Ada yang punya petikan dialog pada acara terseut? atau rekamannya?
----- Original Message ----- 
From: "muslim insuffer" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <is-lam@milis.isnet.org>
Sent: Wednesday, April 20, 2005 11:11 AM
Subject: [is-lam] Fwd: [yisc_al-azhar] MELAWAN "Setan JIL" DI SARANGNYA


> 
> >bismi-lLahi-rRahmani-rRahiem
> >In the Name of God, the Compassionate, the Merciful
> >
> >
> >=== News Update ===
> >
> >MELAWAN "Setan JIL" DI SARANGNYA
> >Oleh : Erros Jafar 20 Apr, 05 - 7:21 am
> >
> >http://swaramuslim.net/EBOOK/more.php?id=1293_0_11_0_M
> >
> >
> >Pengantar Redaksi:
> >Pada tanggal 16 April 2005 lalu, berlangsung acara
> >bedah buku di UIN (alias IAIN) Jakarta. Buku yang
> >dibedah berjudul "Ada Pemurtadan di IAIN" karya
> >Hartono Ahmad Jaiz. Pemrakarsa acara tersebut adalah
> >anak-anak JIL.
> >
> >Hartono Ahmad Jaiz, sempat terkejut dengan banyaknya
> >audiens yang menghadiri acara ini. Jumlahnya seribu
> >lebih. Dan yang lebih mengagetkan lagi, massa yang
> >banyak itu justru berasal dari luar UIN, yaitu mereka
> >yang kontra JIL. Tentu saja kehadiran mereka itu
> >membuat komunitas JIL (dan anak-anak UIN pro JIL)
> >menjadi ciut.
> >
> >Sayangnya, atau culasnya, moderator yang pro JIL tidak
> >memberi kesempatan kepada audiens untuk terlibat dalam
> >tanya jawab. Meski demikian, kedua 'pakar' JIL
> >kedodoran menghadapi Hartono Ahmad Jaiz dan Muhammad
> >At-Tamimi.
> >
> >Kehadiran audiens yang kontra JIL dengan jumlah yang
> >tak terduga itu, nampaknya menunjukkan bahwa generasi
> >muda Islam kita memang masih banyak yang waras. Kedua,
> >menunjukkan bahwa kontribusi para aktivis Islam di
> >internet (terutama komunitas PKS dan SHT) yang turut
> >mensosialisasikan adanya acara tersebut, ternyata
> >cukup efektif. Ketiga, ini merupakan pertolongan Allah
> >SWT.
> >
> >Sayangnya, ketika 'cendekiawan dan misionaris JIL' ini
> >keok -bahkan di sarangnya sendiri- tidak ada satu pun
> >media massa yang mempublikasikannya. Oleh karena itu,
> >merupakan kewajiban kita untuk mempublikasikan laporan
> >pandangan mata di bawah ini yang disusun oleh akh Abu
> >Qori.
> >
> >
> >Mau Menyanggah Malah Kejeblos
> >
> >Maksud hati mau menepis dan menyanggah isi buku Ada
> >Pemurtadan di IAIN, tetapi yang terjadi justru
> >sebaliknya. Para misionaris JIL itu malah terperosok
> >ke dalam kubangan yang mereka sediakan sendiri. Forum
> >bedah buku yang semula diharapkan dapat 'membantai'
> >Hartono Ahmad Jaiz malah menjadi ajang pembuktian
> >bahwa di IAIN memang ada pemurtadan. Hujjah-hujjah
> >yang diajukan para misionaris JIL itu justru secara
> >tidak langsung malah meneguhkan adanya proses
> >pemurtadan di IAIN.
> >
> >Acara bedah buku karya Hartono Ahmad Jaiz itu
> >berlangsung di Masjid Kampus UIN (Universitas Islam
> >Negeri) Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta, Sabtu 16
> >April 2005 bertepatan dengan tanggal 7 Rabi'ul Awwal
> >1426 Hijriah.
