Saya berpendapat bahwa tidak dapat digeneralisasi tingkat penggunaan energi 
yang disematkan kepada Indonesia. Tingkat pemborosan energi yang tinggi 
tentunya akan dijumpai di wilayah kota besar yang tidak memiliki sumber daya 
energi sendiri, tetapi tanpa terkendali terus menyedot sumber daya dari daerah 
penghasil energi. Tingkat konsumsi dan pemacuan pembangunan di wilayah 
megapolitan/metropolitan yang melebihi kemampuan daya dukungnya hanyalah sebuah 
cermin kebijakan negara yang tidak pro pemerataan kesejahteraan.

Saya pikir ke depan negara dan pemerintah harus memajukan kebijakan yang lebih 
mengutamakan penggunaan sumber daya alam/energi untuk percepatan pembangunan di 
wilayah yang memiliki sumber energi itu sendiri. Sumber daya alam adalah untuk 
komunitas pemiliknya.

Dengan demikian, aliran sumber daya energi produksi dalam negeri ke 
megapolitan/metropolitan harus dikurangi secara signifikan. Rencana pembangunan 
infrastruktur serta pengolahan dan pemanfaatan energi di daerah luar 
megapolitan/metropolitan harus lebih diutamakan. Sehingga kebutuhan impor bahan 
energi sepenuhnya ditujukan untuk pemenuhan konsumsi di wilayah 
megapolitan/metropolitan, tanpa embel-embel subsidi dari kas APBN. Kalau mau 
subsidi diambil dari PAD (pendapatan asli daerah) masing-masing. Jadi pagu 
untuk biaya modal pembangunan wilayah di luar megapolitan/metropolitan dari 
APBN bisa lebih proporsional dan signifikan.

> Stop segala macam pembangunan MRT, kebijakan mobil murah, subsidi BBM, 
> jaringan listrik interkoneksi di Jawa-Bali, yang hanya membuat aliran sumber 
> daya manusia dan revenue sumber daya alam dari berbagai daerah terkumpul di 
> wilayah megapolitan/metropolitan. Stop juga segala ekspor SDA energi. 
> Komunitas tempat sumber energi berada adalah pemilik previllage pemanfaatan 
> SDA, bukan untuk disetor ke kas negara di pusat dan dikonsumsi wilayah 
> megapolitan/metropolitan.


Desain ke depan bagi aliran dan mobilitas SDM harus mengarah untuk mendukung 
pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di seluruh wilayah Negara Indonesia. 
Kuncinya adalah tersedianya infrastruktur transportasi, pendidikan, dan 
kesehatan yang berkualitas di seluruh wilayah negara agar para tenaga ahli dan 
juga masyarakat umum dapat hidup nyaman di semua wilayah.

Satu hal lagi, wilayah perbatasan harus menjadi wajah Negara dan pusat strategi 
kebijakan komunitas ekonomi regional seperti wilayah Kalimantan, Riau, Sumut, 
Aceh untuk Asean Community dan South China Sea Dispute; sedangkan Sulawesi, 
Maluku, Papua, Nusa Tenggara untuk APEC. Dengan demikian terjadi pemerataan 
center of excellence dari penanganan isu dan peningkatan peran sesuai geografi 
dan geopolitiknya.

