Merchants of Doubt karangannya siapa ya San?

Parvita Siregar | Senior Geologist | AWE (NorthWest Natuna) Pte Ltd | AWE 
Limited 
P +62 21 2934 2934  |  D ext 107  |  F +62 21 780 3566  |  M +62  811 996 616  
|  E mailto:parvita.sire...@awexplore.com
-----Original Message-----
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of 
R.P.Koesoemadinata
Sent: Tuesday, May 07, 2013 12:44 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) ==> Re: [iagi-net] HASIL 
GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA

Sangat menarik yang dikupas dalam buku "Merchants of Doubt" ini, yang dari 
uncertainty dimanfaatkan oleh kepentingan business dan politics.
Di Indonesia jelas peristiwa Lumpur Lapindo, walaupun disini uncertainty-nya 
sangat-sangat kecil sekali, dimanfaatkan kepentingan business and politics 
Namun simak pula buku dari penulis science fiction terkenal Michael Creighton 
menulis buku "State of Fear" yang menyanggah bahwa "climate change" disebabkan 
"carbon emmision" (atau bahkan mungkin tidak mengakui adanya climate change 
sama sekali) bahkan sebaliknya dia bahwa seorang peneliti yang menemukan data 
yang tidak mendukung perubahan iklim, malah dalam publikasinya harus 
merubahnya, takut kalau dana researchnya dikebiri. 
Michael Creighton dapat penghargaan dari AAPG atas karangannya ini lho!, 
walaupun banyak anggota AAPG yang protes.
AAPG suatu scientific society yg sangat bergengsi ini dikendalikan industri 
minyak seperti Exxon Mobil? Silahkan merenung, apakah science itu bisa netral 
dan objective?
Wassalam
RPK

----- Original Message -----
From: "F. Hasan Sidi" <fhs...@gmail.com>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Tuesday, May 07, 2013 7:17 AM
Subject: Re: [iagi-net] SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) ==> Re: [iagi-net] HASIL 
GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG API PURBA


Renungan yang menarik dan kebetulan sedang membaca buku "Merchants of Doubt" 
yang banyak mengupas tentang ketidakpastian/uncertainty dalam sejarah science 
(dari hubungan kanker dengan rokok, teori lubang ozon, sampai perubahan iklim) 
yang kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan politik atau bisnis. Strategi yang 
dipergunakan berulang kali semenjak beberapa dekade silam selalu sama: 
mendiskreditkan science, mempublikasikan argumentasi lain yang acap kali tidak 
didukung oleh data yang seimbang, dan kemudian menghadirkan kerancuan di 
masyarakat luas. Sebagai contoh adalah usaha memerangi pembatasan rokok di awal 
70-an dengan membuat kabur hipotesa bahwasanya kanker paru-paru disebabkan oleh 
tembakau. Dan bisa ditebak bahwasanya dunia industri terlibat dalam usaha 
"membingungkan" masyarakat ini (Phillip Morris dalam hal ini atau Exxon dalam 
kasus global warming).

All scientific work is incomplete, whether it be observational or experimental. 
Celah ini lah yang dipergunakan untuk mengadu domba kalangan awam. Moga-moga 
saja modus ini tidak ada dalam kasus Gunung Padang.


FHS


2013/5/6 Andang Bachtiar <abacht...@cbn.net.id>
>
> Membaca lampiran yang disertakan dalam posting-an Prof Koesoemadinata 
> yang membahas tentang kontroversi Gunung Padang, saya terinspirasi 
> untuk mengajak nikmati bersama (sharing) tulisan yang saya buat 
> seminggu sebelumnya (28 April 2013) yang saya posting di facebook saya 
> persis setelah munculnya Petisi Menghentikan Penelitian Gunung Padang. 
> Mudah-mudahan inti dan semangat tulisan saya tersebut masih juga 
> sejalan dengan apa yang ditulis Prof Koesoemadinata dan juga dapat 
> mencerahkan khalayak komunitas geosains kita.
>
> Tulisan tersebut saya narasikan sebagai surat kepada Gesit - yang saat 
> ini sedang menyelesaikan program graduate Science Journalism-nya di 
> Canada - supaya dapat lebih nikmat mengalirdicerna, dan juga saya edit 
> sedikit dari aslinya yang terpampang di dinding facebook saya, hanya 
> sekedar untuk menambah penekanan pada maksud beberapa pernyataan yang ada di 
> dalamnya.
>
> Silakan dinikmati dan diresapi.
