Gunung Padang sudah di-bor untuk mengetahui stratifikasi dan bentukan yang terlihat pada georadar dan geolistrik meskipun sayangnya belum mencapai target depth yang diinginkan, dan juga belum di lokasi yang benar-benar strategis (karena kalau di-bor dilokasi itu terpaksa harus 'mengganggu situs batu di permukaannya). Sudah juga dilakukan penggalian (test-pit) tapi belum mencapai kedalaman yang diinginkan untuk mendapatkan bukti yang lebih "solid" karena waktu itu masih ada pihak-pihak yang 'berisik' sehingga kami malas meneruskannya.
From: Ruskamto [mailto:rsoeri...@yahoo.com] Sent: 06 September 2012 6:54 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik Betul juga Pak, explorasionist berbuih-buih menerangkan interpretasi data, paling-paling statusnya setingkat drillable prospect.. Untuk membuktikan nya ya harus di bor sampai ke basement, baru interpretasinya terbukti Selama interpretasi G padang belum dilakukan penggalian, ya statusnya tetap lead atau paling banter prospek. Biarkanlah statusnya spt itu, supaya masih punya banyak lead-lead yang lain. RUS 1061. _____ From: kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com> Date: Thu, 6 Sep 2012 06:01:18 +0700 To: <iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray tulang mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter sudah tahu apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan sangat terbatas), sementara georadar terutama gunung padang, kita belum tahu apa yg kita cari dan bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan sebelumnya oleh pak noor, konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira bentuk apa yang kita cari sehingga kita juga tidak asal saat menginterpretasi mouth bar delta atau lobe turbidit. Sama seperti gunung padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn maka dia menginterpretasi bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya dia menginterpretasi columnar joint. Kedua interpretasi sah saja sampai kita bongkar gunung padang dan buktikan apa itu... On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris" <bopol...@yahoo.com> wrote: Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap dengan jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi Bandar Anggaran (3-9 Sep 2012). Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu - 2 Sep 2012) adalah hasil "Interpretasi", sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap pernyataan Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior) yang mengatakan pernyataan adanya bangunan terpendam sebagai "Hipotesis diatas Hipotesis". Ok, sekarang saya paham Pak. Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi dengan Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut Interpretasi? Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik, Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk penjelasannya. Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah "alat bantu" untuk melihat "ruas tulang tangan" saya yang tertutup jaringan tubuh. Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa interpretasi) karena konteksnya jelas, yaitu "jelas2 difoto rontgen diatas tangan", maka tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan USG / X-ray yang dibuat oleh Pak Danny, menjadi relevan. Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic / georadar / geolistrik adalah "potret" sebagaimana foto kamera? atau merupakan hasil olah data dari suatu instrument elektronik? Bob Yuris Chandra Palynologist Partikelir From: kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi kelamin bayi tetep bener sampai bayi lahir....jadi inget cerita nilai..A untuk Tuhan, B untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D..... On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin" <noorsyarifud...@yahoo.com> wrote: > > Kang Dhanny, > apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..? > - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya... > - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal sudah via USG yang Hi-res ...:-) > > > > salam, > > From: "danny.hil...@gmail.com" <danny.hil...@gmail.com> > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM > > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik > > Apa yang bikin bingung ya ? > Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis. > Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data, processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting. > Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan yg mana yang dianggap paling mungkin. > Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel') ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res GPR. > > DHN > Danny Hilman Natawidjaja > LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) > Geoteknologi - LIPI > From: bsap...@geodin.net > Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +0000 > To: <iagi-net@iagi.or.id> > ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik > > Your point exactly... > Powered by Telkomsel BlackBerryR > From: noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com> > Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT) > To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> > ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik > > uppsss... > saya malah jadi bingung.... saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam prosesnya.... > interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa ketukar-tukar.. > > > salam, > > From: Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com> > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM > Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik > > Rekan Bob, > "Kalimat" itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa 'INTERPRETASI' bukan 'HIPOTESIS'. Itu poinnya. > Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti ultrasonografi dan x-ray. Tentu kejelasan hasil image terantung dari resolusi, obyek dll. Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya 'tulang' beton yang patah atau bengkok atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli sipil dapat memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar dulu, sama seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk mengobatinya bukan? > Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi. Limitasi nya makin tinggi frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal penetrasinya atau "skin-depth"nya. Jadi harus menentukan optimum desain-nya sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih jelas, seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi. Singkatnya detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi fungsi dan tujuannya bisa dianalogikan. > > Salam > DHN > > From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] > Sent: 04 September 2012 20:02 > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik > > Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu "Georadar & Geolistrik" > Yth Bapak / Ibu Geologist, > Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca laporan utama Tempo Edisi 27 Agu - 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham. > Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan Prof Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian kalimat tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: > " Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter". > Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, hanya kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya "Interpretasi". Saya punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas telapak tangan, hasil rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya lihat betul bahwa ruas tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan untuk meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar patah. > Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan "interpretasi Georadar dan Geolistrik" ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan yang tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ? > Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham dengan Georadar / Geolistrik. > Salam Pencerahan, > Bob Yuris Chandra > Palynologist Partikelir > > > > > > >