> >
> >Tak dinyana, acara yang sepi promosi ini ternyata
> >dihadiri 1000-an peserta, sebagian besar justru
> >berasal dari luar kampus UIN. Sehingga, perhelatan
> >yang semula dirancang bertempat di Fak Ushuluddin dan
> >Filsafat, karena tidak mampu menampung audiens,
> >dipindahkan ke Masjid, khususnya di lantai 2 dan 3.
> >
> >Pembicara empat orang. Dua pembicara yang membuktikan
> >adanya pemurtadan di IAIN adalah Hartono Ahmad Jaiz
> >(penulis buku yang dibedah) dan Muhammad At-Tamimi
> >dari Purwakarta Jawa Barat. Sedangkan dua pembicara
> >lainnya -yang tampaknya membawa misi untuk menepis
> >adanya pemurtadan di IAIN namun justru
> >hujjah-hujjahnya menggunakan pemahaman, materi, dan
> >metode orang murtad- adalah Ulil Abshar Abdalla
> >kordinator JIL (Jaringan Islam Liberal) dan Abdul
> >Muqsith Ghazali MA dosen/alumni UIN Jakarta yang juga
> >termasuk penyusun CDL KHI (Counter Draft Legal
> >Kompilasi Hukum Islam) pimpinan Dr Musdah Mulia yang
> >telah dicabut Menteri Agama karena isinya meresahkan
> >dan bertentangan dengan Islam.
> >
> >Acara berlangsung seru, ada pekik Allahu Akbar dan
> >tepuk tangan bertalu-talu, meski moderator sudah
> >mengingatkan agar tidak bertepuk tangan di dalam
> >masjid.
> >
> >Materi, pemahaman, dan metode yang ditempuh Muqsith
> >dan Ulil justru menambah bukti bahwa apa-apa yang
> >ditulis di dalam buku Ada Pemurtadan di IAIN terbitan
> >Pustaka Al-Kautsar Jakarta setebal 280 halaman itu,
> >memang benar adanya. Karena, hujjah-hujjah dan metode
> >dua pembicara yang pro IAIN dalam membantah buku itu
> >memang diambil dari materi dan pemahaman kelompok
> >ataupun tokoh yang sudah dinyatakan kekufurannya oleh
> >para ulama.
> >
> >Atau, mereka menggunakan pemahaman mereka sendiri yang
> >tanpa dasar, lalu sampai berani menolak hadits yang
> >shahih, dan hukum Allah swt dalam Al-Qur'an. Di
> >samping itu masih disertai dengan
> >kebohongan-kebohongan untuk memberikan cap-cap sangat
> >buruk kepada penulis buku. Akibatnya, ketika
> >kebohongan-kebohongan itu dibalikkan oleh penulis
> >buku, maka terkuaklah kesempurnaan bahwa produk dan
> >bahkan dosen IAIN yang dijagokan untuk membela IAIN
> >justru lebih buruk dari yang telah ditulis di buku
> >itu.
> >
> >Artinya, isi buku Ada Pemurtadan di IAIN tidak lebih
> >seram dibanding dengan kenyataan yang ditemukan di
> >lapangan, melalui forum bedah buku tersebut.
> >
> >
> >Membela pemurtadan dengan pemahaman kufur
> >
> >Jalan yang ditempuh Muqsith dan Ulil dalam membela
> >IAIN ketika bedah buku itu adalah:
> >
> >     1. Berbohong dalam rangka memberikan stigma sangat
> >buruk kepada penulis buku.
> >
> >     2. Membela kemurtadan atau kekufuran dengan faham
> >kekufuran, dan justru ditawarkan kepada penulis buku
> >agar mempelajarinya. Bahkan mereka meng-klaim bahwa di
> >IAIN tidak ada pemurtadan, yang terjadi sesungguhnya
> >dalah proses adalah pluralisasi penafsiran. Dan yang
> >dijadikan hujjah adalah penafsiran orang-orang yang
> >sudah divonis oleh para ulama sebagai kafir ataupun
> >zindiq yaitu Ikhwanus Shofa' dan Ibnu 'Arabi tokoh
> >tasawuf sesat berfaham wihdatul adyan (menyamakan
> >semua agama) dan wihdatul wujud (satunya alam dengan
> >Tuhan).