>
>
> "SCIENTIFIC TRUTH (OR FALSE) IN THE MAKING & EXPLORER VERSUS MAINSTREAMER"
> (SURAT UNTUK GESIT DI KANADA)
>
> Gesit Mutiarta, coba browsing, kumpulkan, dan kemudian klippingkan 
> pemberitaan ttg bencana (gempa, tsunami, letusan gn.api, banjir, tanah 
> longsor, sampai ke "meteor impact") yg terkait dg Andi Arief Dua Staff 
> khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial & Bencana, termasuk pemberitaan 
> tentang Katastrofi Purba dan ramainya perang opini ttg riset Gn Padang 
> (Petisi Arkenas dll) akhir2 ini.
>
> Perhatikan gaya komunikasi AA (Andi Arief): pernyataan2 yang 
> dilontarkannya, prediksi2nya, warningnya, dan sejenisnya. Itu semua 
> bisa jadi bahan telaahan fenomena baru: SCIENCE JOURNALISM yang skrg 
> sdg kamu utak-atik di sana. Gaya komunikasi AA tsb menghadapkan sains 
> langsung kepada masyarakat. Tidak lagi menyembunyikannya diam2 dan 
> menunggu menggodoknya matang sebelum hasil akhirnya nanti dilemparkan 
> ke masyarakat. Gaya tersebut mencoba menyuguhkan sains yang rumit 
> menjadi "sederhana" untuk dicerna dan -yang terpenting- BERMANFAAT 
> untuk masyarakat, bahkan ketika masih dalam fasa penelitian.
>
> Prediksi ttg masih akan munculnya mega-thrust di barat Sumbar/Bengkulu 
> dalam waktu dekat, tentang Jakarta yang dpt sewaktu-waktu terimbas 
> gempa dan tsunami dari Selat Sunda, mengingatkan gempa2 susulan 
> setelah adanya
> gempa2
> besar, banjir2, tanah longsor, aktifitas gunung berapi yang silih 
> berganti di Indonesia, dsb dsb. Hal2 yg dulu pra-2009 (apalagi 
> pra-2004) tabu untuk dibicarakan dan jarang dimuat di media massa 
> terkait dg potensi2 bencana tersebut, makin kesini makin hampir tiap 
> hari tersebar lewat social-media bahkan sampai ke media konvensional. 
> Coba hitung berapa banyak dari berita itu yang berasal dari kelompok 
> Andi Arief (SKP-BSB) dan saintis2 independen yang bukan di 
> "main-stream" pemerintahan, dan berapa banyak yang berasal dari 
> otoritas "resmi" (keilmuan maupun pemerintahan).
>
> Itu semua adalah gaya baru dalam mengkomunikasikan sains dan 
> "ketidakpastiannya" ke masyarakat. Coba eksplorasi lebih lanjut, 
> mungkin dg latar belakang geologi dan science journalism-mu kamu dapat 
> lebih memahami fenomena baru ini dan kalau bisa ikut andil dalam 
> mengembangkannya lebih lanjut untuk kepentingan yang lebih besar: 
> partisipasi, pemahaman dan aplikasi sains dari dan oleh masyarakat 
> terbuka Indonesia untuk kemajuan bangsa!!! (Hehehehe, harus selalu ada 
> visi dan misi besar di depan supaya kita tergetar untuk selalu 
> bergerak mengayun tangga meraih ke level hakikat yang lebih tinggi - 
> ke hadapan Tuhan).
>
> Mungkin gaya seperti itu bisa kita sebut sbg gaya era baru keterbukaan 
> sains yang - dalam proses penelitian pencarian kebenarannya -hasil2 
> (sementara)nya terus menerus dikomunikasikan ke masyarakat. Banyak 
> positif-nya, tp ada juga negatifnya, terutama ketika berhadapan dg 
> establisme otoritas keilmuan yg ortodoks dan kaku. Bahkan sampai 
> menimbulkan
> konflik2 yg sbnarnya tdk perlu terjadi kalau masing2 pihak legowo dan 
> mau "mendengarakan" dlm berkomuniKasi.
>
> Menarik untuk diikuti. Scientific truth (or false) in the making - 
> pembuktian kebenaran (kesalahan) saintifik yg sama2 disaksikan masyarakat.
> Harusnya tdk perlu ada yg sampai merasa tersinggung dg berbagai klaim 
> yg saling dilemparkan ke masyarakat. Bisa jadi kebenaran ilmiah 
> dikLaim sbg miliK segelintir dewa dan otoritas lembaga, tapi kebenaran 
> hakiki adlh yg paling membawa manfaat buat bangsa-masyarakat dunia 
> akhirat sebagai proxy untuk mendekati kebenaran mutlak yg dimiLiki Allah 
> subhanahuwata'ala.
