Benar juga, kelihatannya begitu apalagi kan sempat diwawancarai oleh salah satu stasiun TV swasta. ----- Original Message ----- From: Rayi P2W To: idakrisnashow@yahoogroups.com Sent: Wednesday, January 31, 2007 12:00 PM Subject: RE: Ida Arimurti Fw: IRONI DI MASJID "KUBAH EMAS" DEPOK
Sepanjang pengetahuan saya, kalau ada orang yang akan membangun masjid, maka masjid tidak bisa disebut milik si-pembuatnya. Biasanya masjid tersebut diwaqafkan untuk kepentingan agama. Kelihatannya si ibu Hajjah Dian ini berpikir karena sudah mengeluarkan banyak uang, masjid ini menjadi milikinya dan dibatasi pengunjungnya. Kalau demikian, saya kira masjid ini lebih tepat disebut museum daripada tempat ibadah. Barangkali ada yang bisa membantu dalil-dalilnya mengenai masjid? RY _____ From: idakrisnashow@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of savitri Sent: 31 Januari 2007 8:12 To: idakrisnashow@yahoogroups.com Subject: Ida Arimurti Fw: IRONI DI MASJID "KUBAH EMAS" DEPOK IRONI DI MASJID "KUBAH EMAS" DEPOK Kegundahan seorang Ayah Hari minggu tgl 14 Januari 2007, kami sekeluarga (istri dan kedua anak saya masing-masing berumur 9 dan 5 tahun) bermaksud pergi ke untuk sholat ashar di Masjid "Kubah Emas" (kalau tidak salah namanya Masjid Dian Al Mahri), Istri dan kedua anak saya begitu bersemangat untuk sholat di Masjid yang terletak daerah Meruyung, Depok tsb, Selain sholat saya juga ingin memberikan alternatif wisata rohani yang positif pada anak saya. Namun saat kami hendak masuk ke pintu gerbang Masjid, satpam penjaga melarang anak saya masuk dengan alasan masih di bawah 10 tahun (begitupula nasib sama dialami pengunjung lainnya). Saya melihat pengumuman yang memang menuliskan melarang anak usia dibawah 10 tahun masuk ke areal masjid dengan alasan untuk menjaga kebersihan, ketertiban, dan kekhusuan ibadah. Saya langsung terhentak kaget, kecewa karena seumur hidup saya baru kali ini saya menemui sebuah Masjid yang membuat larangan anak kecil masuk, bahkan ke halamannya saja tidak boleh. Yang semakin menusuk hati saya adalah kekecewaan yang begitu terlihat dari ekspresi anak saya terutama anak laki-laki saya yang berusia 5 tahun, dia heran dan bertanya "kenapa yah, aku tidak boleh masuk?, emangnya yang punya mesjid tidak suka anak kecil yah?". Saat itu saya tidak bisa menjawab apapun, jawaban seperti apa yang harus saya berikan pada anak saya?. Selama ini saya berusaha untuk selalu membiasakan anak saya sholat di masjid sebelah rumah. Namun saat ia begitu antusias untuk melihat Masjid yang begitu tersohor dan indah justru ia tidak bisa masuk. Akhirnya kami sholat Ashar di Mushola dekat pintu gerbang Masjid "Kubah Emas". Mushola yang -maaf- tempat wudhunya tidak terawat dan kotor namun welcome kepada kami termasuk anak-anak saya. Setelah sholat saya berpikir mengapa pemilik Masjid itu menerapkan sebuah aturan yang bahkan melebihi aturan di Masjidilharam? dimana ada orang yang thawaf terlihat membawa bayi dan tidak dilarang oleh Asykar (polisi kerajaan). Saya tidak pernah mendengar atau membaca sebuah ayat atau hadits yang melarang anak dibawah 10 tahun tidak diperbolehkan pergi ke Masjid. Yang saya tahu memang Rasulullah melarang anak kecil sholat di shaff terdepan bukan melarang datang sholat ke Masjid. Saya khawatir aturan di Masjid "Kubah Emas" ini melewati apa yang digariskan Rasulullah. Secara Psikologis , pelarangan ini tentu menjadi kontraproduktif dengan proses pengenalan dan pembiasaan dini agar anak dekat dengan Masjid dan mau ke Masjid. Bayangkan jika semua Masjid melarang anak dibawah usia10 tahun sholat di Masjid, maka Masjid akan kehilangan jama'ahnya sebab generasi mudanya tidak pernah dibiasakan pergi ke Mesjid. Generasi muda Islam akan semakin jauh dari tempat sujud ke Tuhannya dan mungkin mereka akan "phobia" dengan Masjid. Jika memang pemilik Masjid Kubah "Emas" ingin membatasi segmen pengunjung maka seharusnya jangan disebut Masjid, sebut saja "ini adalah tempat sholat pribadi kami yang berada di areal pribadi, setiap