> >
> >     3. Melecehkan penulis -yang banyak mengutip
> >ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi- dengan tuduhan
> >terlalu 'memberhalakan' huruf-huruf Al-Qur'an. Tuduhan
> >itu didibalikkan oleh penulis: karena penulis
> >mengikuti Al-Qur'an, maka pada hari Jum'at ia pun
> >melaksanakan shalat Jum'at; sedangkan Ulil, justru
> >leha-leha berseminar dengan orang Kristen membahas
> >tentang Tuhan di hari Jum'at dari jam 10 hingga 13 dan
> >tidak shalat Jum'at, tandas Hartono Ahmad Jaiz sambil
> >mengangkat Majalah Gatra edisi 26 Februari 2005 yang
> >memberitakan bahwa Ulil tidak Shalat Jum'at.
> >
> >     4. Memberi cap buruk kepada penulis sebagai orang
> >yang melanggar prinsip-prinsip dasar Al-Qur'an, karena
> >penulis tak membolehkan nikah beda agama. Penulis
> >menguraikan tentang dosen-dosen IAIN, Dr Zainun Kamal
> >dan Dr Kautsar Azhari Noer, yang menikahkan wanita
> >muslimah dengan lelaki Nasrani, dan lelaki muslim
> >dengan wanita Konghucu. Pernikahan itu bertentangan
> >dengan Al-Qur'an surat Al-Mumtahanah (60) ayat 10 dan
> >Al-Baqarah (2) ayat 221. Muqsith yang alumni dan dosen
> >UIN Jakarta justru membela dosen-dosen IAIN yang
> >melanggar ayat-ayat itu dan malahan memberi cap buruk
> >kepada penulis buku. Maka, Muhammad At-Tamimi dengan
> >tegas menyatakan penolakan terhadap ayat itu sebagai
> >sikap orang gila yang berbicara agama tetapi dengan
> >dalih "menurut saya".
> >
> >     5. Gagal memberikan cap buruk tentang akhlaq
> >penulis dan isi buku, karena tuduhan-tuduhan Muqsith
> >dan Ulil itu tak sesuai fakta, maka lebih drastis
> >lagi, Muqsith membela ajakan dzikir dengan lafal
> >anjing hu akbar, dengan mengemukakan bahwa dzikir
> >dengan lafal anjing hu akbar pun kalau niatnya... (tidak
> >jelas suara Muqsith karena suara hadirin gemuruh) maka
> >bisa meninggikan maqamnya. Ungkapan itu menjadikan
> >para hadirin berteriak gemuruh, menyiratkan
> >kejengkelan karena justru keluar betul keaslian produk
> >IAIN yang diangkat jadi dosen ternyata seburuk itu
> >pemikirannya dan keyakinannya. Bagaimana lagi para
> >mahasiswa asuhannya nanti.
> >
> >     6. Ulil berani menolak hadits shohih, walaupun
> >dirinya mengakui bahwa hadits itu shohih, hanya karena
> >keberanian menurut dirinya. Ulil juga mengakui bahwa
> >dirinya menulis di Kompas, tidak ada hukum Tuhan. Maka
> >Muhammad At-Tamimi menyebut Ulil sebagai orang gila
> >pertama dan Muqsith orang gila kedua. Karena Allah swt
> >telah menurunkan wahyu tetapi ditolak dan disebut
> >tidak ada hukum Tuhan. Ini jelas murtad, kufur.
> >
> >
> >Berbohong atau memutar balikkan
> >
> >Kebohongan yang dilontarkan, di antaranya Muqsith
> >mengemukakan bahwa penulis buku ini sampai menulis: Si
> >jompo Sinta Nuriyah. "Penulis ini akhlaqnya masih
> >akhlaq orang beriman atau tidak. Kalau orang beriman
> >tentunya tidak menulis seperti itu," kata Muqsith.