>
> Kelemahan lain dari science journalism model langsung2 spt digambarkan 
> di atas adalah: hasil2 awal - sementara dari penelitian bisa saja 
> dipersepsikan oleh masyarakat sebagai hasil final / hasil akhir, yang 
> mana hal tsb dapat menimbulkan kekecewaan nantinya apabila ternyata di 
> hasil akhirnya tidak sesuai dengan hipotesa. Bagi peneliti-saintis, 
> hal tersebut tidak menjadi masalah. Hipotesa itu dibuat untuk 
> dibuktikan benar atau salahnya. Bagi masyarakat yang kadung percaya 
> bahwa hipotesa itu adalah kebenaran, maka
> hasil2 awal yang mendukung hipotesa bisa memelesetkan kepercayaan 
> mereka kepada hasil akhir yang tidak sesuai dg hipotesa. Pasti2nya: 
> kalau nanti tidak terbukti bahwa Gn Padang itu tidak punya ruang bawah 
> tanah, tidak sebesar 10x Borobudur, hanya produk budaya seperti 
> pengertian semula yang 2500th-an saja, maka masyarakat yang 
> mengharapkan masa lalu Indonesia yang gemilang akan kecewa (dan 
> mungkin malah tidak mempedulikan hasil akhir tersebut). Sementara 
> masyarakat yang konon katanya lebih realistis dan menganut 
> konsep-teori mainstream budaya linear manusia akan merasa lega, karena 
> otoritas keilmuannya tidak lagi terbantahkan.
>
> Tapi apakah hasil awal itu, dan apakah hasil akhir itu? Selama saintis 
> tetap berpikir kritis, selama sains terus ada dan tidak dikekang, maka 
> semua hasil adalah hasil awal. Dan kita semua harus secerdik2nya 
> memanfaatkan kesementaraan hasil sains yang selalu awal itu untuk 
> kepentingan yang lebih
> luas: kesejahteraan manusia. Jangan sampai ada hasil akhir. Jangan 
> sampai kita berhenti.
>
> THE EXPLORER VS MAINSTREAMER
>
> Coba lihat itu kasus Gn Padang, bagaimana proses aksi-reaksi yang 
> terjadi pada inisiatif masyarakat yang disebut sebagai Tim Terpadu 
> Riset Mandiri Gn Padang yang sejak 2010-2011 mulai meneliti Gn Padang 
> dengan berbagai metoda geologi-geofisika, arsitektur dan arkeologi 
> itu. Tim ini difasilitasi oleh Andi Arief untuk kemudahan perijinan 
> kerja legal-formalnya tapi tidak sepeserpun Tim ini mendapatkan dana 
> u/penelitian Gn Padang dari Andi Arief atau pemerintah, semua pake 
> biaya pribadi sendiri-sendiri ataupun dari ngumpulin dana tidak 
> mengikat dari penyumbang2.
>
> Di dalam fasilitasi dan kepemimpinan AA tsb dilakukan penyiaran terus 
> menerus hasil2 kerja sementara Tim lewat kuatnya jaringan media yang 
> dapat dijangkau oleh bekas aktivis mahasiswa 98 ini. It is a science 
> journalism militant works indeed. Akibatnya juga "militant": yaitu Gn 
> Padang akhirnya menjadi pusat perhatian masyarakat lebih dari 
> sebelum2nya. Jumlah kunjungan meningkat meroket tajam dalam 2 tahun 
> terakhir ini. Pro dan kontra-pun terjadi terus menerus. Analisis2 
> sementara dari data2 geologi-geofisika-arsitektur-arkeologi seringkali 
> langsung dilemparkan begitu saja ke masyarakat, sehingga membuat 
> masyarakat menjadi "bergairah", sekaligus "resah".
>
> Resah???!!! Tentu saja! Karena hasil-hasil sementara itu seringkali 
> bertentangan dengan kesimpulan2 lama tentang budaya - kebudayaan - 
> teknologi - arkeologi mainstream yang dianut-diyakini oleh sebagian 
> besar saintis2 "pemerintah" dan individu2 swasta mainstream lainnya. 