yang ingin sholat harus ikut peraturan keluarga kami". Sebab jika disebut Masjid maka sudah memasuki dimensi publik dimana semua muslim berhak sholat di Masjid manapun termasuk dengan anak-anaknya. Tentu setiap orang tua harus menjaga anaknya agar tertib. Terakhir saya berharap "pemilik" Masjid "Kubah Emas" (juga ke masjid manapun) mau meninjau kebijakannya. Anak adalah harapan masa depan Islam, mereka harus didik dekat dan cinta Masjid sejak dini, kalau tidak mereka akan lebih dekat pada "tempat" lain yang belum tentu membawa kebajikan bagi mereka.. Saya berharap pula, Masjid yang begitu megah, mewah dan konon menelan biaya ratusan milyar rupiah lebih ramai dengan kegiatan lainnya selain tempat sholat, seperti pengajian dan pengkajian dan seminar Islam, mentoring/pengajian bagi anak-anak yang pasti akan tertarik karena halamannya luas dan indah. Betapa mubazirnya Masjid ini jika hanya dipakai "hanya" untuk sholat dan itu pun dibatasi. Kita bisa berkaca pada Masjid Nabawi pada awalnya dijaman Rasulullah masih hidup, dibangun secara sederhana, dengan atap dari pelepah kurma, dinding dari lumpur yang dikeraskan. Namun Masjid itu begitu kaya dengan aktivitas, menjadi tempat Rasulullah membina ummatnya, bermusyawarah tentang masalah ummat Islam, mengatur strategi, menimba ilmu dan disitulah peradaban Islam mulai dibangun. Saya pribadi masih punya PR untuk menjelaskan kepada anak laki-laki saya agar ia tidak salah "belajar", jangan sampai ia punya persepsi bahwa Masjid bukan tempat anak-anak untuk dekat sama Tuhannya.., naudzubillah minzalik. Hilmy Wahdi. Psikolog Alumnus UI Mahasiswa Program Doktor UNJ Dosen tidak tetap di FE UI ekstension Ayah dari dua anak yang sedang belajar untuk dekat dengan Tuhannya. "Ini Rumah Allah Apa Bukan Sih...???" "Ini Rumah Allah apa bukan sih..??" "Rumah Allah apa Rumah jin..?" demikian ucap irfan (5 tahun) sore tadi, tepat jam 17.30, beberapa menit menjelang waktu maghrib tiba. Ceritanya sore tadi (15/1) saya ajak irfan dan raissa (2 tahun) mengunjungi Mesjid 'termegah' di Kota Depok, atau bahkan se-Indonesia yang terletak desa Meruyung, limo, Depok. Mesjid Emas, demikan bangunan super megah ini biasa disapa. Kesan megah bak sedang di negeri khayangan tampak terlihat di depan mata, selepas kita memarkir kendaraan di muka gerbang bangunan. Lokasi parkiran yang letaknya lumayan jauh dari gerbang Mesjid ini dikelola oleh beberapa pemuda, bak lokasi parkir ketika kita akan memasuki lokasi wisata, lengkap dengan karcis parkir dan tarifnya. Sebuah warung semi permanen tampak berdiri di ujung lokasi parkir itu. Beberapa mobil dan motor asyik berkumpul bersama di bawah pohon, menunggu pemiliknya kembali dari melihat 'kejaiban dunia' di bawah sana. Dari lokasi parkir menuju gerbang Mesjid kami berjalan sambil terkagum kagum melihat pemandangan di bawah sana. Irfan tampak gembira sekali karena tidak lama lagi akan mendekati bangunan tersebut. Sebuah kubah emas besar terlihat terang bersinar memantulkan sinar matahari yang mulai redup. Jajaran taman yang maha luas terhampar di depannya. Menjelang gerbang mesjid tampak ada sebuah sebuah 'pos komando' yang berisikan para petugas keamanan. Portal gerbang terlihat diturunkan untuk mencegah masuknya mobil maupun motor ke dalam lingkungan Masjid. Sampai di depan Posko yang jaraknya masih sangat jauh dari bangunan Mesjid itu, tampak beberapa orang berkerumun. Tadinya kami mau langsung saja masuk ke dalam melewati portal tersebut karena toh kabarnya Mesjid ini sudah dibuka untuk umum. "Anak-anak nggak boleh masuk pak," salah seorang 'pengunjung' memperingatkan saya ketika kami akan melewati portal tersebut dengan didampingi dua 'kurcaci' kecil. "Ha..??!. Masa nggak boleh masuk ke halaman Masjid..?. Kenapa?". "Nggak boleh tuh ama Satpamnya." katanya. Penasaran, saya hampiri salah seorang Satpam. "Emang bener Anak kecil nggak boleh masuk gerbang Pak ?," tanya saya. "Iya, nggak boleh." "Kenapa..?". "Itu baca aja pengumumannya," jawab satpam berwajah biasa-biasa