> >
> >Kebohongan itu dijawab oleh Hartono Ahmad Jaiz
> >(penulis), bahwa di buku Ada Pemurtadan di IAIN ini
> >tidak ada tulisan yang bunyinya si jompo. Yang ada
> >hanyalah penjelasan tentang keadaan, yaitu yang sudah
> >jompo. Lantas, lanjut Hartono, "yang tidak berakhlaq
> >itu yang mengubah perkataan ini atau siapa?" Dan juga,
> >"orang yang mengajak berdzikir dengan lafal anjing hu
> >akbar (di IAIN Bandung) malah dibela. Kemudian orang
> >yang tidak menulis si jompo dikatakan menulis si jompo
> >dan dianggap tidak berakhlaq. Ini yang tak berakhlaq
> >dan imannya perlu dipertanyakan itu siapa."
> >
> >Kebohongan yang kedua namun tidak sempat dibantah
> >karena sempitnya waktu, adalah perkataan Muqsith bahwa
> >Imam Ahmad dalam Kitab Mizanul Kubro (karangan
> >As-Sya'roni) disebutkan, menurut pendapat Imam Ahmad,
> >aurat wanita itu hanyalah qubul dan dubur (kemaluan
> >depan dan belakang).
> >
> >Perlu dikemukakan dalam tulisan ini, Muqsith yang
> >dosen dan alumni UIN Jakarta itu apakah ingin
> >mengkampanyekan agar wanita-wanita di bumi ini
> >bertelanjang atau bagaimana, yang jelas dia dalam
> >membela IAIN itu telah menyembunyikan sesuatu.
> >
> >Dalam kitab Mizanul Kubro itu ada wanita merdeka
> >(al-hurroh) dan wanita budak (al-ammah). Aurat wanita
> >merdeka adalah seluruh tubuhnya, kecuali mukanya dan
> >kedua telapak tangannya, menurut pendapat Malik,
> >Syafi'i, dan Ahmad dalam salah satu dari dua
> >riwayatnya. Menurut Abu Hanifah, seluruh tubuh wanita
> >adalah aurat kecuali mukanya, dua telapak tangannya,
> >dan dua telapak kakinya. Riwayat lain dari Ahmad,
> >(seluruh tubuh wanita adalah aurat) kecuali mukanya
> >saja. (Al-Mizanul Kubro Juz 1, halaman 170, cetakan I,
> >Darul Fikr Beirut, dalam hal syarat sahnya sholat
> >tentang menutup aurat).
> >
> >Aurat wanita budak (al-ammah) dalam sholat adalah
> >antara pusarnya dan lututnya seperti aurat laki-laki.
> >Ini menurut pendapat Malik, Syafi'i, dan salah satu
> >riwayat dari Ahmad; dan riwayat yang lain bahwa
> >auratnya (wanita budak/al-ammah) adalah qubul dan
> >dubur saja. (ibid). Dalam Kitab Mizanul Kubro itu
> >dijelaskan, yang diamalkan oleh salafus sholih adalah
> >yang pertama (aurat budak wanita, antara pusar dan
> >lutut) karena tidak adanya syahwat untuk melihat budak
> >wanita di luar sholat, lebih-lebih ketika sholat.
> >(ibid).
> >
> >Imam Ahmad dalam Kitab Mizanul Kubro bab shalat itu
> >dikutip pendapatnya bahwa aurat wanita merdeka
> >(al-hurrah) adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan
> >dua telapak tangannya atau bahkan seluruh tubuh
> >kecuali muka saja.
> >
> >Perlu dijelaskan kebohongan Muqsith dengan kenyataan,
> >bahwa wanita sekarang, pengertiannya ya wanita yang
> >disebut al-hurroh itu. Lalu kok bisa-bisanya Muqsith
> >Ghozali dosen dan alumni UIN Jakarta ini mengatakan
> >bahwa Imam Ahmad dalam Kitab Mizanul Kibro,
> >berpendapat bahwa aurat wanita itu hanyalah qubul dan
> >dubur. Itulah cara berbohong untuk mengkampanyekan
> >agar wanita sekarang yang sebagian mereka sudah
> >memperlihatkan pusarnya itu agar lebih bertelanjang
> >lagi.