> Itulah yang membuat para saintis mainstream merasa tertantang. Maka 
> setelah dengan segala cara dilakukan counter-argument, counter-berita, 
> maupun lewat pertemuan2 -
> diskusi2 yang difasilitasi ternyata masih juga Tim Terpadu tersebut 
> tidak bisa dicegah pengaruhnya (karena yang mengcounter hanya 
> mengandalkan data2 lama, atau analogi2 belaka dan waktu itu belum 
> melakukan survey tandingan ke Gn Padang), maka dilakukanlah penelitian 
> resmi yang dibiayai pemerintah memakai uang Negara pada akhir 2012 
> (Oct-Nov 2012) oleh lembaga pemerintah yang berwenang dg tujuan 
> membuktikan bahwa klaim Tim Terpadu tersebut tidak benar. Dan sesuai 
> dengan tujuannya, riset tandingan itupun akhirnya menyimpulkan bahwa 
> klaim Tim Terpadu ttg umur yang tua, luas, tinggi dan besar yang jauh 
> melebihi aslinya, teknologi canggih yang membangunnya, kemungkinan ada 
> rongga/ruang di bawah situs puncaknya: semua itu TIDAK BENAR. Meskipun 
> Tim verifikasi tsb tidak memakai alat dan metode geofisika yang sama, 
> tidak melakukan pemboran, tidak melakukan karbon dating, dan berbagai 
> metodologi seperti yang dipakai oleh Tim Terpadu. Dan parahnya:
> kedua tim tersebut (Tim Terpadu Mandiri dan Tim Pemerintah) tidak 
> pernah bertemu untuk membahas satu persatu pokok bahasan, temuan, 
> konsep, perhitungan, dan analisis yang masing2 mereka lakukan.
>
> Kemudian di akhir 2012 dan triwulan pertama 2013 ini, Tim Terpadu-pun 
> terus melakukan kerja risetnya. Kali itu mereka tidak lagi meneliti 
> daerah SITUS yang benar2 sudah dianggap sebagai situs yang dilindungi 
> oleh Undang2, yaitu di bagian atas yang sdh dipagari sesuai dg SK 
> Mendikbud No.
> 139/M/1998
> tertanggal 16 Juni 1998. Tetapi Tim Terpadu justru ingin membuktikan 
> kemenerusan situs itu ke timur, barat, dan utaranya, dan secara lebih 
> khusus melakukan ekskavasi di tanah masyarakat (yang tidak dianggap 
> sebagai situs, karena di luar pagar dan tidak masuk dalam penetapan SK 
> Mendikbud).
> Ekskavasi itupun RESMI MENDAPATKAN IJIN dari Bupati Cianjur (karena 
> belum ditetapkan sebagai daerah situs maka ijinnya dari Bupati).
>
> Apa yang ditemukan dan kemudian di-lab-analyses dan direkonstruksi-kan 
> oleh Tim Terpadu dari hasil "ekskavasi" sesi terakhir mereka itu 
> ternyata semakin menambah keyakinan bahwa luasan - besaran - dimensi 
> Gn Padang jauh lebih besar dari apa yang menyembul muncul di 
> permukaannya yang terlihat di puncak sebagai situs 900m2 itu. Masih 
> ada puluhan meter"badan situs" yang menerus ke arah lereng timur, dan 
> selain itu dari hasil ekskavasi 4,5 meteran di luar situs resmi, 
> didapatkan "semen-purba", slag-besi, alat potong besi, dan fenomena2 
> pecahan batu yang tersusun tidak alamiah.
>
> Ditambah dengan puluhan data akuisisi bawah permukaan baru yang lebih 
> rinci, maka fakta2 baru di atas mendorong Tim Terpadu untuk 
> memformalkan proses "pengulitan" lereng timur Gn Padang melalui 
> program "Ekskavasi Bersama Masyarakat" yang sebenarnya adalah usaha 
> untuk membersihkan bangunan luar lereng timur Gn Padang dari tanah 
> penutup 50cm - 2meteran tebalnya.
> Dan
> itupun adalah daerah yang selama ini bukan dianggap sebagai situs. 
> Justru dengan pembukaan atau pengulitan atau "ekskavasi" inilah maka 
> bentuk luar dari bangunan lereng timur Gn Padang itu akan menampakkan 
> dirinya. Barulah setelah itu akan dilakukan penelitian lebih lanjut KE 
> DALAM - menjajaki kemungkinan adanya rongga-ruangan seperti yang 
> diindikasikan dari interpretasi geofisika-geologi bawah permukaan, 
> sambil diusulkan - diproses untuk menjadi daerah situs yang 
> dilundungi. Tentu saja proses ekskavasi yang melibatkan masyarakat di 
> daerah non-situs itu akan dikawal oleh tenaga2 ahli arkeologi dan 
> kelengkapan profesi yang mengiringinya: geologi, geofisika, lingkungan 
> dsb. Bukan sembarangan ekskavasi.
