Bung Dani DR,

Pertama, saya sudah hadir di presentasi anda di IAGI office di Supomo
bbrapa waktu yg lalu, memang data dan pengolahannya sudah benar, tapi
setuju dg rekan2 yg lain bahwa MODEL itu sangat tergantung dari "dream"
awal kita. Sejujurnya karena team anda adalah team yg akan mencari "BENCANA
PURBA" maka angan2 team pada umumnya adalah suatu Komuniti KUNO, bisa
berupa kampung KUNO, bisa berupa Candi, Piramid dsb.

Nah driver ini yg mungkin akan membuat anda terbelenggu dan mungkin
cenderung mengarahkan jawaban2 yg akan mendukung thesis anda (baca
katastropi purba). Dalam hal ini secara prospect maturation estimasi anda
ini baru sampe tingkat PROSPECT, yg namanya prospect ya ngga bisa di
buktikan secara Ilmiyah sampai Prospect tadi di gali.

Yg Kedua, kebetulan lokasi yg anda pilih sbg tempat research kok ya di
daerah Gunung Api Purba dilihat dari Morpologi yg ada sekarang dan banyak
mengandung kolumnar join, sebetulnya ini memang menyulitkan buat anda untuk
bisa langsung benar, karena chance of sukses untuk benar menjadi 50%,
artinya bisa memang Piramida, tapi bisa juga Kolumnar Join spt yg telah di
bahas sebelumnya oleh DR Yatno. kalau seandainya yg anda selidiki lokasi
disekitarnya bukan daerah pegunungan, misal di daerah Karst spt di Madura
atau Pacitan maka chance of sukses anda bisa naik menjadi 75%, which is
sudah sangat tinggi.

yang  ke tiga SEMANGAT PAGI!!!!! ................. jangan lupa daftar PIT
IAGI (18-20 Sept) dan IAGI Golf (17 Sept).

Avi
npa 0666 nomor cantik

2012/9/5 <danny.hil...@gmail.com>

> Apa yang bikin bingung ya ?
> Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
> yg mana yang dianggap paling mungkin.
> Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya
> 'simpel') ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi
> tulang patah dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton
> dilihar dari hi-res GPR.
>
> DHN
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
> ------------------------------
> *From: * bsap...@geodin.net
> *Date: *Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +0000
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
> Your point exactly...
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
> *Date: *Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
> *To: *iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
> uppsss...
> saya malah jadi bingung.... saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar,
> geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran...
> makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam
> prosesnya....
> interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat
> dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa
> ketukar-tukar..
>
>
> salam,
>
>   *From:* Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
> *Subject:* RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
>   Rekan Bob,
> “Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan
> ‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
> Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll)
> bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti
> ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari
> resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari
> 1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang
> patah atau bengkok atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan
> sehingga ahli sipil dapat memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus
> bongkar-bongkar dulu, sama seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda
> dengan x-ray untuk mengobatinya bukan?
> Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat
> struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya
> seperti survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin
> tinggi frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin
> dangkal penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum
> desain-nya sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian
> menjadi lebih jelas, seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan
> prinsip tomografi.  Singkatnya detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian
> tentu beda tapi fungsi dan tujuannya bisa dianalogikan.
>
> Salam
> DHN
>
>  *From:* bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com]
> *Sent:* 04 September 2012 20:02
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
>  Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
>  Yth Bapak / Ibu Geologist,
>  Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai
> Piramida atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya
> hanya membaca laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul
> sampul: Mimpi Emas di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan
> berimbang, baik dari sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak
> sepaham.
>  Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR.
> Danny Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas
> tulisan Prof Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang.
> Ada bagian kalimat tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini:
>  *“ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji
> ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.*
>  Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan
> geolistrik, hanya kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya
> “Interpretasi”. Saya punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas
> telapak tangan, hasil rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya.
> Saya lihat betul bahwa ruas tangan saya patah dan tidak perlu lagi
> pembuktian dengan pembedahan untuk meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya
> benar-benar patah.
>  Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan
> Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan
> yang tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?
>  Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham
> dengan Georadar / Geolistrik.
>  Salam Pencerahan,
>  Bob Yuris Chandra
>  *Palynologist Partikelir*
>
>
>
>
>
>

Kirim email ke