> >
> >Kebohongan ketiga, Muqsith menganggap Hartono Amad
> >Jaiz melanggar prinsip-prinsip dasar Al-Qur'an, karena
> >Hartono mengharamkan nikah beda agama.
> >
> >Perkataan itu sendiri sudah menyembunyikan sesuatu.
> >Dalam buku itu sudah ditulis, yang dipersoalkan adalah
> >wanita muslimah dinikahi lelaki kafir, Non
> >Islam,Yahudi-Nasrani dan lainnya. Juga lelaki Muslim
> >menikahi wanita Konghucu. Lalu Muqsith mengatakan
> >bahwa tidak ada ayat yang mengharamkan nikah beda
> >agama. Itu juga menyembunyikan ayat, hingga dibantah
> >dengan seru oleh seorang pemuda/mahasiswa secara
> >spontan dengan mengacungkan Al-Qur'an.
> >
> >Kalau Muqsith tidak menolak Al-Qur'an, tentunya mau
> >mengakui, Ayatnya sudah jelas, QS 60: 10, QS 2: 221,
> >dan tentang kafirnya Ahli Kitab dalam Surat
> >Al-Bayyinah ayat 6. Dengan cara menyembunyikan ayat,
> >hingga justru menghalalkan nikah beda agama (seperti
> >yang telah disebutkan itu) adalah satu bukti justru
> >adanya faham yang dihembuskan dari UIN Jakarta adalah
> >yang menentang ayat Al-Qur'an itu.
> >
> >
> >Membela kekufuran dengan kekufuran
> >
> >Lebih nyata lagi ketika Muqsith membela IAIN dengan
> >faham kekufuran. Yaitu kilah bahwa IAIN tidak
> >mengadakan pemurtadan tetapi pluralisasi penafsiran.
> >Lalu yang diangkat sebagai contoh adalah faham
> >Ikhwanus Shofa' yang tidak perlu melaksanakan yang
> >fardhu-fardhu/wajib-wajib dan cukup dengan bertasbih.
> >
> >Hartono Ahmad Jaiz membalikkan kepada Muqsith, justru
> >faham yang tidak perlu mengerjakan yang
> >fardhu-fardhu/wajib-wajib itulah yang sebenar-benarnya
> >kekafiran. Dan itu sudah dikemukakan kekafirannya
> >dalam Kitab Tafsir Al-Qurthubi dan Imam Ibnu Taimiyyah
> >dalam Majmu' Al-Fatawa.
> >
> >Yang dimaksud Hartono itu adalah apa yang ditulis Imam
> >Al-Qurthubi yang dimulai dengan menukil ulasan
> >gurunya, al-Imam Abu al-'Abbas, mengenai golongan ahli
> >kebatinan yang dihukumi sebagai zindiq yaitu: "Mereka
> >itu berkata: Hukum-hukum syara' yang umum adalah untuk
> >para nabi dan orang awam. Adapun para wali dan
> >golongan khusus tidak memerlukan nas-nas (agama),
> >sebaliknya mereka hanya dituntut dengan apa yang
> >terdapat dalam hati mereka. Mereka berhukum
> >berdasarkan apa yang terlintas dalam fikiran mereka."
> >Golongan ini juga berkata: "Ini disebabkan kesucian
> >hati mereka dari kekotoran dan keteguhannya maka
> >terjelmalah kepada mereka ilmu-ilmu ilahi,
> >hakikat-hakikat ketuhanan, mereka mengikuti
> >rahasia-rahasia alam, mereka mengetahui hukum-hukum
> >yang detil, maka mereka tidak memerlukan hukum-hukum
> >yang bersifat umum, seperti yang berlaku kepada
> >Khidir. Mencukupi baginya (Khidir) ilmu-ilmu yang
> >terbuka (tajalla) kepadanya dan tidak memerlukan apa
> >yang ada pada kefahaman Musa." Golongan ini juga
> >menyebut: "Mintalah fatwa dari hatimu sekalipun engkau
> >telah diberikan fatwa oleh para penfatwa."