>
> Lalu, kenapa sampai ada petisi yang menolak segala acara untuk 
> membersihkan - menguliti - mengekskavasi lereng timur Gn Padang yang 
> tidak termasuk ke dalam situs resmi itu? Kenapa usaha untuk 
> membuktikan kebesaran monumen teknologi tinggi bangsa kita jaman 
> ribuan tahun lalu itu pake dipetisi-petisi disuruh berhenti? Salah 
> persepsi? Kurang komunikasi?
>
> Entahlah. Sit.
> Coba kamu analisis, kenapa ini semua terjadi.
>
> ADB - geologist merdeka (bapaknya Gesit Mutiarta)
>
> Quoting "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id>:
>
>> Saya sudah beberapa tahun tidak masuk mailing list ini, dan waktu 
>> saya mendapatkan akses kembali ternyata perdebatan G. Padang masih berlanjut.
>> Beberapa hari ini saya termenung apakah yang terjadi dengan ilmu 
>> geologi di Indonesia ini? Ini menjadi pikiran, sayapun merenungkan 
>> masalah ini terutama menjelang tidur. Akhirna saya tuangkan renungan 
>> itu dalam bentuk tulisan terlampir yang cukup panjang, dengan harapan 
>> bahwa dengan selesainya renungan ini saya dapat tidur dengan pulas.
>> Wassalam
>> R.P.Koesoemadinata
>>
>>
>>
>> ----- Original Message ----- From: "Sujatmiko" <m...@cbn.net.id>
>> To: <iagi-net@iagi.or.id>
>> Cc: "MGEI" <economicgeol...@yahoogroups.com>
>> Sent: Sunday, May 05, 2013 6:11 PM
>> Subject: [iagi-net] HASIL GEOLISTRIK-GEORADAR : G.PADANG ADALAH GUNUNG
>> API
>> PURBA
>>
>>
>>> Rekan-rekan IAGI yang budiman,
>>>
>>> Di postingan mang Okim tanggal 2 Mei 2013  berjudul  Petisi 34 : Situs
>>> Gunung Padang Terselamatkan , disebutkan bahwa dari hasil peninjauan ke
>>> lokasi lobang ekskavasi di tebing timur Teras III ( mang Okim salah,
>>> yang
>>> benar Teras I ), mang Okim dkk menyimpulkan bahwa beberapa balok andesit
>>> yang terlihat di lokasi tersebut adalah fenomena alamiah, bukan produk
>>> budaya. Selanjutnya diinterpretasikan bahwa batuan andesit penyusun
>>> Gunung
>>> Padang hanya nongol di permukaan Teras I , Teras II, dan  Teras III,
>>> sedangkan  Teras IV dan V  tertutup oleh produk klastik gunung api yang
>>> telah lapuk.  Dari  tulisan Pak Danny Hilman di VIVAnews Senin 1 April
>>> 2013,
>>> interpretasi mang Okim dkk tersebut ternyata tidak berbeda dengan hasil
>>> interpretasi geolistrik -georadar di lintasan sekitar lobang ekskavasi
>>> Teras
>>> I.
>>>
>>>
>>>
>>> Cobalah rekan-rekan simak dengan seksama sebagian dari  tulisan Pak
>>> Danny
>>> Hilman di bawah ini . Seandainya Tim Mandiri tidak tergesa-gesa
>>> menganggap
>>> bahwa balok-balok andesit di lobang ekskavasi adalah struktur bangunan (
>>> gara-gara susunannya yang dianggap bikinan orang dan ada bahan pengisi
>>> yang
>>> diyakini sebagai semen purba ), maka hasil interpretasi
>>> geolistrik-georadar
>>> sudah sangat sesuai dengan kenyataan di lapangan yaitu  bukit Gunung
>>> Padang
>>> adalah lapisan batuan ( andesit ) dengan ketebalan 30-50 meter. Analisa
>>> petrologi oleh Dr. Andri Subandrio demikian juga, sangat aneh bahwa
>>> retakan-retakan mikroskopik pada sayatan tipis batu kolom andesit
>>> diduga
>>> non-alamiah. Kalau non-alamiah, apakah retakan mikroskopik tersebut
>>> hasil
>>> kerjaan manusia prasejarah ???