aja itu sambil menunjuk ke sebuah 'banner' besar yang isinya banyak sekali tulisannya. Beberapa pengunjung lainnya tampak menggerutu dengan aturan 'ajaib' ini. "Gimana sih. kalau masuk ke dalam Masjidnya sih mungkin gak papa dilarang. Ini masa mau ke dalam halamannya aja udah nggak boleh. Ini MEsjid apa 'apaan' sih ?" ujar salah seorang bapak yang menggendong bayi sambil berjalan balik ke arah parkiran kendaraan karena tidak diperbolehkan masuk ke halaman Mesjid. "Ya udah, kita ke Mal aja kalau nggak boleh masuk ke sini," ucap yang lainnya lagi sambil menggandeng anak-anaknya pulang. "Kalau nggak boleh masuk, bikin tempat penitipan anak dong di Pos Satpam," cetus seorang ibu yang tampak baru saja datang dan sempat terkesima dengan aturan larangan tersebut. Tidak lama kemudian datang serombongan 'wisatawan' melewati portal itu. Lagi-lagi di antara mereka terdapat anak-anak yang sepertinya berumur kurang dari sepuluh tahun. Anak-anak itu langsung berlari riang tanpa dosa melewati Posko keamanan menuju Mesjid nun jauh di sana. Salah seorang Satpam dengan sigap meneriaki dan memanggil anak-anak tersebut untuk tidak masuk ke pekarangan Mesjid. Para orang tuanya tampak kebingungan. "Kenapa Pak..?". "Anak-anak ngggak boleh masuk bu," jawab Satpam. "Kenapa..?". "Lihat aja tuh pengumumannya," Jawab Satpam santai. "Ini Mesjid apa bukan sih MI...??" tanya irfan ke umminya dengan nada kesal karena tidak boleh masuk. "Mesjid khan tempat Sholat ya. Koq irfan nggak boleh masuk..?". "Ini Mesjid siapa sih...?". Saya dekati lagi salah seorang Satpam di situ. "Yang bikin peraturannya emang bu dian (pemilik Mesjid, red) ya ?". "Iya." "Bu diannya ada nggak di dalam..?". "Nggak ada." "Kapan biasanya datang..?". "Nggak tau ya. Suka-suka dia aja sih." "Emang pengajiannya bu Dian biasanya hari apaan..?" "Hari Sabtu pagi, jam delapanan." Tidak puas dengan jawaban Satpam tersebut, saya coba telepon salah seorang 'penanggung jawab' Mesjid tersebut, yang nomer henponnya tertera di 'banner' larangan-larangan itu. Menjawab pertanyaan saya tentang larangan anak-anak di bawah umur 10 tahun masuk pekarangan Mesjid itu, ia membenarkan. Alasannya katanya karena dikhawatirkan anak-anak akan mengganggu ibadah di dalam Mesjid. "Tapi khan itu di dalam mesjid pak. Lha ini baru mau masuk gerbang aja sudah dilarang Satpam, jadi banyak yang 'keleleran' di depan Pos Satpam ?". "Iya, untuk sementara ini karena jumlah pengawas di dalam yang terbatas, makanya kami larang anak-anak masuk ke dalam." "Pengawas apaan..?. Sementaranya sampai kapan..?. Di papan pengumuman nggak tertulis sementara tuh" . "Ya kami tidak tahu. Kita lihat saja nanti," ujarnya. "Harusnya dari depan jalan raya itu Bapak sudah buat pengumuman anak-anak dilarang masuk, jadi mereka tidak kecewa tertahan di depan Posko," saran saya. Akhirnya kami pun bersiap-siap pulang, dan tidak jadi menunaikan Shalat maghrib di mesjid milik Dian Al mahri itu. Beberapa keluarga yang membawa anak-anak dan bayi juga mengurungkan niatnya untuk shalat di sana. "Lah gimana..?. kalau kita masuk, anak-anak siapa yang jagain..?. Masa sih ganti-gantian jaga di pos satpam." Di perjalanan pulang, lagi-lagi irfan 'ngedumel'. "Korq irfan ama adek nggak boleh masuk sih..?. " Itu Rumah Allah apa bukan ya..?" " Rumah Allah apa Rumah Jin....???." (nc) ps. 1.Secara warga depok yg punya balita ([EMAIL PROTECTED] <mailto:BA-depok%40yahoogroups.com> s.com), yang mo protes larangan 'balita' masuk pekarangan Mesjid ini, bisa SMS ke 0818-954408 (pengelola Mesjid) 2. Klo poto2nya gak bisa dilihat, bisa klik www.irfan-raissa.blogspot.com (insya allah bakal diaplod ASAP), atau japri ke saya. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin accept no liability for any loss or damage arising from the use of this E-Mail or attachments. Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin accept no liability for any loss or damage arising from the use of this E-Mail or attachments. [Non-text portions of this message have been removed]