Wassalam,
Wikan W

Sent from my iPad

> On 13 Agt 2014, at 22.54, "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id> wrote:
> 
> Ya boleh saja Pak Ong memberikan macem2 definisi dan rumus dari pemborosan 
> dengan konsep elasticitynya,  yang disamakan dengan eficiency, untuk 
> menunjukkan bahwa orang Indonesia itu boros energi
>  
> Tetapi yang jelas adalah konsumsi energi per kapita kita masih rendah. 
> Konsunsi energi  per kapita dan pendapatan per kapita adalah yang lebih 
> realistis.
>  
> Saya juga bisa berargumentasi bahwa orang berpendapatan rendah lebih boros 
> dari pada orang kaya. Orang berpendapatan rendah kalau beli mobil harus 
> nyicil dengan bunga entah berapa puluh percent dari harga mobil, dipaksa beli 
> asuransi lagi. Orang kaya bisa beli cash dan dapat discount lagi  Lebih-lebih 
> lagi orang miskin kalau beli barang kelontong saja atau alat dapur terpaksa 
> beli dari tukang kredit dengan bunga  sampai 200% dari harga barangnya, 
> karena terpaksa nyicil, tidak mampu.
>  
> Nah kalau orang miskin ittu dianggap lebih boros dari pada orang kaya, ya 
> silahkan.
>  Sudah miskin dianggap boros lagi
> Orang Belanda akan bilang "dat is te erg,  zeg", atau orang Sunda mah 
> bilangnya "teungteuingeun"!
>  
> Silahkan
> Hehehe lagi
>  
> Wassalam
> RPK
> ----- Original Message -----
> From: Ong Han Ling
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Wednesday, August 13, 2014 3:09 PM
> Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
> 
> Anggota IAGI yang saya hormati,
>  
> Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara 
> kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga 
> tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy?
>  
> Bagaimana kita mengukur keborosan energy?
>  
> Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk 
> bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai 
> untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak.
>  
> Keborosan atau kehamburan  energy Negara dapat diukur dari besarnya  
> elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara 
> Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. 
> Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross 
> Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan 
> sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = E (energy) / GDP.
>  
> Jadi kalau Energy yang dipakai  besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) 
> besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ 
> kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya. 
>  
> Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity 
> Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe 
> dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif.
>  
> COUNTRIES
> ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY
> INDONESIA
> <image004.png>1.84
> MALAYSIA
> 1.69
> TAIWAN
> WASTE OF ENERGY
>  
> 1.36
> THAILAND
> 1.15
> ITALY
> 1.05
> SINGAPORE
> ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is increase in 
> economic growth
>  
> 0.73
> FRANCE
> 0.47
> UNITED STATES
> 0.25
> CANADA
> 0.17
> JAPAN
> 0.10
> UNITED KINGDOM
> -0.03
> GERMANY
> -0.12               (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY)
>  
>  
> Beberapa contoh pemborosan:
> 1.        Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif 
> tidak begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan 
> dengan biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 
> 15,000 lebih murah dari di Jakarta. 
> 2.        Di Bandung tidak ada "industrial estate" yang besar. Pabrik tekstil 
> tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap 
> sebagai pengangur.
> 3.        SuperMall di kota2, kebanyakan jualan barang konsumtif, terutama 
> barang impor.
> 4.        Kemacetan yang terjadi dimana-mana adalah menghambur BBM.  
> 5.        Sukar kita mencari efficiency kalau harga BBM murah atau  
> disubsidi. Di Eropa, harga benzine dikenakan pajak 3 sampai 4X, hingga orang 
> berhemat. Mereka mencari alternatif energy yang lebih murah. Kita kebalikan. 
> Kita disubsidi, dan disuruh cari alternatif energy yang lebih murah dari 
> harga subsidi.  Mana mungkin.
> 6.        Artinya harga BBM murah menyebabkan keborosan dimana-mana. 
>  
> Salam,
>  
> HL Ong
>  
>  
> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Rovicky 
> Dwi Putrohari
> Sent: Tuesday, August 12, 2014 3:04 AM
> To: IAGI
> Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
>  
> Salah satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah 
> menyediakan transportasi.
> 
> Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi 
> di Indonesia dipakai untuk transportasi.
> 
> <image001.jpg>
> Menyelesaikan masalah transportasi sudah dipastikan akan meningkatlkan 
> ketahanan energi (sumber BPPT)
> Menyelesaikan (mengadakan) masalah transportasi (masal) sudah dapat 
> dipastikan menghemat energi. Bisa juga memperbaiki infrastruktur jalan bebas 
> macet, mungkin mengurangi banyak sekali konsumsi BBM.
> 
> Kita tidak dapat tidak dapat serta-merta mengatakan Indonesia itu negara 
> boros, walaupun dari elastisitas energi di Indonesia itu rendah. Karena di 
> Indonesia energi masih dipakai “untuk hidup”, bukan untuk berfoya-foya 
> energi. Untuk negara maju dimana kebutuhan energi perkapitanya tinggi, maka 
> “Elastisitas Energi” parameter yang hanya cocok utk ‘High GDP Country’.
> 
> <image002.jpg>
> Elastisitas vs GDP
> Saya memiliki plot lain tentang pemakaian energi perkapita dibandingkan 
> GDP-nya. Indonesia ternyata secara perkapita hanya sedikit menggunakan 
> energi. Saya kira Indonesia menggunakan energinya masih diutamakan untuk 
> hidup. Masih memerlukan banyak energi untuk memulai menggunakan energi dalam 
> berproduksi. Jadi ada satu titik dimana bila ditambah supply energi, energi 
> ini akan habis terus sampai mencapai titik balik. Nah    saya kira Indonesia 
> masih belum mencapai titik itu.
> 
> :-( “Jadi harusnya kinerjanya diukur pakai apa pakde ?”
> 
> :-D “Paling tidak jangan menggunakan tolok ukur negara maju untuk menilai 
