Cuma membuat analogi...
Our friend said:
>Nah khan, semakin kentara saja akal bulus si TNI Abunawas. Sejak kapan sih
>TNI itu diberi mandat menentukan jadi tidaknya SU MPR? Tidak tahu malu.
Saya jadi ingat teman saya ketika membuka bengkel kecil-kecilan dekat
rumahnya, sewaktu usahanya tampak berjalan dan banyak orang mampir kesana
untuk mereparasi. Teman saya di datangi orang dari RW(Rukun Warga) agar
berpartisipasi dalam menjaga keamanan dengan sumbangan untuk para hansip,
tak lama kemudian juga didatangi orang dari koramil untuk keamanan wilayah.
Asumsi teman saya berarti khan sudah aman dan persoalan selesai, meskipun
ia ragu pengertian KEAMANAN adalah rasa aman dari gangguan SIAPA ? karena
warga dan tetangganya dikenal baik.
Tapi ternyata teman saya juga didatangi PREMAN atau JAGOAN setempat yang
minta UANG KEAMANAN juga. Kalau tidak diberi takut nanti ada GANGGUAN dari
ANAK-ANAK Menurut sang PREMAN, kalau berpartisipasi dan sudah kasih uang
sama si PREMAN maka teman saya tidak akan diganggu karena si PREMAN yang
akan MENGURUS MEREKA.
Ketika hal tersebut disampaikan pada bapak-bapak di KORAMIL maupun SANG
HANSIP, mereka hanya menjawab, "Sudahlah BAGI-BAGI REJEKI sama mereka biar
mereka nggak ribut,nanti kalau mereka masih ribut juga biar KITA yang
BERESIN DEH...
Teman saya bertambah bingung, sebenarnya yang MENCIPTAKAN KEAMANAN DAN
KETIDAK AMANAN itu siapa sih ????.
Apakah KETIDAK AMANAN itu harus di buat terlebih dahulu lalu DIAMANKAN oleh
mereka yang merasa sebagai PIHAK KEAMANAN ???
Lalu ketika teman saya membaca koran ia juga bertanya...
Apakah pengunduran SU agar AMAN itu sebenarnya AMAN dari SIAPA ????
Ada yang bisa JAWAB pertanyaan teman saya itu ????
Barangkali bung Yusup atau bung Satrio bisa jawab.