Kayanya Bung Ben (Mino) Sapii kamarnya emang terlalu banyak jadi wajar kalo
salah-salah kamar, mungkin belum ngopi J

Setuju dengan apa yang dibilang Bung Ben.  Ngomong-ngomong, memang ada tuh
'penampakan' body GPR berbentuk kotak di bawah teras batu yang kontak dengan
sampingna tegas dan tegak lurus; jadi bukan perubahan facies, bukan juga
kontak patahan karena tidak menerus ke kanan-kirinya, lalu apa? Intrusi
batuan beku (korok) berbentuk kubus?  Hmmm J

 

From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] 
Sent: 06 September 2012 9:03
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Ini email balasan dari Benyamin Safiie DR yg salah kamar ke PP-IAGI aku kopi
paste ke sini, duduh pak DR pagi2 kok ya udah ngantuk toh. Peace bro

Secara umum pendekatan interpretasi bisa dua2nya dalam science. Bisa
berdasarkan hipotesa sehingga sudah mengarah pada pembuktian mengikuti model
tertentu. Science juga bisa menginterpretasi yang lebih bebas dengan tujuan
mentes banyak kemungkinan. Satu persatu interpretasinya dites utk
mendapatkan hal yang lebih non-bias. Keburukannya metoda ini bisa sangat
panjang dan rumit dibandingkan yang pendekatan hipotesa. Utk suatu science
yang sudah banyak modelnya dan lebih pasti seperti xray tulang pendekatan
hipotesa akan lebih tepat karena kita sudah banyak kasus dan model yang bisa
digunakan utk menginterpretasi. 

Bagi saya interpretasi adalah sesuatu yg hrs dibuktikan kebenarannya jadi
tergantung pada siapa dan apa (hipotesa dan asumsi) yg akan dicari.
Seandainya sama sekalai tidak dikenali ya susah membuat interpretasi. Ini
yang saya kira dumaksud oleh Cak Noor. Ya Geologist kalau image dari otak
nanti interpretasinya hidrocarbon. Dalam kasus Gn. Padang misalnya hasil
georadar menunjukan object yang mempunyai sudut tajam seperti kotak,
piramida dll. Kan wajar saja berhipotesa bahwa ini tidak alami karena agak
sulit atau sangat jarang alam membuat sesuatu yang sangat perfect. Ya, hrs
dibuktikan.. Seperti lead tadi.. Banyak interpretasi akan sangat baik krn
akan memdapat banyak hipotesa yg hrs dibuktikan, ya kalau sdh pasti tidak
diperlukan scientist utk membuktikan. Walaupun geologi tidak bisa seperti
hukum matematika, rupa seperti monyet, bentuk seperti monyet, jalan seperti
monyet ini pasti monyet. Mungkin geologist lain akan mengatakan bisa enggak
ya beruang? 

Teman2 saya kira kita sebagai scientist harus open minded dan skeptist biar
mempunyai banyak inovasi dan kreativitas.. Kerennya out of the box
thinking... As long as not too far from the box. 

Sekedar sumbangan... Just my cent contribution..

Salam, 

BS

2012/9/5 <danny.hil...@gmail.com>

Apa yang bikin bingung ya ?
Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
yg mana yang dianggap paling mungkin.
Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel')
ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah
dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res
GPR.

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

  _____  

From: bsap...@geodin.net 

Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +0000

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com> 

Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)

To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

uppsss...

saya malah jadi bingung.... saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar,
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran...
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam
prosesnya....

interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa
ketukar-tukar..

 

 

salam,

 

From: Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Rekan Bob,

"Kalimat" itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa 'INTERPRETASI' bukan
'HIPOTESIS'. Itu poinnya.

Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll)
bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari
resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari
1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya 'tulang' beton yang
patah atau bengkok atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan
sehingga ahli sipil dapat memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus
bongkar-bongkar dulu, sama seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda
dengan x-ray untuk mengobatinya bukan?  

Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal
penetrasinya atau "skin-depth"nya.   Jadi harus menentukan optimum
desain-nya sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi
lebih jelas, seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip
tomografi.  Singkatnya detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu
beda tapi fungsi dan tujuannya bisa dianalogikan.  

 

Salam

DHN

 

From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

 

Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu "Georadar & Geolistrik"

Yth Bapak / Ibu Geologist,

Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai
Piramida atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya
hanya membaca laporan utama Tempo Edisi 27 Agu - 2 Sep 2012 dengan judul
sampul: Mimpi Emas di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan
berimbang, baik dari sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak
sepaham.

Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan
Prof Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian
kalimat tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 

" Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter".

Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik,
hanya kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya
"Interpretasi". Saya punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas
telapak tangan, hasil rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya
lihat betul bahwa ruas tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian
dengan pembedahan untuk meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar
patah.

Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan "interpretasi Georadar dan
Geolistrik" ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan
yang tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?

Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham
dengan Georadar / Geolistrik.

Salam Pencerahan,

Bob Yuris Chandra

Palynologist Partikelir

 

  

 

 

Kirim email ke