> kinerja Indonesia yang belum menjadi negara maju. Sediakan dulu energi yang 
> CUKUP untuk rakyat, kemudian kita lihat kinerjanya”.
> 
> Plot ini menunjukkan bahwa penggunaan parameter elastisitas energi ini cocok 
> untuk negara-negara maju (high GDP). dimana semakin banyak energi yg 
> dimasukkan akan semakin tinggi produktifitasnya. Sedangkan untuk 
> negara-negara Low GDP, penggunaan parameter elastisitas energi justru akan 
> menghambat kemajuan.
> 
> Perlu dipikirkan, walau dikatakan bahwa Indonesia yang masih low productivity 
> dan low eficiency masih harus    dibanjiri energi supaya Indonesia mampu 
> berproduksi lebih efisien, kalau melihat konerja negara maju. Memang harus 
> melampaui titik jenuh energi. Nah ini tentusaja perlu kebaranian dan perlu 
> usaha dalam mengisi, atau menggelontori energi sebanyak mungkin. Malaysia 
> walaupun memiliki GDP lebih dari Indonesia tetapi perkapita mereka memerlukan 
> energi lebih besar dari Indonesia.
> 
> Sebenernya ada pertanyaan yg sangat tepat. “Kenapa jumlah ahli kebumian 
> (eksplorasi) bertambah tetapi produksi migas turun terus ?”
> 
> Kalau saja produksi energi “dinaikkan dan dipergunakan di dalam negeri” 
> barangkali Indonesia akan melewati titik jenuh, dimana ini perlu ‘keberanian’ 
> karena akan melewati titik kritis dimana menjadi negara dengan energi 
> perkapita meningkat tetapi jumlah energi perkapita melampaui titik kritis.
> 
> )* Note: Elastisitas energi atau elasticity “ε” merupakan perbandingan antara 
> banyaknya energi yang dipakai dibandingkan dengan besarnya GDP (kemajuan 
> ekonomi suatu negara).
> 
> 
> --
> "Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip".
>  
> 
> 2014-08-12 13:07 GMT+07:00 R.P.Koesoemadinata <koeso...@melsa.net.id>:
> Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi per 
> kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur tidak 
> punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan Amerika, 
> Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3 dari sumber 
> energi dunia
> Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa, 
> Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake BBM 
> bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros. Kalau 
> orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak usah 
> disuruh -suruh lagi hemat energi.
> Itu paradox-nya hehehe
> RPK
>  
>  
> ----- Original Message -----
> From: E.Bawa Santosa
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM
> Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
>  
> Yth : Pak Koesuma,
>  
> Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka 
> dengan joke pak RPK ini). 
> Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif 
> mengenai terminologi SDA “melimpah”.
>  
> He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan 
> “penghamburan” energi
>  
> Salam
> EBS
>  
> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of 
> koeso...@melsa.net.id
> Sent: 12 Agustus 2014 9:19
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
>  
> Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi 
> dong. Selesai dan tamatlah IAGI
> Hehe
> RPK
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: "E.Bawa Santosa" <eba...@cbn.net.id>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
>  
> Pak Yanto, apa kabar ??
>  
> BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA 
> kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan 
> bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy 
> mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.
>  
> Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana 
> pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan 
> calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang 
> sangat berlimpah (terutama O&G, Batubara, Panasbumi dan energi mineral 
> lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak 
> menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, 
> cadangan terbukti,...dll). 
> Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!
>  
> Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa 
> lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia 
> secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada 
> pemerintah (pengambil kebijakan).  
>  
> IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi” dan 
> “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.
> Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa 
> datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi
>  
> Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi 
> Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)
>  
> Salam IAGI,
> E. Bawa Santosa
>  
> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of 
> R.P.Koesoemadinata
> Sent: 12 Agustus 2014 7:08
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
>  
> Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan "masih berlimpah" itu 
> dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!
> Heheh
> RPK
>  
> ----- Original Message -----
> From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM
> Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
>  
> Pak Ong ysh
>  
> "Masih berlimpah " ,ini pembohongan publik yang luar biasa.
> Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya pernah 
> bertemu mukadengan beliau ,
> Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih 
> membuat pernyataan yang sama .
> Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?
>  
> Lainya saya sependapat dengan pak Ong.
>  
> si AbahYRS
>  
>  
>  
> 
> On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling <wim...@singnet.com.sg> 
> wrote:
>  
> 
> Teman2 IAGI,
>  
> Pertama-tama, saya ingin mengucapakan "Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 
> 1435 H". Maaf lahir dan bathin. 
>  
> Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.
>  
> Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui 
> salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk 
> "policy makers" bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi 