> >
> >Selanjutnya al-Qurtubi mengulas dakwaan-dakwaan ini
> >dengan berkata: "Kata guru kami r.a.: Ini adalah
> >perkataan zindiq dan kufur, dibunuhlah siapa pun yang
> >mengucapkannya dan dia tidak diminta taubatnya, karena
> >dia telah ingkar terhadap apa yang diketahui dari
> >syariat. Sesungguhnya Allah telah menetapkan jalan-Nya
> >dan melaksanakan hikmah-Nya bahwa hukum-hukum-Nya
> >tidak diketahui melainkan melalui perantaraan
> >rasul-rasul yang menjadi para utusan antara Allah dan
> >makhluk-Nya. Mereka adalah penyampai risalah dan
> >perkataan-Nya serta pengurai syariat dan hukum-hukum.
> >Allah memilih mereka untuk itu dan mengkhususkan
> >urusan ini hanya untuk mereka."
> >
> >"Telah menjadi ijma' salaf dan khalaf bahwa tidak ada
> >jalan mengetahui hukum-hukum Allah yang berhubungan
> >dengan suruhan dan larangan-Nya walaupun sedikit,
> >melainkan melalui para Rasul. Maka siapa yang berkata
> >"Disana ada cara lain untuk mengetahui suruhan dan
> >larangan Allah tanpa melalui para rasul atau tidak
> >memerlukan para rasul" maka dia adalah kafir, dihukum
> >bunuh tidak diminta bertaubat, dan tidak diperlukan
> >untuk tanya jawab dengannya (al-Jami' li Ahkam
> >al-Quran jilid 11, halaman 40-41, cetakan Dar al-Fikr,
> >Beirut).
> >
> >
> >Gejala Pemurtadan di IAIN
> >
> >Hartono Ahmad Jaiz menguraikan gejala-gejala
> >pemurtadan di AIN, di antaranya buku Harun Nasution
> >untuk IAIN berjudul Islam Dipandang dari Berbagai
> >Aspeknya menyatakan bahwa agama monotheisme itu Islam,
> >Kristen (Protestan dan Katolik), dan Hindu. Juga buku
> >Sejarah Pembaharuan Pemikiran Islam tulisan Harun
> >Nasution untuk IAIN diantara isinya menyebut Rifaat
> >At-Tahtawi (Mesir) sebagai pembaharu, dan bahkan dalam
> >makalah dosen IAIN di bawah bimbingan Harun Nasution
> >di SPS (Studi Purna Sarjana) di IAIN Jogja 1977,
> >Rifaat At-Tahtawi yang menghalalkan dansa-dansa laki
> >perempuan disebut sebagai pembuka pintu ijtihad. Ini
> >adalah penyesatan. Mana ada pembaru dalam Islam
> >menghalalkan yang haram. Padahal dalam hadits, ada
> >potensi zina bagi mata, tangan, mulut, hati dan
> >dibenarkan atau dibohongkan oleh farji/ kemaluan kata
> >Hartono.
> >
> >Hal itu dibantah Abdul Muqsith Ghozali dengan kitab
> >I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang, dengan
> >dibacakan tentang definisi zina, lalu Muqsith
> >mengatakan, kalau hasyafah (kemaluan lali-laki)
> >ditekuk maka bukan zina. Begitu juga dengan tangan.
> >
> >Hartono menjawab, "bagaimana ini, tentang zina, tangan
> >punya potensi zina itu saya mengutip hadits Nabi saw.
> >Kenapa hadits Nabi dibantah pakai kitab I'anatut
> >Tholibin? Ya seperti inilah keluaran dari IAIN," tegas
> >Hartono dengan menuding Muqsith yang di sebelah
> >kanannya.
