Raras:
======
> saya rasa mengenai masalah 'beaya' yg tidak murah itu
> wajar saja. pepatah jawa (maaf kebetulan saya orang
> jawa) mengatakan 'jer basuki mawa bea'. jadi kalau
> kita ingin sejahtera tentunya harus ada pengorbanan.
> apalah artinya beaya itu jika dibandingkan beaya kita
> menumpas gerakan2 separatis seperti di aceh, papua,
> tim-tim, ambon dll?

WBMS:
=====
Jeng raras yang baik, saya mengerti maksud sampean. Tapi kalau kita
menggunakan cost-benefit approach (taela istilah apa pula ini; saya masih
kesulitan mencari terjemahan bhs. indonesianya untuk istilah ini), saya kira
untuk mereparasi negara kesatuan menjadi negara kesatuan yang baik dan
benar, sama-sama memakan biaya, sebagaimana halnya kalau kita mengubah
menjadi federal.

Kalau misalnya biaya "mereparasi" jauh lebih murah ketimbang mengganti
bentuk negara, sementara hasilnya sama bagusnya, kenapa tidak mereparasinya
saja. Bukankah sisa biayanya bisa untuk ngongkosi hal-hal lainnya yang juga
tidak kalah peliknya untuk dihadapi.

Raras:
======
> cuman kendalanya masalah informasi dan sosialisasi
> mengenai bentuk negara kesatuan dan federasi ini yg
> nampaknya sulit dilakukan secara cepat. sekarang
> berapa persen sih rakyat kita yg memahami bentuk
> negara federasi? saya perkirakan ini masih sangat
> kecil.

WBMS:
=====
Persis, sebagai orang yang awam akan bentuk negara, saya juga pengen tahu
apa sih bedanya negara kesatuan dan federal.

Raras:
======
> nah, cobalah kita sedikit bisa memahami orang2 yg
> melontarkan ide negara federasi tsb supaya rakyat kita
> lebih paham maksudnya dan bisa menentukan nanti.
> makanya saya cenderung menyetujui adanya negara
> federasi ini sebagai bentuk alternatif dulu supaya
> pengertian bentuk negara tsb bisa bersosialisasi di
> masyarakat kita.

WBMS:
=====
Begitu pula, kita juga harus bisa memahami apa sesungguhnya "mahluk" negara
kesatuan itu. Apa benar seperti yang jeng raras bilang identik dengan
sentralisasi. Tapi sepengetahuan saya sih, untuk kasus Korea Selatan
propinsi-propinsi di sana di beri kebebasan untuk mengembangkan daerahnya
masing-masing sebebas seperti negara bagian-negara bagian yang ada di negara
federal.

Lagi pula, mas amien rais, kalau boleh disebut sebagai salah satu orang yang
menawarkan negara federal, sebetulnya sikapnya sudah melunak. Dalam arti, ia
kemudian menawarkan untuk mengadopsi semangat federalisme untuk NKRI (bukan
mengubah bentuk negara). Ini artinya, ya itu tadi, setiap daerah
dipersilahkan mengelola sumber daya yang ada di daerahnya masing-masing
untuk kemakmuran mereka sendiri.

Raras:
======
> terus terang saya kurang setuju jika hanya aceh saja
> yg diberi kesempatan referendum, karena nanti daerah2
> lain pun akan menuntut hal yg sama. referendum baru
> berlaku apabila dilakukan secara nasional. sedangkan
> mengenai tim-tim karena statusnya yg agak 'menyimpang'
> mungkin kita masih bisa rela menerima referendum tsb.

WBMS:
=====
Saya juga ndak setuju. Cuman yang saya gumun (heran) daerah-daerah yang
minta merdeka atau referendum, koq daerah yang diperkirakan akan menjadi
most wealthy areas in the country ya?

Terus terang kalau begini caranya, saya khawatir dan kasihan terhadap
daerah-daerah yang bukan hanya miskin sumber daya alam tapi juga "miskin"
sumber daya manusia yang dapat mengangkat daerahnya menjadi lebih sejahtera.

Salam
WBMS

Kirim email ke