> besar sekali.
>  
> Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon 
> Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa 
> Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi 
> $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta 
> Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, 
> kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat 
> PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira 
> $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu).
>  
> Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak 
> dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. 
>  
> Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah "impor" LNG ke 
> Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.
>  
> Demi menenangkan publik dan juga untuk "boosting" keberhasilannya, Penjabat 
> sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert 
> pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang 
> mana?).
>  
> Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan 
> memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan 
> associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan 
> ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan "policy 
> makers", tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable 
> dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat 
> berlimpah gas.
>  
> Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan 
> hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 
> 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga 
> memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun 
> dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia 
> Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun 
> yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan.  
>      
>  
> Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang 
> produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 
> bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy 
> mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision 
> (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah 
> proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di 
> USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat 
> keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan 
>  proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu 
> dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari 
> Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela 
> berpacu dengan waktu       
>  
> Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, 
> menyebabkan "policy maker" mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar 
> Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) 
> dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit 
> listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, 
> Jakarta, telah  dilaksanakan. Demikian juga nantinya "import" dari Wiryagar 
> lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan 
> tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE).
>  
> Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke 
> Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus 
> dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang 
> terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan 
> swasta yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu. Ditambah biaya 
> operasi PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas dari  Kalimantan ke 
> Jawa adalah $10/mmbtu. Dengan catatan biaya tsb. belum termasuk harga gas.  
>  
> Dilain pihak, untuk Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga gas 
> dari K3S ke PLN $5,80/mmbtu sejak pertengahan tahun 2012, dari harga 
> sebelumnya cuma $3/mmbtu selama bertahun-tahun. Padahal  mendatangkan gas 
> dari Bontang ke PLN Jakarta, Pemerintah rela membayar $10/mmbtu untuk ongkos 
> angkut saja. Seyogianya K3S dibayar $15.80/mmbtu. Dengan harga tsb. K3S akan 
> giat melakukan eksplorasi di Jawa dan Sumsel dan bahkan berani memasang pipa 
> untuk delivery ke PLN. Gas di Jawa dan Sumsel, kalau dilihat dari "creaming 
> curve" masih banyak (WoodMac). Produksi gas di Jawa dan Sumatra Selatan akan 
> naik significant dengan menambah pemboran.
>  
> Sudah waktunya Pemerintah memberikan  keuntungan yang layak kepada mitranya, 
> K3S, yang sudah berpuluhan tahun beroperasi di Indonesia. Sejak lebih dari 10 
> tahun lalu, IPA sering protes mengapa gas dari K3S hanya dihargai antara 
> $1-3/mmbtu, namun Pemerintah terus impor diesel dengan harga $7/mmbtu. 
> Artinya, mengapa keuntungan diberikan kepada luar negeri dan para importir 
> hingga membuat eksplorasi gas mandek?
>  
> Menurut saya banyak kesalahan terjadi dibidang energy policy disebabkan data 
> yang tidak sesuai. Sebaiknya Pemerintah berkonsentrasi pada pekerjaannya, 
> termasuk memberi data yang benar. Kewibawaan Pemerintah perlu dijaga. IAGI 
> perlu membantu.
>  
> Maafkan kalau ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini.    
>  
> Salam,
>  
> HL Ong
>  
> 
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
>  
> 
> 
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
> 
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
> 
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
> 
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
> 
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
>  
> 
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
> =
> 
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
> 
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 

----------------------------------------------------

Siapkan waktu PIT IAGI ke-43

Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition

JAKARTA,15-18 September 2014

----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti

----------------------------------------------------

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

----------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.

----------------------------------------------------

Reply via email to