Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang
paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang
alamiah atau bukan.  Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu
dengan keahlian bapak.  Itu baru mantap.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus
yuwono
Sent: 05 Mei 2013 0:12
To: iagi-net
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Mang Okim yth,

 

Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan
canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)?
Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut).

 

Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor
geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir
bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa
manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari
endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya
tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap
geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater
tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun
mungkin berhasil?).

 

Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi,
ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda
geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool.
Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result
untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa-
nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang
paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang
gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak
semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi
geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu,
pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist
yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan
teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara
finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2
pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara
proporsional. 

 

Sekedar sharing malam Minggu.

Salam,

Yatno

 

2013/5/4 <bandon...@gmail.com>

Naa siapa mas yang penasihat turangga seta?

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: "Sujatmiko" <m...@cbn.net.id> 

Sender: <iagi-net@iagi.or.id> 

Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Abah Yanto,

 

Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan
Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub
Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video
yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil
interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta (
asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,

 

Wassalam,

 

Mang Okim

 

From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 04 Mei 2013 12:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Mang Okim

 

Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?

Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.

Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena
prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik
Negara.

 

Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).

 

Salam manis dari sweet seventy si Abah

 

 

  _____  

From: Sujatmiko <m...@cbn.net.id>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Cc: MGEI <economicgeol...@yahoogroups.com> 
Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG


Rekan-rekan IAGI yang budiman,



Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 



Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis Oppenheimer
yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden
Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida di
perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan
ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya
beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan
baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah
Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain.



Semen purba berumur 23.000 tahun



Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka
menemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang
Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi
mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with
archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan
dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke
Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati
bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api
purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1
dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana
terlihat  adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis
karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di
singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen
purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi
melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!!



Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000
tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa
seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya
manusia homo-erectus yang baru mampu bikin alat batu sederhana. Di Situs Gua
Pawon saja yang tengkoraknya ketemu dan rentang umurnya sekitar 5.000 -
10.000 tahun yang lalu, keahlian manusia prasejarah kita  terbatas pada
membuat stone tools dan perhiasan sederhana dari kulit kerang. Bagaimana
mungkin mereka mampu bikin bangunan maha karya dengan pasir peredam gempa
dan semen perekat kolom andesit, apalagi keahlian di bidang metalurgi - - -
ta' iya !!! Pak Lutfi Yondri , arkeolog peneliti utama yang spesialis dalam
penelitian Situs Gua Pawon dan Situs Gunung Padang berujar : Mang Okim,
seandainya di Situs Gua Pawon yang kita sampling adalah dinding  batu kapur
di sekitar fosil tengkoraknya, umur yang keluar pastilah Oligosen atau lebih
dari 25 juta tahun yang lalu. Kalau yang diambil lapisan tanah yang
mengendap di dalam gua, mungkin hasilnya puluhan atau ratusan ribu tahun.



Itulah rekan-rekan  sekedar contoh kecil yang semoga dapat menambah wawasan
kita semua.  Contoh-contoh lainnya , ditambah dengan hasil pengamatan dan
pertimbangan geologis praktis ,  membuat mang Okim yakin bahwa hipotesis
bangunan mahakarya di perut Gunung Padang adalah akibat mis-interpretation
dan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Semoga Allah SWT selalu membuka hati
kita untuk tidak malu belajar dari orang lain dan berani berkata benar
walaupun pahit. Selamat berakhir minggu, mohon maaf kalau ada yang salah.



Salam cinta geo-arkeologi



Mang Okim

Note : di Petisi G.Padang ditulis sebagai anggota KRCB.













 

Kirim email ke