Cocok Noor

si Abah


________________________________
 From: noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Monday, August 27, 2012 4:28 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] kondisi Vietnam
 

kalau pendapat saya pribadi, Indonesia agak berbeda. Kita punya semua elemen 
untuk menjadi raksasa seperti kelompok BRIC. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 
tidak spektakular seperti India, tpai cukup stabil (fyi, India sekarang juga 
sudah mulai kempis karena sudah jauh di bawah 10%). Indonesia juga sempat kena 
imbas dua kali krisis yang baru: Amerika dan Eropa dan ...alhamdulillah cukup 
imun...
 
Yang saya kuatir dari Indonesia adalah daya tahan dan daya topang 
energinya....saat ini kita sudah habis-habisan soal energi ... migas sudah net 
importir, batubara sudha jadi komoditi eksport dan kita dan masih jauh dari 
upaya untuk mencari alternatifnya..salah satunya karena kita dinina bobo-kan 
oleh dongeng bahwa negeri ini kaya minyak, minyaknya habis katanya masih banyak 
gas...gas konvensionalnya juga mau habis katanya masih ada CBM, kemudian juga 
muncul dongeng shale gas..... belum lagi cerita bahwa dari 86 cekungan baru 21 
yang produksi: apa betul yang 65 sisanya itu memang ada potensi migasnya..... ? 
jangan-jangan semua itu hanya fatamorgana saja.... yang lebih mengkuatirkan, 
potensi dalam negeri juga belum optimal untuk ikut berperan serta dalam proses 
eksplorasi yang nyata, malah kebanyakan terjebak (atau memang sudah niat) cuman 
jadi makelar doang...:-)... blok eksplorasi boleh di atas 200 WK, tapi yang 
benar-benar eksplorasi (seismik, ngebor sumur) mungkin kurang dari 1/5-nya kali 
yah....
 
 
 
salam,
 
 

From: Yanto R. Sumantri <yrs_...@yahoo.com>
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Monday, August 27, 2012 10:09 AM
Subject: [iagi-net-l] kondisi Vietnam

Terlampir berita di koran Analisa, apakah ekonomi Vietnam akan serupa dengan 
Indonesia ?
Pertumbuhan yang tinggi , kemudian menurun dan menjadi krisis yang 
berkepanjangan .

si Abah
Ekonomi - Hari ini Pkl. 00:15 WIB
Tanpa Reformasi Menyeluruh
Vietnam Akan Hadapi Kehancuran Ekonomi 

(Associated Press/Hau Dinh). Beberapa pegawai Asia Commercial Bank mengawasi 
karung-karung uang kertas baru yang akan diantar ke kantor cabangnya di Hanoi, 
Vietnam pekan lalu.
Salah seorang pendiri bank tersebut ditahan polisi dalam kaitan dugaan 
penggelapan uang perusahaan. Secara makro, perekonomian nasional Vietnam 
umumnya menuju kehancuran akibat mismanajemen oleh pemimpin-pemimpin yang tak 
berkualifikasi. Ketidak-transparansian pemerintahan dan sistem ekonomi 
kapitalis semakin mempersulit pemulihan ekonomi Vietnam.
Ho Chi Minh City, (Analisa). Kota-kota besar di Vietnam kini berada dalam 
keadaan hancur-hancuran. Ratusan lokasi pembangunan yang terbengkalai menjadi 
pemandangan umum yang mengindikasikan dengan jelas tentang sakit-sakitannya 
ekonomi negara itu. Vietnam benar-benar sedang menghadapi kehancuran atau 
kegagalan total ekonomi.
Seorang pejabat senior Partai Komunis Vietnam membandingkan keadaan ekonomi 
negara itu dengan keterpurukan pasar 15 tahun lalu yang menghancurkan ekonomi 
di banyak negara Asia. "Saya bisa mengatakan kondisi Vietnam kini sama dengan 
krisis di Thailand tahun 1997," kata Hua Ngoc Thuan, wakil ketua Komite Rakyat 
Ho Chi Minh City, lembaga eksekutif tinggi kota itu. "Para investor properti 
menetapkan harga setinggi mungkin. Mereka membeli untuk berspekulasi, bukan 
untuk pemanfaatannya," katanya.

Problema ekonomi Vietnam memang tidak separah krisis keuangan 1997 - ekonominya 
masih bisa tumbuh sekitar 4% - namun daftar kesulitan yang dihadapi negara itu 
terus bertambah.

Penahanan salah seorang pengusaha paling kaya Vietnam pekan ini, Nguyen Duc 
Kien, membuat indeks pasar saham negara itu anjlok 4,8% Selasa pekan lalu,
 penurunan paling besar dalam empat tahun. Tuduhan terhadap Kien sangat tidak 
jelas, sementara media pemerintah menuduhnya melakukan kegiatan bisnis ilegal.

Cara penanganan kasus itu yang tidak transparan memperparah citra negara itu 
yang sudah buruk. Usaha pemersatuan antara kepemimpinan Vietnam yang penuh 
rahasia dan ekonomi kapitalis membuat suram prospek pemulihan di negara 
berpenduduk 91 juta jiwa itu.

Investor menjadi skeptis terhadap pengaturan ekonomi pemerintah dan 
mempertanyakan keabsahan statistik mereka. Bank sentral negara itu mengatakan, 
satu dari 10 peminjam di dalam sistem perbankannya tidak meneruskan pembayaran 
mereka, namun lembaga pemeringkat Fitch Ratings mensinyalir persentase kredit 
macet jauh lebih tinggi.

Ho Chi Minh City memang masih hiruk-pikuk dengan isu energi, dibanjiri banyak 
turis dan diwarnai dengan macetnya lalu-lintas - semua tentunya menunjukkan 
vitalitas ekonomi kota itu. Namun itu semua
 menyembunyikan gejala kemerosotan ekonomi di seluruh Vietnam. Angkatan mudanya 
sulit mendapat pekerjaan, hampir 20% perusahaan kecil dan menengahnya sudah 
menghentikan bisnis mereka selama setahun terakhir, dan berbagai proyek 
infrastruktur kota mengalami penundaan atau bahkan dibatalkan.

Ekonom terkemuka dan mantan pejabat tinggi di dalam sebuah organisasi riset 
pemerintah, Le Dang Doanh, menyatakan kekhawatirannya tentang timing masalah 
yang dihadapi Vietnam, yang terjadi ketika ekonomi global terpengaruh oleh 
krisis hutang dan dilema keberadaan mata uang euro di Eropa, yang juga berimbas 
kepada ekonomi Vietnam, juga terkait sangat kritisnya keadaan ekonomi di AS.

Doanh mengatakan, Vietnam membutuhkan lebih dari sekedar suntikan uang dengan 
suku bunga rendah. Perusahaan raksasa pemerintah yang tidak efisien seperti 
Vinashin yang berkembang semaunya dalam dunia bisnis dengan pengoperasian yang 
sangat tidak berkualifikasi, sebaiknya
 dibubarkan atau dibatasi saja, katanya.

"Kini sa’atnya yang baik untuk melakukan penghancuran kreatif," katanya 
menunjuk kepada konsep perusahaan-perusahaan yang ada yang digantikan dengan 
para pesaingnya yang jauh lebih inovatif. 

(NYT/sy.a)   

Kirim email ke