> >
> >Attamimi dengan suara lantang menantang Ulil Abshar
> >Abdalla yang menolak hadits, yang walaupun shohih di
> >kitab Bukhori, namun menurut Ulil tidak sesuai, maka
> >ulil menolaknya. Contohnya hadis tentang orang sholat
> >jadi batal karena adanya yang lewat yaitu anjing,
> >orang perempuan, dan khimar/keledai. Kata Ulil, "di
> >sini perempuan disamakan dengan anjing dan keledai.
> >Jadi saya tolak, walaupun itu ada di Kitab Shohih
> >Bukhori," kata Ulil.
> >
> >Kata At-Tamimi, "apakah anda ini ahli hadits? Apa
> >keahlian anda. Dalam hal ilmu agama ini tidak bisa
> >hanya dengan perkataan 'pendapat saya'. Di ilmu teknik
> >dunia saja tidak bisa dengan 'pendapat saya' . Memang
> >anda ahli apa? Apakah ahli hadits? Saya tantang anda
> >bicara tentang hadits. Bahkan kumpulkan seluruh orang
> >JIL, cukup saya hadapi sendirian. Tidak bisa bicara
> >agama kok 'menurut saya', 'menurut saya'. Bukan hanya
> >perempuan yang disamakan dengan binatang, semua
> >laki-laki yang tidak percaya kepada Al-Qur'an dan
> >As-sunnah seperti anda ini dinyatakan dalam Al-Qur'an
> >seperti binatang," seru At-Tamimi dengan lantang,
> >disambut dengan suara gemuruh hadirin.
> >
> >Dua orang yang membela IAIN dan ingin merobohkan fakta
> >pada buku Ada Pemurtadan di IAIN itu setelah gagal
> >memberikan cap-cap buruk karena dibalikkan dengan
> >telak, maka justru menolak hukum Allah (sebagian
> >ditentang, dan bahkan dinyatakan tidak ada hukum
> >Tuhan), dan menolak hadits walaupun diakui shahih.
> >
> >Di situ justru pada dasarnya mereka menampakkan
> >tambahan bukti yang ada pada ungkapan-ungkapan mereka
> >sebagai alumni, dosen dan pembela IAIN bahwa
> >sebenarnya IAIN memang jelas ada pemurtadan. Jadi,
> >mereka mau menepis Adanya pemurtadan di IAIN tetapi
> >justru terperosok pada penguatan bahwa memang benar
> >ada pemurtadan di IAIN secara sistematis. Itu tentu
> >saja sangat berbahaya.
> >
> >Buku Ada Pemurtadan di IAIN dibedah pertama kali di
> >Islamic Book Fair di Istora Senayan Jakarta, Ahad 27
> >Maret 2005. Pembicara Dr Roem Rowi dosen pasca sarjana
> >IAIN Sunan Ampel Surabaya, dosen tafsir; dan penulis
> >buku Hartono Ahmad Jaiz. Hadirin sekitar 500 orang. Dr
> >Roem Rowi mengakui, di IAIN dia mengajar tafsir, namun
> >mahasiswanya dirusak oleh pemikiran-pemikiran yang
> >diajarkan dalam materi pemikiran Islam (dan sejarah
> >kebudayaan Islam), yang itu justru materi kuliah
> >dasar, semua mahasiswa harus ikut.
> >
> >Sehingga, ketika ditanya peserta bedah buku, ke mana
> >untuk mendidikkan anak di perguruan tinggi yang
> >islami, Dr Roem Rowi tidak memberikan rekomendasi,
> >hanya menunjuk di antaranya Universitas Islam
> >Internasional di Malaysia. Sedangkan ketika ditanya
> >tentang kurikulum, seberapa peran menteri agama dalam
> >membuat kurikulum di IAIN, Roem Rowi menjawab, menteri
> >agama masa lalu ya hanya mengikuti Dr Harun Nasution.