>>>
>>>
>>>
>>> Hal lainnya yang membuat mang Okim bersorak gembira adalah interpretasi
>>> Pak
>>> Danny Hilman tentang adanya lidah lava dengan leher intrusinya  di area
>>> selatan Situs Gunung Padang. Nah, kalau sudah demikian, mengapa Tim
>>> Mandiri
>>> masih keukeuh menyatakan bahwa Gunung Padang adalah Bangunan Mahakarya
>>> Peradaban yang Hilang ta' iya !!! Bukankah yang dijelaskan Pak Danny
>>> Hilman
>>> tersebut , yang didasarkan pada hasil interpretasi geolistrik-georadar ,
>>> adalah fenomena geologi dari sebuah gunung api purba ???  Sehubungan
>>> dengan
>>> itu, marilah kita tinggalkan imaginasi yang tidak-tidak tentang isi
>>> perut
>>> Gunung Padang. Bangunan Megalitik Punden Berundak yang ada di atasnya
>>> sudah
>>> berstatus terbesar dan termegah di kawasan Asia Tenggara.  Janganlah
>>> kita
>>> merindukan burung di langit, sementara burung di tangan dilepaskan.
>>>
>>>
>>>
>>> Salam Cinta Geo-Arkeologi
>>>
>>>
>>>
>>> Mang Okim
>>>
>>>
>>>
>>>
>>> ----------------------------------------------------------------------------
>>> -----------------------------------------------------------------------
>>>
>>> Gunung Padang, Mahakarya Peradaban yang Hilang
>>>
>>> ( Dr Danny Hilman ,VIVAnews 1 April 2013 ) :
>>>
>>> Sampai saat ini penggalian dilakukan baru sampai kedalaman 4 meteran
>>> saja,
>>> namun survei geolistrik memperlihatkan di bawahnya masih ada kenampakan
>>> struktur bangunan dengan geometri yang terlihat menakjubkan sampai
>>> kedalaman
>>> lebih dari 10 meter. Hasil survei geolistrik, dan georadar juga sudah
>>> dapat
>>> memperlihatkan struktur (geologi) bawah permukaan yang membentuk
>>> morfologi
>>> bukit Gunung Padang adalah lapisan batuan dengan ketebalan 30-50 meter
>>> yang
>>> mempunyai nilai tahanan listrik (resistivitas) sangat tinggi (ribuan
>>> Ohm-Meter) berbentuk seperti lidah dengan posisi hampir horisontal,
>>> selaras
>>> dengan bukit memanjang utara-selatan, dan miring landai ke arah utara.
>>> Jadi
>>> selaras juga dengan undak-undak teras yang dibangun di atasnya. Lapisan
>>> batu
>>> berbentuk seperli lidah ini juga mempunyai bidang miring yang rata ke
>>> arah
>>> barat dan timur bukit selaras dengan kemiringan lerengnya. Lapisan lava
>>> ini
>>> berada pada kedalaman lebih dari 10 meter di bawah permukaan.
>>>
>>> Dari data pemboran yang dilakukan oleh DR. Andang Bachtiar dan juga
>>> analisis
>>> mikroskopik batuan dari sampel inti bor yang dilakukan oleh DR. Andri
>>> Subandrio, ahli geologi batuan gunung api dari Lab. Petrologi ITB, dapat
>>> dipastikan tubuh batuan dengan resistivitas tinggi ini adalah batuan
>>> lava
>>> andesit, sama seperti tipe batu kolom dari situs Gunung Padang. Hal lain
>>> cukup menarik dari analisa petrologi adalah temuan banyaknya
>>> retakan-retakan
>>> mikroskopik pada sayatan tipis batu kolom andesit yang diduga
>>> non-alamiah.
>>> Soalnya, retakan itu memotong kristal-kristal mineral penyusunnya.
>>>
>>> Dari banyak penampang geolistrik, terlihat lidah lava andesit ini
>>> mempunyai
>>> leher intrusi (sumber terobosan batuan vulkanis dari bawah) berlokasi di
>>> area lereng selatan dari situs Gunung Padang. Jadi setelah cairan panas
>>> intrusi magma mencapai permukaan kemudian mengalir ke utara, dan setelah
>>> mendingin membentuk lidah lava tersebut. Yang masih menjadi teka-teki
>>> besar
>>> adalah apakah tubuh batuan lava di perut Gunung Padang ini adalah sumber
>>> dari batu-batu kolom andesit yang dipakai untuk menyusun situs?
>>>
>>>
>>>
>>>
>>
> 

Reply via email to