simpati saya buat staf kbri dan bapak wiryono.
semoga permasalahan ini bisa menjadi perhatian bagi warga oz.

terus terang, saya juga merasakan perasaan yang sama terhadap
pemerintahan oz. mungkin untuk waktu2 mendatang hal2 yg menyakitkan
seperti ini bisa sangat mempengaruhi dalam menentukan kerjasama dengan
pihak oz.

sekarang saya baru bisa memahami, kenapa banyak sekali demo
dikedutaan/perwakilan oz di ri. ternyata kasus tim-tim membawa luka yg
teramat dalam bagi persahabatan ri-oz.

salam prihatin,
raras

ps:
kepada sammy (juga yg lain), silahkan 'memaki-maki' saya lagi kalo saya
menyatakan simpati ini atau 'mendramatisir' berita ini.

=====forward=====

Suara Pembaruan 19/9/1999

Dubes Wiryono:

Perilaku Orang Australia Menyakitkan

Canberra, Pembaruan

Di saat krisis hubungan RI-Australia meningkat, dan demonstran 
anti-Indonesia memblokir gerbang masuk KBRI, dari Canberra 
dilaporkan, seluruh staf KBRI Canberra tetap bekerja penuh 
semangat.

Tugas-tugas KBRI dan layanan jasa konsuler tetap berjalan 
normal, meskipun harus berkantor di kediaman Dubes RI dengan 
peralatan terbatas.

Namun Dubes RI untuk Australia Wiryono Sastrohandoyo 
menegaskan, semua aksi orang Australia belakangan ini, telah 
telanjur menyakiti hari banyak rakyat Indonesia. Dan ini yang 
dikhawatirkan, karena sakit hati rakyat Indonesia akan
mendalam, lama dan sulit diobati,'' kata Dubes RI tersebut, Jumat 
(17/9) kemarin.

"Kami sudah umumkan kepada seluruh masyarakat Indonesia 
maupun Australia yang membutuhkan jasa konsuler KBRI untuk 
sementara pindah ke Wisma Indonesia," kata Kepala Bidang 
Konsuler KBRI Canberra Philemon Arobaya, di Wisma Indonesia 
Canberra, Jumat.

Dubes RI Wiryono dan seluruh stafnya sejak 6 September lalu 
terpaksa berkantor di Wisma Indonesia, tempat kediaman resmi 
Dubes RI, karena KBRI Canberra terus diblokir para demonstran 
anti-Indonesia.

Philemon menyatakan, setiap harinya dokumen pengurusan visa 
yang masuk tidak banyak berubah. Yaitu antara 10-20 dokumen 
per hari.

Hanya saja surat masuk tetap belum bisa diterima karena 
perusahaan jasa kurir juga diboikot, katanya.

Karena itu, kata dia, kegiatan komunikasi lewat faksimil dan kawat 
diplomatik dimaksimalkan oleh staf Bagian Komunikasi KBRI 
Canberra, yang bekerja secara bergantian.

Staf Bidang Konsuler Indra Kartika menyatakan, KBRI tetap 
berusaha memberikan pelayanan secara maksimal. "Tetapi karena 
sarana yang terbatas, maka kegiatan pengisian formulir visa 
terpaksa menggunakan meja tenis di garasi," katanya.

Sedangkan rapat staf KBRI dilakukan di ruang makan. Bidang 
Perdagangan, Ekonomi dan Penerangan bekerja di meja besar di 
teras belakang, sedang Bidang Politik memakai ruang tamu.

"Kita tetap bekerja, cuma kendalanya sarana komputer di wisma 
hanya dua unit, sambungan telepon juga terbatas," kata Staf 
Bidang Ekonomi Tuti Wahyuningsih. 

Protes

Menurut Dubes Wiryono, pihaknya belum kembali bekerja di KBRI 
selama pihak keamanan Australia tidak dapat menjamin 
keselamatan staf KBRI dan membubarkan para pengunjuk rasa.

Wiryono mengaku telah melayangkan surat protes kepada Deplu 
Australia mengenai tindakan kasar para pengunjuk rasa. Mereka 
seringkali mengeluarkan kata-kata kotor, mengejek para staf KBRI 
dan memukul dan menendang mobil milik staf KBRI.

Para pengunjuk rasa juga membentangkan spanduk bertuliskan

"Amnesti Internasional" di muka pintu masuk untuk memblokir 
semua kendaraan. Pemblokiran juga dengan menumpuk sepatu 
bekas di muka pintu masuk. Polisi setempat tidak bersedia 
menyingkirkan tumpukan sepatu dan spanduk itu dengan
alasan bahwa hak demonstrasi dilindungi UU Australia.

Dubes sangat menyesalkan argumen tersebut. Menurut dia, 
pihaknya tidak keberatan ada demonstrasi. Tetapi di negara 
manapun, demonstrasi ada aturannya, tidak seperti
di Australia.



__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com

Kirim email ke