> >"Seakan perkataan Harun Nasution itu qoululloh (firman
> >Alloh) bagi menteri agama yang lalu," ujar Roem Rowi
> >yang meraih gelar doktornya dari Universitas al-Azhar
> >Mesir ini.
> >
> >Disebut Ada Pemurtadan di IAIN, menurut buku itu,
> >karena kurikulumnya, materi kuliahnya, sistem
> >pengajarannya, cara mengajarnya, dan dosen-dosennya
> >banyak yang tidak sesuai dengan sistem pemahaman Islam
> >yang benar. Tidak merujuk kepada Al-Qur'an, As-Sunnah,
> >dengan manhaj salafus shalih. Tetapi yang dijadikan
> >mata kuliah dasar justru sejarah pemikiran Islam dan
> >sejarah kebudayaan Islam, yang semuanya bukan dasar
> >Islam, dan disampaikan tidak secara ilmu islami, tidak
> >merujuk kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan sistem
> >pemahaman yang benar. Diajarkan secara liar, yaitu
> >tanpa sanad (pertalian riwayat) hingga boleh
> >berkomentar apa saja sampai menghina para sahabat
> >sekalipun.
> >
> >Akibatnya, alumni IAIN tidak bisa membedakan antara
> >madzhab-madzhab (yang perbedaannya itu dalam wilayah
> >furu'/ cabang, jadi boleh saja) dengan sekte-sekte
> >sesat (firoq dhollah) yang sudah berbeda dengan hal
> >pokok yang benar. Bahkan sampai tak bisa membedakan
> >antara mukmin dengan kafir, ketika diajari tasawuf
> >falsafi dan apa yang disebut filsafat Islam (semuanya
> >dalam materi kuliah sejarah pemikiran Islam dalam mata
> >kuliah dasar). Akibatnya, mereka menyamakan semua
> >agama. Itulah sebenar-benarnya pemurtadan secara
> >sistematis lewat jalur perguruan tinggi Islam
> >se-Indonesia baik negeri maupun swasta. Maka
> >kurikulum, sistem pengajaran, materi, metode, dan
> >dosen pengajarnya perlu ditinjau ulang. Pembelajaran
> >dosen-dosen IAIN ke Barat untuk studi Islam pun perlu
> >dihentikan, menurut penulis buku, karena itu menjadi
> >sumber utama pemurtadan tersebut.
> >
> >Usai bedah buku di UIN Jakarta, hadirin pun berjama'ah
> >shalat dhuhur, tanpa ada dosen ataupun mahasiswa UIN
> >yang maju jadi imam, hingga Ustadz Mustofa Aini
> >seorang hadirin alumni Universitas Islam Madinah maju
> >untuk mengimami setelah agak lama ditunggu-tunggu tak
> >ada yang maju. Ulil, Muqsith dan sebagian besar
> >panitia dari BEM Fak Usuhuluddin dan Filsafat UIN
> >Jakarta tidak tampak ikut shalat berjama'ah. Mereka
> >berada di mihrab sebelah imaman. Kemudian Ulil
> >diiringi para panitia turun dan pulang setelah hadirin
> >yang shalat berjama'ah telah bubar pulang.
> >
> >"Kampus Islam tidak mencerminkan Islam," keluh di
> >antara yang hadir.
> >
> >===
> >
> >
> >-muslim voice-
> >___________________________________
> >BECAUSE YOU HAVE THE RIGHT TO KNOW
> 
> 
> -- 
> No virus found in this outgoing message.
> Checked by AVG Anti-Virus.
> Version: 7.0.308 / Virus Database: 266.9.16 - Release Date: 18/04/2005
> 
> 
> 
> 
> -- 
> No virus found in this outgoing message.
> Checked by AVG Anti-Virus.
> Version: 7.0.308 / Virus Database: 266.9.16 - Release Date: 18/04/2005
> 
> _______________________________________________
> is-lam mailing list
> is-lam@milis.isnet.org
> http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam
> 

_______________________________________________
is-lam mailing list
is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke