Abah Yanto,
Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta ( asalnya dari bisikan ghoib ). Semoga jelas Abah, Wassalam, Mang Okim From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 04 Mei 2013 12:11 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ? Kalau baca UU cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI. Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara. Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe). Salam manis dari sweet seventy si Abah _____ From: Sujatmiko <m...@cbn.net.id> To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI <economicgeol...@yahoogroups.com> Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan stone tools alias artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh Bagawan Atlantis Oppenheimer yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana berpesan : Untuk mengetahui kejayaan manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan piramida di perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain. Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka menemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1 dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana terlihat adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!! Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000 tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya manusia homo-erectus yang baru mampu bikin alat batu sederhana. Di Situs Gua Pawon saja yang tengkoraknya ketemu dan rentang umurnya sekitar 5.000 - 10.000 tahun yang lalu, keahlian manusia prasejarah kita terbatas pada membuat stone tools dan perhiasan sederhana dari kulit kerang. Bagaimana mungkin mereka mampu bikin bangunan maha karya dengan pasir peredam gempa dan semen perekat kolom andesit, apalagi keahlian di bidang metalurgi - - - ta' iya !!! Pak Lutfi Yondri , arkeolog peneliti utama yang spesialis dalam penelitian Situs Gua Pawon dan Situs Gunung Padang berujar : Mang Okim, seandainya di Situs Gua Pawon yang kita sampling adalah dinding batu kapur di sekitar fosil tengkoraknya, umur yang keluar pastilah Oligosen atau lebih dari 25 juta tahun yang lalu. Kalau yang diambil lapisan tanah yang mengendap di dalam gua, mungkin hasilnya puluhan atau ratusan ribu tahun. Itulah rekan-rekan sekedar contoh kecil yang semoga dapat menambah wawasan kita semua. Contoh-contoh lainnya , ditambah dengan hasil pengamatan dan pertimbangan geologis praktis , membuat mang Okim yakin bahwa hipotesis bangunan mahakarya di perut Gunung Padang adalah akibat mis-interpretation dan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Semoga Allah SWT selalu membuka hati kita untuk tidak malu belajar dari orang lain dan berani berkata benar walaupun pahit. Selamat berakhir minggu, mohon maaf kalau ada yang salah. Salam cinta geo-arkeologi Mang Okim Note : di Petisi G.Padang ditulis sebagai anggota KRCB.