Untuk Gn. Padang kayanya memang kita semua hrs menunggu hasil dan kesimpulan 
yang lebih matang berkaitan dengan hipotesa dan dreamnya. Karena kita semua 
tidak ikutan dalam penelitian dan juga tidak bisa membuat interpretasi 
tandingan jika memang tidak setuju.  Sekali lagi pembuktian hipotesa bisa 
memakan waktu yang sangat panjang bahkan pada akhirnya tetap saja ada yang 
skeptik.. Sebagai conto teori tektonik lempeng yang masih di challenge sampai 
hari ini walaupun seabrek bukti sdh di presentasikan. 

Yang salut utk penelitian ini disupport sampai - milyar.. Sedangkan kita cari 
utk penelitian unconventional energi susah sekali dapetnya. 

Salam, 

BS
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com>
Date: Thu, 6 Sep 2012 10:31:15 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
Bung Avi,

Data dan analisa yang kami punya sekarang sudah jauh lebih banyak dan lebih
baik processing-nya.  Misalnya waktu di Supomo kami belum punya data
velocity lapisan untuk me-migrasikan data georadarnya,  sekarang sudah punya
sehingga semua lintasan georadar sudah di-migrasi dengan baik.  Lintasan
georadarnya pun sudah jauh lebih banyak.

Konsep dan hipotesis kami bukan sekedar angan-angan tapi ada background
ilmiah yang kuat... akan panjang kalau diuraikan lagi.  

Geologi Gunung Padang memang komplek sehingga banyak tes yang harus
dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada "man-made structures" didalam
itu.   Ini penelitian "frontier" dan hipotesisnya memang cukup
kontroversial.  Sayang anda tidak hadir pada presentasi Gunung Padang di
SetNeg tgl 14 Agustus lalu.  Waktu itu Bu WaMen Dikbud hadir dan sangat
mendukung penelitian ini untuk diteruskan dan dikembangkan.

 

 

 

From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] 
Sent: 06 September 2012 7:39
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Bung Dani DR,

Pertama, saya sudah hadir di presentasi anda di IAGI office di Supomo bbrapa
waktu yg lalu, memang data dan pengolahannya sudah benar, tapi setuju dg
rekan2 yg lain bahwa MODEL itu sangat tergantung dari "dream" awal kita.
Sejujurnya karena team anda adalah team yg akan mencari "BENCANA PURBA" maka
angan2 team pada umumnya adalah suatu Komuniti KUNO, bisa berupa kampung
KUNO, bisa berupa Candi, Piramid dsb.

Nah driver ini yg mungkin akan membuat anda terbelenggu dan mungkin
cenderung mengarahkan jawaban2 yg akan mendukung thesis anda (baca
katastropi purba). Dalam hal ini secara prospect maturation estimasi anda
ini baru sampe tingkat PROSPECT, yg namanya prospect ya ngga bisa di
buktikan secara Ilmiyah sampai Prospect tadi di gali.

Yg Kedua, kebetulan lokasi yg anda pilih sbg tempat research kok ya di
daerah Gunung Api Purba dilihat dari Morpologi yg ada sekarang dan banyak
mengandung kolumnar join, sebetulnya ini memang menyulitkan buat anda untuk
bisa langsung benar, karena chance of sukses untuk benar menjadi 50%,
artinya bisa memang Piramida, tapi bisa juga Kolumnar Join spt yg telah di
bahas sebelumnya oleh DR Yatno. kalau seandainya yg anda selidiki lokasi
disekitarnya bukan daerah pegunungan, misal di daerah Karst spt di Madura
atau Pacitan maka chance of sukses anda bisa naik menjadi 75%, which is
sudah sangat tinggi.

yang  ke tiga SEMANGAT PAGI!!!!! ................. jangan lupa daftar PIT
IAGI (18-20 Sept) dan IAGI Golf (17 Sept).

Avi
npa 0666 nomor cantik

2012/9/5 <danny.hil...@gmail.com>

Apa yang bikin bingung ya ?
Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
yg mana yang dianggap paling mungkin.
Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel')
ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah
dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res
GPR.

DHN

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

  _____  

From: bsap...@geodin.net 

Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +0000

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Your point exactly...

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com> 

Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)

To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

uppsss...

saya malah jadi bingung.... saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar,
geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran...
makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam
prosesnya....

interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat
dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa
ketukar-tukar..

 

 

salam,

 

From: Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
Geolistrik

 

Rekan Bob,

"Kalimat" itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa 'INTERPRETASI' bukan
'HIPOTESIS'. Itu poinnya.

Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll)
bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti
ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari
resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari
1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya 'tulang' beton yang
patah atau bengkok atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan
sehingga ahli sipil dapat memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus
bongkar-bongkar dulu, sama seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda
dengan x-ray untuk mengobatinya bukan?  

Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat
struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti
survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi
frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal
penetrasinya atau "skin-depth"nya.   Jadi harus menentukan optimum
desain-nya sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi
lebih jelas, seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip
tomografi.  Singkatnya detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu
beda tapi fungsi dan tujuannya bisa dianalogikan.  

 

Salam

DHN

 

From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 04 September 2012 20:02
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

 

Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu "Georadar & Geolistrik"

Yth Bapak / Ibu Geologist,

Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai
Piramida atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya
hanya membaca laporan utama Tempo Edisi 27 Agu - 2 Sep 2012 dengan judul
sampul: Mimpi Emas di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan
berimbang, baik dari sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak
sepaham.

Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny
Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan
Prof Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian
kalimat tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini: 

" Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji
ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter".

Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik,
hanya kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya
"Interpretasi". Saya punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas
telapak tangan, hasil rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya
lihat betul bahwa ruas tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian
dengan pembedahan untuk meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar
patah.

Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan "interpretasi Georadar dan
Geolistrik" ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan
yang tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?

Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham
dengan Georadar / Geolistrik.

Salam Pencerahan,

Bob Yuris Chandra

Palynologist Partikelir

 

  

 

 


Kirim email ke