Yth Pak Koesoema,
Tulisan yang sangat inspiratif dan sangat menggugah. Juga mengingatkan
kembali akan nostalgia tentang kontroversi konsep Delapsi-nya Pak Sartono
Alm.

Namun ingin meralat atau bertanya sedikit. Dalam uraian disebutkan:
"Tentu sebagaimana pendidikan geologi di seluruh dunia pendidikan geologi di
Indonesia mengikuti mainstream geology, di mana secara tegas columnar joints
yang diperdebatkan ini dinyatakan sebagai gejala alam dan dapat dijelaskan
dengan penciutan magma/lavayang membeku. Dengan digembar-gemborkannya oleh
media masa akan adanya piramida di G. Padang yang jelas terdiri dari
columnar joints itu saya kira akan juga mempengaruhi persepsi mahasiswa akan
terjadinya gejala ini sebagai buatan manusia (yang tentunya lebih menarik),
walaupun bertentangan dengan penjelasan yang diberikan di ruang kuliah
dengan alasan kebebasan akademis dalam menyatakan pendapat, dan muncul lah
pada peta geologi mereka pyramid atau bangunan puba  setiap kali diketemukan
columnar jointing. Saya tidak tahu apakah pandangan Pak Danny dan Pak Andang
ini hanya terbatas pada columnar jointing yang ada di G. Padang saja atau
untuk semua columnar jointing."

Pak Koesoema, bukan columnar jointingnya yang diperdebatkan.  Walaupun saya
termasuk "side streamer" (aliran sesat) tapi masih waras pak (ha ha ha).
Yang diperdebatkan adalah status posisinya sekarang: apakah masih alamiah
(in situ) atau sudah (diangkut dan) disusun oleh manusia.  Seperti para
"mainstreamer science" yakini columnar jointing di alam akan selalu TEGAK
LURUS dengan bidang pendinginan (umumnya sama dengan bidang perlapisan).
Nah dari observasi kami di lapangan dan juga dibantu survey georadar dan
geolistrik, columnar joints yang terlihat di Gunung Padang ini arahnya
SEJAJAR dengan permukaan atau bidang perlapisannya, jadi TIDAK DALAM POSISI
ALAMIAH.  Aspek lainnya adalah tentang keberadaan matriks diantara
kolom-kolom andesitnya, apakah statusnya hasil pelapukan atau material
"grooting".

Jadi walaupun impactnya akan berbuntut kepada bentrokan konsep Sidestreamer
vs mainstreamer tapi obyek observasi yang diperdebatkan adalah masalah
geologi biasa yang ada dalam mainstreamer.  Dengan kata lain kalau dilihat
dari sudut ilmu geologi, kami mainstreamer kok pak.  Yang memandang kami
side streamer adalah dari ilmu arkeologi

Wassalam
Danny


-----Original Message-----
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
R.P.Koesoemadinata
Sent: 06 Mei 2013 2:10
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG
API PURBA

Saya sudah beberapa tahun tidak masuk mailing list ini, dan waktu saya
mendapatkan akses kembali ternyata perdebatan G. Padang masih berlanjut. 
Beberapa hari ini saya termenung apakah yang terjadi dengan ilmu geologi di
Indonesia ini? Ini menjadi pikiran, sayapun merenungkan masalah ini terutama
menjelang tidur. Akhirna saya tuangkan renungan itu dalam bentuk tulisan
terlampir yang cukup panjang, dengan harapan bahwa dengan selesainya
renungan ini saya dapat tidur dengan pulas.
Wassalam
R.P.Koesoemadinata



----- Original Message -----
From: "Sujatmiko" <m...@cbn.net.id>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: "MGEI" <economicgeol...@yahoogroups.com>
Sent: Sunday, May 05, 2013 6:11 PM
Subject: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API
PURBA


