Serupa dengan yang disampaikan oleh
pak Noor sebelumnya, saya tidak akan berharap terlalu banyak bahwa harga gas 
otomatis
akan semakin murah disaat melimpah ketersediaannya. 

 

Kemungkinan bahwa harga dikontrol tetap tinggi
oleh produsen tetap ada. Ditambah lagi dengan trend demand yang semakin tinggi
dari negara2 haus energi (gas) lainnya, yang
salah satu implikasinya adalah semakin tingginya persaingan di antara calon
pembeli. 




Salaam, 
2013/1/27 noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
All,Sedkit berbeda kemarin GM Total malah memberikan tantangan dan contoh 
bagaimana melakukan konservasi SDE yang sekarang sudah ada supaya dapat 
dimanfaatkan dengan seefisien mungkin termasuk menyisakan kepada generasi 
mendatang...
Kalau menyitir kata-kata Alm Wamen dulu: .....kita ini memang bangsa yang lucu, 
sudah miskin tapi mau gaya dengan boros energi yang mintanya dihargai 
semurah-murahnya....:-)dan sampai sekarang sindirian ini hampri gak ada efeknya 
sama sekali...bisa dilihat dari jebolnya kuota BBM subsidi .... bahkan seorang 
sopirpun masih merasa nyaman dan tidak ada rasa  bersalah untuk tidur dalam 
mobil dgn mesin dan AC menyala.....
mungkin receiving LNG merupakan alternatif, tapi bisa dipastikan di dekade ke 
depan semua SDE akan menjadi komoditi strategis.... jadi jangan harap akan 
mendapatkannya dengan murah....FYI, Regas Nusantara bisa membuat receiving 
terminal di teluk Jakarta dalam waktu yang cukup singkat, jadi soal ini 
mestinya bukan masalah besar...asal ada pemasoknya...
salam,From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; "geologi...@googlegroups.com" 
<geologi...@googlegroups.com> 
Sent: Saturday, January 26, 2013 9:34 PM
Subject: [iagi-net] "Indonesia membutuhkan energi itu."

Dear All,
Terlampir abstract serta presentasi saya sewaktu mengisi acara IndoGas-2013 di 
JHCC Jakarta pekan lalu.

Satu hal yang saya soroti adalah adanya potensi besar di Indonesia pada tahun 
2020-2030 dimana Indonesia mendapatkanbonus demografi. Saat itu nanti lebih 
dari 50% penduduk Indonesia masuk dalam usia produktif.

Adalah tanggung jawab generasi saat ini, yang rata-rata sedang menduduki posisi 
kunci, untuk menyediakan sumberdaya alam dan energi untuk membuat mereka sibuk 
dan berprestasi. Tidak hanya migas dan energi, namun juga bahan mineral tambang 
dan sumberdaya alam lainnya termasuk air bersih serta lingkungan yang sehat dan 
aman.

Dalam diskusinya saya menekankan untuk penyediaan energi ini tidak hanya dari 
eksplorasi saja, karena proyeksi supply produksi domestik serta eksplorasi pada 
tahun 2020 akan masih jauh dibawah dari kebutuhan. Sehingga menjadi tugas para 
pemerhati dan investor energi untuk mulai membangun recieving LNG terminal di 
Indonesia. 

Proyeksi saya memperkirakan Indonesia akan menjadi net importir gas  pada 2022, 
dan net-importir energi pada tahun 2028.  Sehingga persiapan pembuatan dan 
konstruksi LNG recieving terminal ini harus sudah dimulai dari sekarang. 
Lokasi-lokasi pembangunan recieving terminal ini menjadi sebuah keputusan 
penting dan strategis karena ini akan menjadi sentra pertumbuhan ekonomi 
nantinya.

Dengan tersedianya sumberdaya dan lingkungan sehat dan aman ini tidak mustahil 
Indonesia akan masuk dalam jajaran 10 negara perekonomian terbesar di dunia 
pada 2030 mendatang.Mengalahkan Jerman dan Inggris !.

Salam 

Rovicky DP

Kirim email ke