 
"There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow rates in 
our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil spokesman Patrick 
McGinn told Upstream in an email.
"We do not have additional drilling plans in Poland."
The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some of the 
technical challenges of drilling in rock formations that had initially held 
high hopes for unconventional production.
The US Energy Information Administration has pegged Poland as having among the 
largest shale reserves in Europe.
Nonetheless, ExxonMobil chief executive Rex Tillerson spoke to the technical 
difficulties there in a New York meeting with analysts in March.
“Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the news 
wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after his 
presentation to analysts. “It’s going to take research and time in the lab to 
understand that.”
Reuters said that a government report in March slashed estimates of Poland's 
shale gas reserves to 346 billion to 768 billion cubic meters, or about 
one-tenth of previous estimates, denting hopes for an energy source that could 
play a key role in weaning Europe off Russian gas.
Poland has granted 112 shale exploration licences to ExxonMobil, Chevron and 
other firms, even as some countries, including France and Bulgaria, have banned 
shale exploration pending further environmental studies.
The Poles are keen to wean themselves off their heavy reliance on coal and 
imported Russian gas, partly due to environmental commitments they face as a 
European Union member nation.
"ExxonMobil realised that commercial extraction was not possible with currently 
available technology. This is a general problem in Poland that shale rocks are 
too tight to allow extraction," an industry source told the news wire, asking 
not to be identified.
Abundant shale gas production in Poland poses a potential threat to Russia's 
supremacy in Europe, where it supplies a quarter of the gas used in the EU.
Yet Russian gas export monopoly Gazprom has repeatedly played down the threat 
and on Monday Sergei Komlev, head of contract structuring and price formation 
at Gazprom Export, told a conference in London that Polish gas would struggle 
to achieve the low prices of US shale rivals.
"In Poland the price for shale gas will be above $15 per million British 
thermal units, over three times than in the US where prices will rise to $5-10 
(from a current $2.50) once they export gas," Komlev said.
Last Wednesday, the government abruptly called off a presentation of a legal 
framework for the development of shale gas resources, disappointing industry 
players eager for more clarity before committing further to investing in the 
sector.
"If this draft was published and ExxonMobil later declared it was leaving the 
country, it would most likely have been a disaster in terms of the country's 
image," said Piotr Spaczynski, partner at law firm Spaczynski, Szczepaniak & 
Wspolnicy, which advises foreign oil companies investing in Polish shale.
The government now plans to unveil the draft law by the end of the month, and 
has said it will cover exploration and extraction of oil and gas from both 
conventional and unconventional sources, including taxation, licensing and 
environmental issues.
"If I were the government, I would scrap all drafts and let companies work, or 
publish a draft supporting exploration and not one directed at excessive 
taxation," Spaczynski said.
Poland had high hopes for shale after a study by the US Energy Information 
Association in 2011 estimated Polish reserves at 5.3 trillion cubic metres, 
enough to cover domestic demand for some 300 years.
The government's study in March slashed estimates for recoverable shale gas 
reserves at 346 to 768 billion cubic metres.
Despite ExxonMobil, the world's most valuable energy company, to deciding to 
scrap exploration, other firms said they remained committed.
"(Our company) continues to remain extremely optimistic about the outlook for 
Polish shale gas," said John Buggenhaggen, exploration director at UK-listed 
San Leon Energy.


> 
Error! Filename not specified.
Follow Rediff Deal ho jaye! to get exciting offers in your city everyday. 

Kirim email ke