> Rekan-rekan IAGI yang budiman,
>
> Di postingan mang Okim tanggal 2 Mei 2013  berjudul  Petisi 34 : Situs
> Gunung Padang Terselamatkan , disebutkan bahwa dari hasil peninjauan ke
> lokasi lobang ekskavasi di tebing timur Teras III ( mang Okim salah, yang
> benar Teras I ), mang Okim dkk menyimpulkan bahwa beberapa balok andesit
> yang terlihat di lokasi tersebut adalah fenomena alamiah, bukan produk
> budaya. Selanjutnya diinterpretasikan bahwa batuan andesit penyusun Gunung
> Padang hanya nongol di permukaan Teras I , Teras II, dan  Teras III,
> sedangkan  Teras IV dan V  tertutup oleh produk klastik gunung api yang
> telah lapuk.  Dari  tulisan Pak Danny Hilman di VIVAnews Senin 1 April
> 2013,
> interpretasi mang Okim dkk tersebut ternyata tidak berbeda dengan hasil
> interpretasi geolistrik -georadar di lintasan sekitar lobang ekskavasi
> Teras
> I.
>
>
>
> Cobalah rekan-rekan simak dengan seksama sebagian dari  tulisan Pak Danny
> Hilman di bawah ini . Seandainya Tim Mandiri tidak tergesa-gesa menganggap
> bahwa balok-balok andesit di lobang ekskavasi adalah struktur bangunan (
> gara-gara susunannya yang dianggap bikinan orang dan ada bahan pengisi
> yang
> diyakini sebagai semen purba ), maka hasil interpretasi
> geolistrik-georadar
> sudah sangat sesuai dengan kenyataan di lapangan yaitu  bukit Gunung
> Padang
> adalah lapisan batuan ( andesit ) dengan ketebalan 30-50 meter. Analisa
> petrologi oleh Dr. Andri Subandrio demikian juga, sangat aneh bahwa
> retakan-retakan mikroskopik pada sayatan tipis batu kolom andesit  diduga
> non-alamiah. Kalau non-alamiah, apakah retakan mikroskopik tersebut hasil
> kerjaan manusia prasejarah ???
>
>
>
> Hal lainnya yang membuat mang Okim bersorak gembira adalah interpretasi
> Pak
> Danny Hilman tentang adanya lidah lava dengan leher intrusinya  di area
> selatan Situs Gunung Padang. Nah, kalau sudah demikian, mengapa Tim
> Mandiri
> masih keukeuh menyatakan bahwa Gunung Padang adalah Bangunan Mahakarya
> Peradaban yang Hilang ta' iya !!! Bukankah yang dijelaskan Pak Danny
> Hilman
> tersebut , yang didasarkan pada hasil interpretasi geolistrik-georadar ,
> adalah fenomena geologi dari sebuah gunung api purba ???  Sehubungan
> dengan
> itu, marilah kita tinggalkan imaginasi yang tidak-tidak tentang isi perut
> Gunung Padang. Bangunan Megalitik Punden Berundak yang ada di atasnya
> sudah
> berstatus terbesar dan termegah di kawasan Asia Tenggara.  Janganlah kita
> merindukan burung di langit, sementara burung di tangan dilepaskan.
>
>
>
> Salam Cinta Geo-Arkeologi
>
>
>
> Mang Okim
>
>
>
>
----------------------------------------------------------------------------
> -----------------------------------------------------------------------
>
> Gunung Padang, Mahakarya Peradaban yang Hilang
>
> ( Dr Danny Hilman ,VIVAnews 1 April 2013 ) :
>
> Sampai saat ini penggalian dilakukan baru sampai kedalaman 4 meteran saja,
> namun survei geolistrik memperlihatkan di bawahnya masih ada kenampakan
> struktur bangunan dengan geometri yang terlihat menakjubkan sampai
> kedalaman
> lebih dari 10 meter. Hasil survei geolistrik, dan georadar juga sudah
> dapat
> memperlihatkan struktur (geologi) bawah permukaan yang membentuk morfologi
> bukit Gunung Padang adalah lapisan batuan dengan ketebalan 30-50 meter
> yang
> mempunyai nilai tahanan listrik (resistivitas) sangat tinggi (ribuan
> Ohm-Meter) berbentuk seperti lidah dengan posisi hampir horisontal,
> selaras
> dengan bukit memanjang utara-selatan, dan miring landai ke arah utara.
> Jadi
> selaras juga dengan undak-undak teras yang dibangun di atasnya. Lapisan
> batu
> berbentuk seperli lidah ini juga mempunyai bidang miring yang rata ke arah
> barat dan timur bukit selaras dengan kemiringan lerengnya. Lapisan lava
> ini
> berada pada kedalaman lebih dari 10 meter di bawah permukaan.
>
> Dari data pemboran yang dilakukan oleh DR. Andang Bachtiar dan juga
> analisis
> mikroskopik batuan dari sampel inti bor yang dilakukan oleh DR. Andri
> Subandrio, ahli geologi batuan gunung api dari Lab. Petrologi ITB, dapat
> dipastikan tubuh batuan dengan resistivitas tinggi ini adalah batuan lava
> andesit, sama seperti tipe batu kolom dari situs Gunung Padang. Hal lain
> cukup menarik dari analisa petrologi adalah temuan banyaknya
> retakan-retakan
> mikroskopik pada sayatan tipis batu kolom andesit yang diduga non-alamiah.
> Soalnya, retakan itu memotong kristal-kristal mineral penyusunnya.
>
> Dari banyak penampang geolistrik, terlihat lidah lava andesit ini
> mempunyai
> leher intrusi (sumber terobosan batuan vulkanis dari bawah) berlokasi di
> area lereng selatan dari situs Gunung Padang. Jadi setelah cairan panas
> intrusi magma mencapai permukaan kemudian mengalir ke utara, dan setelah
> mendingin membentuk lidah lava tersebut. Yang masih menjadi teka-teki
> besar
> adalah apakah tubuh batuan lava di perut Gunung Padang ini adalah sumber
> dari batu-batu kolom andesit yang dipakai untuk menyusun situs?
>
>
>
>

Kirim email ke